Kunjungan ke-2
KKN di Desa Panggul Trenggalek
Berkunjung ke Makam Raden Panji Nawangkung |
Rabu, 03 Agustus 2022, kami berangkat menuju ke Panggul untuk
melakukan kunjungan ke-2 pada peserta KKN. Kunjungan ini merupakan tugas serta
amanah yang mesti kami lakukan sebagai Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKN di
tiap posko dimana kami ditempatkan. Sebagaimana ketentuan dari Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), bahwa setiap DPL memiliki
kewajiban untuk mengunjungi mahasiswa dampingannya sebanyak 4 kali, yakni
pembukaan (kunjungan pertama), 2 kali kunjungan dan satu kali pada penutupan.
Kami berenam berangkat dari kampus dengan mengendarai satu mobil avansa. Sebagai driver yang sudah dipercaya adalah Kandidat doktor Pendidikan Bahasa Arab, Ahmad Fikri Amrullah, M.Pd.I sekaligus pemilik mobil. Hehehe. Adapun yang lain, saya, Bapak Nanang, Dr. Tika Mardhiyah, M.Pd.I, Ikfi Khoulita, M.Pd., dan Ashima Faidati, M.Sy. Kebetulan letak dari posko kami ditugaskan berdekatan, sehingga kami bisa melakukan kunjungan bersama-sama.
Keberangkatan dijadwalkan pada pukul 07.00 WIB, namun karena ada
sesuatu dan lain hal, keberangkatan kami sedikit molor dari jadwal yang
direncanakan. Perjalanan menuju lokasi memakan waktu kurang lebih 3 jam. Selain
karena jaraknya yang lumayan jauh, medannya juga cukup menuntut kehati-hatian
karena jalan yang hampir kesemuanya berupa kelokan yang turun dan menanjak.
Posko pertama adalah posko Nglebeng 1. Kami tiba di posko ini
sekitar pukul 10.00 WIB. Tentu, di posko ini DPL segera memberikan pengarahan
kepada para peserta serta melakukan evaluasi pada beberapa kegiatan yang telah
dilakukan. Setelah semua dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan menuju ke
posko 1 Wonocoyo. Di sini lah kami berpencar ke posko masing-masing untuk
melakukan tugas pendampingan.
Melihat proses produksi keripik tempe |
Kebetulan para peserta di posko saya bertugas, sedang ada kegiatan
di beberapa titik, yakni di kantor balai desa, di sekolah dan kerja bakti di
Makam Raden Panji Nawangkung. Oleh karena itu, penjemputan DPL di posko
Wonocoyo cukup menghabiskan waktu beberapa lama. Tetapi Alhamdulillah, tetap
saja semuanya disyukuri dan bisa berjalan dengan baik.
Begitu penjemputan tiba, kami segera bergegas berangkat. Namun,
setelah mendapat informasi tentang kegiatan teman-teman pagi kemarin, yakni
salah satunya kerja bakti di makam Raden Panji Nawangkung, segera terbesit
dalam hati saya rasa penasaran untuk mengunjungi lokasi tersebut. Tentu, ini
tidak lepas dari apa yang disampaikan oleh Bapak Kepala Desa, Drs. Suharto,
tentang nilai historis dari sosok Panji Nawangkung ini.
Letak makam ini tidak jauh dari lokasi posko, sehingga tentu hal
ini tidak menyebabkan “kemoloran” untuk tiba di posko, kecuali sangat
sebentar. Struktur makam ini berbeda dengan makam pada umumnya. Tanah di atas
makam ini berupa gundukan yang tidak merata. Mirip seperti candi, tetapi agak
kurang beraturan. Seingat saya,-menurut informasi Pak Kades, hal ini disebabkan
karena adanya konflik kala itu, sehingga struktur makamnya dibuat demikian
supaya tidak banyak diketahui.
Setelah mengambil dokumentasi di makam ini, dan merasa cukup, kami
segera bergegas menuju ke posko.Setiba di posko, kami segera melakukan
koordinasi serta evaluasi pada beberapa kegiatan yang telah dan akan dilakukan.
Kami menanyakan banyak hal tentang apa yang telah teman-teman peserta KKN
lakukan selama satu minggu ini.
Dari hasil perbincangan kami, bisa kami simpulkan bahwa para
peserta telah mampu melakukan koordinasi dengan baik dengan pihak perangkat.
Terbukti, mereka telah banyak dilibatkan dalam berbagai kegiatan di masyarakat,
mulai kegiatan posyandu, peringatan satu muharram, program pembinaan pada
lansia, jam’iyah yasin dan tahlil, serta berbagai kegiatan
kemasyarakatan lainnya. Ini menunjukkan bahwa ada respon positif yang diberikan
oleh pihak desa.
Berbaur Bersama Warga dalam Peringatan Malam satu Suro |
Namun demikian, tentu tetap saja ada sisi-sisi yang mesti lebih
ditingkatkan lagi, misalnya pola komunikasi dengan masyarakat umum dan beberapa
tokoh masyarakat seperti tokoh agama dll. Kebetulan, Panggul merupakan wilayah
yang dari sisi keagamaan boleh dibilang bagus. Ada beberapa pondok pesantren di
desa ini. Para mahasiswa agaknya masih merasa “canggung” untuk sekadar “sowan”
kepada para tokoh seperti ini.
Setelah merasa cukup, kami menuju posko Wonocoyo kembali. Setelah beberapa
saat menunggu DPL lainnya, kami segera berpamitan kepada para peserta untuk
kembali ke kampus. Namun, karena lokasi posko berdekatan dengan wisata Pantai
Pelang, kami menyempatkan diri di sana.
Pantai Pelang merupakan salah satu destinasi wisata di
Panggul. Untuk sampai ke sana hanya sekitar lima menit dari posko KKN Wonocoyo.
Kami hanya singgah beberapa saat saja, mengambil dokumentasi dan segera
langsung kembali ke kampus.
Kondisi tanjakan dan turunan memaksa kami untuk berhenti beberapa
saat di wilayah kecamatan Suruh, sekadar untuk mendinginkan kampas rem yang
sudah mengeluarkan aroman khasnya. Setelah merasa cukup, kami segera menuju ke
Tulungagung. Kami tiba di kampus pada kisaran pukul 18.30 WIB. Alhamdulillah,
semoga semua ini membawa manfaat untuk semua pihak terutama saya sendiri. Aamiin
yaa Rabbal’aalamiin…
Komentar
Posting Komentar