Seuntai Pesan Arya Kamandanu
“Kalau Nada sudah siap untuk menghadapai segala macam gangguan dan
godaan, boleh”,Nada menyahut: “Benar bopo?” Kamandanu berkata: “Gunakan masa
mudamu untuk belajar dan melihat banyak hal, dari sana kamu akan belajar
melihat akan hidup, semakin banyak yang
kamu lihat maka semakin luas pandanganmu tentang hidup”, Mei Shein berkata: “Kakang
tapi Nada kan masih anak – anak?”, Kamandanu menjawab: “Tapi pikirannya lebih
dewasa dari tubuhnya, biarkan ia belajar dari tempaan alam semesta, memang
sebenarnya alam adalah guru yang paling utama.” (Cuplikan dialog Tutur Tinular Edisi Terakhir)
Seharian ini saya rasanya sangat capek, bukan karena kerja keras
tetapi lebih karena tubuh merasa kurang gerak karena hanya menunggu anak istri
yang sedang asyik menghabiskan waktu libur pilkada untuk menemani putra putri
didiknya berenang di wisata “Tirta Sumbercangkring”. Berangkat pagi hari dan
pulang setelah shalat dzuhur berjamaah di Masjid Darussalam di area YPISA
(Yayasan Pendidikan Islam Satu Atap) tempat dimana istriku mendarmabaktikan
ilmunya.
Melihat keceriaan anak – anak usia MI bersama dengan istriku
rasanya ada satu kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa saya ungkapkan dengan
kata, seoalah untaian kata tak lagi mampu mewakili apa yang ada dalam hati dan
perasaan, meski putri pertamnuku belum bisa ikut main berenang karena masih
memerlukan tempaan mental. Hehehe..
Tanpa diduga tempat ini juga mempertemukan dengan seorang sahabat
semasa belajar di MTsN dan MA setelah hampir sekitar 14 tahun lamanya kami
tidak lagi bersua karena jarak rumahnya yang cukup lumayan jauh dan kesibukan
masing – masing. Tentu ini merupakan moment yang sangat berarti. Sayangnya temu
kangen itu tidak bisa lama karena ia datang bersamaan dengan beberapa saat
sebelum anak – anak pulang. Lebih disayangkan lagi karena saat itu keenakan
ngobrol lupa tidak meminta sekedar foto untuk kenangan. Tapi wis gak popo pokok
oleh nomer HP ne…. hehehe..
Sesampai dirumah karena mata sudah tidak bisa diajak kompromi, saya
terlelap dalam tidur sampai sore. Mungkin ini adalah tidur terlama bagi saya
disiang hari, maklum selama ini belum bisa menikmati tidur berlama – lama
karena aktifitas yang tidak memungkinkan. Sok sibuk… hehehe..
Malam harinya serasa sangat malas. Saya menyiapkan beberapa buku
untuk sekedar saya baca, namun nyatanya mood tidak kunjung menyapa. Akhirnya
kuputuskan menghibur diri dengan melihat sebuah film yang sudah lama saya
download tepai belum sempat melihatnya. Film yang dahulu sangat digandrungi
oleh banyak orang, semenjak masih berupa drama radio yang dibintangi oleh Veri
Fadli hingga kemudian tayang di televisi dengan bintang laga terkenal Anto
Wijaya yang sekarang tidak lagi terlihat nongol di televisi. Film itu berjudul
“Tutur Tinular” sebuah film yang menceritakan tentang sejarah berdirinya
Majapahit dengan tokoh fiksi Arya Kamandanu. Sangat menarik dan rasanya sampai
hari ini saya masih tetap merasakan nuansa berbeda ketika melihat film ini.
Kebetulan yang saya tonton ini adalah seri terakhir yang
menceritakan tentang Mpu Gajah Mada yang
berhasil menumpas pemberontakan Rakuti seorang yang berasal dari kasta Sudra
yang kemudian direkrut menjadi Dharmaputra yang karena istrinya Sutangsu pernah
digoda oleh Sang Prabu Raja Jayanegara menaruh dendam hingga berujung pada
pemberontakan. Pemberontakan yang menyebabkan keluarga istana harus mengungsi,
meninggalkan istana beberapa saat sampai kekuasaan bisa direbut kembali.
Ending dari cerita ini terselip sebuah pesan yang secara tiba –
tiba menggugah dan membangunkan saya dari rasa malas untuk menggerakkan jari –
jari diatas keyboard. Isinya adalah pesan diatas, pesan yang disampaikan oleh
Arya Kamandanu kepada anaknya Jambu Nada yang karena karma Sang ayah yang telah
mempelajari Jurus Naga Puspa harus memiliki tubuh bersisik ular sedang meminta
izin untuk berkelana.
“Kalau Nada sudah siap untuk menghadapai segala macam gangguan dan
godaan, boleh”. Pesan ini mengingatkan bahwa sebelum
memberikan izin kepada anak untuk merantau satu hal yang harus disiapkan oleh
orang tua adalah pondasi yang kuat dalam diri anak sehingga ia tidak mudah
tergiur untuk melakukan hal - hal yang seringkali menggoda. Memang dunia ini
adalah perhiasan kata Rasulullah SAW, tetapi yang perlu kita ingat perhiasan
didunia ini fana’ sifatnya, artinya semu. Apa yang kita lihat indah didunia ini
kerapkali menipu sehingga bukannya kita sampai kepada tujuan yang kita inginkan
justru perhiasan itu menipu kita dengan pesonanya sehingga kita terjerumus
dalam keterpurukan dan penyesalan di masa kemudian. Nah, dalam kerangka inilah
mempersiapkan pondasi keimanan dalam diri anak menjadi penting. Masa sekolah
dasar/ibtida’ adalah masa penanaman pondasi dan keyakinan. Pendidikan dalam
diri anak dimasa ini jauh lebih mereka anggap sebagai sebuah keyakinan yang
mengakar, membekas dalam diri dan sulit untuk dilupakan. Oleh karenanya sebagai
orang tua hendaknya dalam masa ini betul – betul berhati – hati dalam mendidik
anak. Sekali kita salah dalam mendidik anak dan keliru dalam menanamkan
keyakinan maka boleh jadi kita akan menyesal untuk selama – lamanya.
“Gunakan masa mudamu untuk belajar dan melihat banyak hal, dari
sana kamu akan belajar melihat akan
hidup, semakin banyak yang kamu lihat maka semakin luas pandanganmu tentang
hidup”. Pesan ini menunjukkan arti pentingnya
ilmu dan pengetahuan. Masa muda adalah masa yang penuh dengan ambisi. Usia muda
selalu penuh dengan keinginan untuk mengetahui banyak hal. Maka disinilah saat
yang tepat bagi seorang anak untuk mencari bekal sebanyak – banyaknya untuk
menghadapi masa yang akan datang. Penting artinya memberikan bekal dan wawasan
nyata dalam kehidupan anakk diusia mudanya. Jangan pernah memanjakan anak,
karena sesungguhnya sikap itu justru membunuh dan membinasakan segala potensi
yang ada dalam dirinya. Anak yang diajari bagaimana cara menghadapi kehidupan
akan menjadi pribadi yang kuat dan siap untuk menghadapi segala kemungkinan
dalam hidup. Dengan begitu ia akan mampu berdiri dengan tegak diatas kedua
kakinya tanpa harus menyandarkan tubuhnya pada yang lain.
Semakin banyak anak belajar dan melihat setiap sisi kehidupan maka
semakin matang pola pikirnya dalam menghadapi kenyataan yang kadang bersahabat,
terkadang juga menjadi musuh. Dalam menentukan sikap ia akan mampu berfikir
secara matang dan penuh pertimbangan. Ia tidak terburu – buru untuk menyalahkan
tetapi juga tidak terbru – buru mengiyakan sebelum ia tahu duduk perkara dan
persoalannya. Disinilah peran pengetahuan dan akal manusia sebagai
pertimbangan, bukan selalu terburu – buru dalam bersikap dan mengambil keputusan,
tidak mudah membid’ahkan dan mengkafirkan yang lain. Semakin banyak ilmu yang
didapatkan semakin luas wawasan dan pengetahuan yang menjadikan kita hidup
dalam toleran dan bijak dalam bertindak.
Mei Shein berkata: “Kakang tapi Nada kan masih anak – anak?”. Mei Shein adalah gambaran seorang ibu dalam kehidupan. Ibu
memiliki perasaan yang peka dan kuat kepada anak. Rasa sayangnya seringkali
mengalahkan akal rasionalnya, itulah gambaran seorang ibu. Seorang ibu biasanya
tidak akan kuat bila melihat anaknya susah payah dan sakit. Ia lebih rela
mengambil posisi itu sementara ia biarkan anaknya bahagia dan senang tanpa ada
susah payah. Ya itulah ibu, tidak salah karena itu adalah kodratnya. Sama
dengan ibu dalam dunia nyata, seorang ibu siapapun dia tidak akan tega melihah
anaknya menderita.
Ibu selalu, selalu dan selalu menganggap anaknya masih kecil,
bahkan ketika anak itu sudah menikah dan berkeluarga tetap saja ia menganggap
anaknya sebagai anak kecil. Sedewasa apapun anak kebanyakan ibu tetap
menganggap bahwa anaknya adalah anak kecil. Itulah mengapa kasih sayang ibu
didunia ini tidak ada duanya. Tetapi ayah harus mengingatkan ibu agar jangan terlalu
larut dalam perasaanya, karen ayahlah kepala keluarga. Inilah bentuk kekuatan
penyeimbang yang Allah berikan melalui hubungan pernikahan. Subhanallah begitu
indahnya…
Kamandanu menjawab: “Tapi pikirannya lebih dewasa dari tubuhnya,
biarkan ia belajar dari tempaan alam semesta, memang sebenarnya alam adalah
guru yang paling utama.” Kamandanu
mengingatkan kepada Mei Shein, jangan hanya melihat bentuk fisik anak. Pikiran
anak muda melebihi tubuhnya. Ya itulah kenyataannya. Fisik itu ada batasnya
tetapi kemampuan dan pikiran yang ada dalam diri seorang anak yang mulai
menginjak usia muda tidak ada batasnya. Semangat dan ambisinya seringkali
mengalahkan otak rasionalnya. Maka sangat wajar kita melihat perubahan yang
sangat frontal dalam diri seorang anak yang mulai memasuki usia remaja.
Sebagai orang tua maka sikap bijaksana harus digunakan dalam
menyikapi hal ini. Bila terlalu mengekang maka anak akan memberontak.
Sebaliknya bila terlalu dibebaskan boleh jadi juga tidak karu – karuan. Maka
pondasi awal yang telah ditanamkan pada dirinyalah yang harus diperkuat.
Berikan kebebasan padanya tetapi kebebasan yang bertanggung jawab.
Semangat pemuda itu digambarkan mampu menjebol Himalaya, maka
bagaimana mungkin anda akan memangkasnya? Jangan dipangkas tetapi arahkan kea
rah yang semestinya, kepada hal yang bermanfaat pada kehidupannya dimasa yang
akan datang.
Alam adalah media terbaik untuk menempa diri seorang anak. Alam
diciptakan oleh Sang Pencipta agar dipakai sebagai pelajaran. Alam akan
mengajarkan kepada manusia berbagai pengetahuan, memberikan informasi –
informasi yang sebelumnya masih menjadi rahasia dalam kehidpan ini. Jangan
biarkan diri kita tunduk kepada alam, tetapi tundukkanlah alam, karena pada
hakikatnya alam tercipta untuk kita, bukan kita tercipta untuk alam.
Semoga bermanfaat…
Allahu a’lam…
Komentar
Posting Komentar