Monitoring dan Evaluasi KKN I
Posko KKN 1 Desa Geger Kecamatan Sendang
https://www.youtube.com/shorts/XARSlPqgvPU
Salah satu diantara tugas Dosen Pembimbing
Lapangan (DPL) Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah melakukan kunjungan ke lokasi
tempat dilaksanakannya KKN, yakni posko dimana kelompok KKN dampingannya
berada. Adapun sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Masyarakat adalah sejumlah empat kali kunjungan, yakni kunjungan
pertama pembukaan dan penyerahan mahasiswa, kunjungan kedua adalah monitoring
evaluasi satu, kunjungan ketiga adalah monitoring dan evaluasi kedua, dan
kunjungan keempat adalah penjemputan mahasiswa.
Hari ini, saya berangkat menuju lokasi dari kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan cukup memakan waktu agak panjang oleh karena akses menuju lokasi dimana posko cukup menantang. Jalanan yang sempit serta turun dan mendaki, disertai dengan banyaknya lubang di sepanjang jalan, cukup memompa adrenalin. Maklum, saya tidak cukup lihai berkendara di medan-medan seperti ini. Bahkan, di jalanan lurus dan mulus saja, biasanya saya hanya berkisar antara 40-60 km/jam.
Kebetulan pada kunjungan pertama, saya tidak
sempat berkunjung ke posko, hanya di balai desa dan karena sesuatu dan lain
hal, harus segera kembali ke kantor. Oleh sebab itulah, begitu memasuki
perbatasan Desa Geger, saya mengirim pesan melalui Watsap agar dikirimi lokasi
posko melalui aplikasi “google Map”.
Saya berjalan menyusuri jalanan Geger dengan
mengikui petunjuk “google Map”, namun sayang nya saya tak kunjung sampai di
tujuan. Bahkan, sampai diingatkan agar putar balik, padahal jalanan yang saya
lalui cukup “menantang” dan memompa “adrenalin”. Bagaimana tidak, jalanan
banyak berlobang, sebelah kiri sudah jurang, jalannya cukup sempit dan terkadang
berpapasan dengan mobil yang memaksa saya lebih memilih untuk “berhenti” di tepian.
Dengan pertimbangan keselamatan dan tidak
tersesar di jalan yang “salah”, saya putar balik dan berhasil sampai di jalan
umum menuju ke Balai Desa. Kebetulan ada seorang “emak-emak” yang kemudian saya
bertanya kepadanya. “Nuwun sewu bu..., posko konco-konco KKN wonten pundi nggih?’’,
tanya saya. Beliau lantas menunjukkan, “Wonten mriku lo, celak kok...!”
Saya mencoba mengikuti arahan emak-emak tadi. Namun
karena medan cukup lumayan menantang, saya memilih berhenti di sebuah masjid. Masjid
Al-Ashimah, itu namanya. Sebuah masjid yang sederhana, yang mirip sebuah
mushola. Di sini, saya ingin sekaligus numpang ke kamar kecil, namun sayang,
tidak ada air setetespun yang mengalir maupun tersisa.
Di saat saya menunggu mahasiswa yang
menjemput, seorang nenek datang menghampiri saya, Mbah Kilah, begitu beliau
mengenalkan dirinya pada saya. Akhirnya kami “ngobrol” tentang banyak hal,
termasuk tentang kisah masjid yang sepertinya tak terawat itu. Dimana masjid
itu, dulunya di “uri-uri” oleh seorang haji dari desa lain yang,-menurut
penuturan beliau, berorganisasi Muhammadiyah. Namun, karena mungkin terlalu
sibuk, sampai akhirnya masjid itu kini kurang terawat.
Setelah lama kami “ngobrol” datanglah dua
mahasiswa dari posko 1. Saya berpamitan kepada Mbah Kilah untuk menuju ke posko
KKN 1. Di posko kebetulan ada beberapa mahasiswa yang sedang piket, termasuk ketua
posko, sebut saja namanya Dicky,-ini karena nama lengkapnya sulit dibaca. Konon,
ia sampai mengurus KTP sebanyak 3 kali karena keliru penulisan. Hehehe...
Kepada temen-teman mahasiswa saya banyak
bertanya mengenai hal ihwal apa saja yang telah mereka kerjakan selama beberapa
hari di tempat KKN ini. Alhamdulillah, menurut penuturan mereka, mereka telah
bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Para warga pun menerima kedatangan
mereka dengan baik. Mereka seringkali dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang
ada di lingkungan seperti kerja bakti, yasin tahlil, mengajar di TK, SD dan TPA
dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Mendengar itu, saya merasa sangat gembira,
karena paling tidak kehadiran mereka di lokasi KKN bisa diterima dengan baik. Mereka
juga tidak menjadi beban atau sumber masalah di tengah komunitas baru yang
mereka diami. Di samping itu, mereka
bisa menjaga kekompakan bersama dengan rekan satu tiem nya. Paling tidak ini,
menjadi modal besar bagi mereka untuk mensukseskan kegiatan KKN beberapa hari
ke depan.
Saya juga tidak lupa mengecek serta
mengevaluasi program kerja yang telah di susun. Alhamdulillah, semua sudah
tersusun dengan baik dan telah ditulis di kertas manila. Hanya saja, mereka
belum “menempelkannya” di dinding sehingga siapapun yang masuk, bisa melihat
dan mengetahuinya. Itu pula yang saya sarankan agar pada kunjungan berikutnya,
atau jika “mungkin saja” LP2M sempat berkunjung, bisa melihat dan mengetahuinya
secara langsung, tanpa harus “menanyakannya”.
Saya juga memberikan beberapa masukan terkait program kerja serta
mengusulkan beberapa program kerja yang mungkin bisa direalisasikan untuk
semakin meningkatkan publikasi kegiatan KKN ini. Mengingat, menurut saya, KKN
merupakan sarana yang tepat bagi para mahasiswa untuk mengasah diri, kemampuan,
ketrampilan sekaligus membangun jaringan. Sangat “eman” jika hal ini
dilewatkan.
Setelah merasa cukup, saya berpamitan kepada teman-teman mahasiswa
untuk kembali ke kampus. Tentu, dengan harapan dan do’a semoga pelaksanaan
program KKN bisa berjalan dengan baik dan maksimal. Semua itu, memerlukan
kekompakan dalam melakukan “kerja tiem”. Akhirnya penghujung catatan sederhana
ini, “Semoga kompak selalu dan sukses bersama dengan kita semuanya”. Aamiin…
Komentar
Posting Komentar