Tamsil al-Qur’an


 
Kajian al-Qur’an selalu menjadi hal menarik perhatian. Al-Qur’an itu bagaikan  samudera luas tak bertepi. Semakin menelusuri setiap ayat dan surat yang ada didalamnya semakin kita akan dibuat terpesona. Bahasanya yang mengandung sastra nan tinggi sampai hari ini belum ada yang mampu menandingi. Al-Qur’an bisa menjadi petunjuk setiap orang yang berada dalam kesesatan, menjadi obat bagi yang sakit. Anehnya, semakin al-Qur’an sering dibaca bukannya kita merasa bosan, tetapi semakin kita merasakan kerinduan yang mendalam kepada al-Qur’an. Itulah al-Qur’an kalam Allah yang terwujud di alam dunia.

Salah satu bidang kajian yang ada dalam al-Qur’an adalah tamsil. Tamsil adalah perumpamaan – perumpamaan yang terdapat pada ayat – ayat al-Qur’an. Tujuan adanya tamsil dalam al-Qur’an adalah agar manusia mau melakukan kajian terhadap kandungan al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan ekosistem, ekologi, astronomi, anatomi, teologi, biologi, sosiologi, dan ilmu – ilmu lain termasuk untuk mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh umat – umat yang terdahulu. Pada dasarnya semua bermuara pada satu tujuan yaitu untuk semakin meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 

Untuk memahami tamsil yang ada dalam al-Qur’an sudah barang tentu dibutuhkan akal pikiran yang sehat dan cerdas. Tanpa akal sehat dan cerdas mustahil seseorang dapat memahami tamsil yang terdapat dalam al-Qur’an. Mengenai hal ini al-Qur’an menyinggung dalam satu ayat, yakni Surat al-Ankabut; 43:

وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ (43)

Artinya: “Dan perumpamaan – perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang – orang yang berilmu”. (Q.S. al-Ankabut; 43)

Ayat di atas sekaligus menegaskan bahwa tamsil yang ada dalam al-Qur’an hanya bisa dipahami oleh orang yang berakal. Oleh karenanya penting bagi umat islam khususnya untuk mempotensikan karunia akal yang diberikan kepadanya. Jangan sampai nikmat akal yang diberikan Allah tidak kita syukuri yang pada akhirnya bisa jadi berujung pada dicabutnya nikmat tersebut.

Bagi orang mukmin yang mau mengambil pelajaran dari tamsil yang diberikan Allah yang termaktub dalam al-Qur’an, tamsil ini menjadi penguat keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah SWT. Keberadaan tamsil al-Qur’an bagi mereka merupakan bukti superioritas Allah SWT sebagai Tuhan yang haq dan Maha Kuasa. Semakin sering ia bersinggungan dengan ayat – ayat yang menunjukkan tamsil semakin bertambah keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah.

Lain halnya bagi orang – orang munafik dan kafir. Keberadaan ayat – ayat tamsil dalam al-Qur’an bukannya menambah keimanan mereka. Alih – alih beriman, mereka justru semakin ingkar dan menentang ke-Tuhan-an Allah SWT. Ayat tamsil bagi mereka semakin menambahkan kekufuran dan ketersesatan mereka dari jalan yang benar. Al-Qur’an menyinggung ini dalam Surat al-Baqarah; 26:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26)

Artinya: “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang – orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada orang yang disesatkan Allah kecuali orang – orang fasik.” (Q.S. al-Baqarah; 26)

Orang mukmin akan meyakini bahwa semua tamsil itu adalah benar berasal dari Allah SWT untuk menunjukkan superioritas dan kekauasaan Allah SWT. Berbeda halnya dengan orang – orang fasik. Orang fasik cenderung akan mempertanyakan keberadaan tamsil itu. Mereka akan bertanya – tanya tentang tujuan Allah menciptakan tamsil itu, bahkan boleh jadi mereka menentang tamsil itu disebabkan karena akal mereka tidak mampu menjangkau maksud dan tujuan yang dikehendaki Allah.

Sebagai contoh sederhana adalah penciptaan Allah terhadapa nyamuk atau bahkan makhluk yang lebih rendah semisal kutu, tengu, amuba dan semisalnya. Orang fasik akan mempertanyakan mengapa Allah menciptakan makhluk yang rendah seperti itu? Apakah Allah kurang kerjaan? Pertanyaan ini muncul karena ketidakmampuan mereka dalam memahami tamsil Allah yang tertuang dalam kitab suci al-Qur’an.

Memang sepintas ketika kita memperhatikan nyamuk adalah makhluk yang rendah. Hidupnya ditempat – tempat yang kotor, penuh dengan sampah dan makanannya adalah darah. Seolah – olah makhluk ini tidak ada manfaatnya sama sekali. Inilah yang mungkin menjadi penyebab banyak diantara orang fasik yang tidak mampu untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari penciptaan ini.

Bagi orang mukmin mereka akan meyakini bahwa semua itu berasal dari Allah SWT. Memang sekilas ketika diperhatikan remeh, tetapi bila diteliti dan dikaji secara mendalam betapa dahsyatnya ciptaan Allah ini. Kita mungkin tidak bisa membayangkan bagaimana Allah menciptakan makhluk yang begitu kecil dengan struktur tubuhnya yang rapi dan teratur. Kita manusia yang terhebat dan tercerdas pun tidak akan mampu menciptakan yang serupa dengannya.

Selain itu orang mukmin akan berusaha untuk mengungkap berbagai rahasia yang ada di dalam penciptaan itu. Mereka akan terus menggali dan mencari hikmah dari setiap penciptaan. Dengan menemukan rahasia dibalik penciptaan maka seorang mukmin akan semakin bertambah imannya, semakin merasa ta’jub akan keagungan Allah SWT.

Tamsil terkadang bisa memberikan petunjuk kepada seseorang. Tamsil akan menjadi petunjuk bagi mereka yang beriman kepada Allah SWT. Tetapi terkadang tamsil juga menyesatkan. Orang tersesat karena tamsil adalah orang – orang fasik. Orang yang tidak mau mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang mereka lihat, dengar dan temui dari berbagai peristiwa dan kejadian yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran dalam hidup. Itulah pentingnya kita belajar.

Al-Qur’an adalah sumber pengetahuan yang selalu sesuai dengan konteks perkembangan. Sudah seharusnya kita lebih tekun dan lebih mencintai al-Qur’an. Dengan semakin tekun mempelajari al-Qur’an maka kita akan semakin tercerahkan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Di dunia ini kita mengemban amanat dari Allah yang harus kita jalankan sebagai makhluk yang telah di daulat menjadi khalifah Allah fil ardli.

Memang untuk mempelajari al-Qur’an bukanlah perkara yang mudah. Mereka yang belajar bertahun – tahun belumlah mampu menjangkau seluruh isi dan kandungan al-Qur’an. Meski demikian Allah menjamin orang – orang yang mau belajar al-Qur’an, mereka akan dimudahkan dalam mempelajarinya. Firman Allah dalam Surat al-Qamar; 17:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (17)

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Q.S. al-Qamar; 17)

Dalam ayat ini Allah menegaskan sumpahnya dengan lam qasam dan qad bahwa Ia akan memudahkan siapa saja yang mau mempelajari al-Qur’an. Sayangnya banyak umat Islam yang tidak merespon sumpah Allah  ini. Banyak diantara umat Islam yang lebih memilih untuk mempelajari hal lain yang lebih menjanjikan bagi karir dan kekayaan daripada menekuni al-Qur’an. Janji Allah ini nyata. Sepanjang sejarah satu – satunya kitab suci yang paling dihafal oleh banyak umatnya adalah al-Qur’an. Ini cukup menjadi bukti campur tangan Allah dalam memudahkan orang yang mau belajar al-Qur’an. Tentunya pilihan ada ditangan manusianya sendiri. Bidang kajian al-Qur’an sisi mana yang akan didalaminya.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam….

Komentar