Bergurulah Pada Orang yang Tepat
Akhir-akhir ini banyak peristiwa yang menyudutkan umat muslim di
negeri yang dikenal dengan budaya ramah, rukun dan damainya. Negeri dengan
mayoritas muslim pendudukanya yang selama ini menjadi kiblat perdamaian di
penjuru dunia. Aksi terror mulai mucul di berbagai daerah secara massif.
Pemikiran-pemikiran ekstrem, radikal yang tidak sesuai dengan semangat bangsa
dan Islam pada khususnya mulai mengemuka seiring dengan mulai bertebarannya
kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam dengan semangat “membid’ahkan”
bahkan “mengkafirkan” kelompok muslim lain yang tak sejalan dengan
pemikirannya.
Semakin maraknya kelompok-kelompok ini, tentu meresahkan masyarakat muslim sebagai mayoritas penduduk di negeri yang gemah ripah loh jinawi dengan zamrud kathulistiwa sebagai julukannya. Muslim yang cinta damai menjadi tersudut oleh segelintir orang yang mengatasnamakan Islam, sebatas untuk memenuhi ambisi pribadinya. Bahkan sebagian umat non muslim, menjadi ragu atas kecinta damaian yang selama ini menjadi platform yang melekat pada agama yang dibawa Nabi Muhammad saw.
Peristiwa terakhir di negeri ini yang menyayat hati muslim
mayoritas adalah serangan ke Mabes Polri yang dilakukan oleh seorang remaja
putri berusia 25 tahun pada Rabu, 31 Maret 2021. Sebelumnya pada Minggu, 28
Maret 2021 juga terjadi terror Bom bunuh diri di Gerbang Gereja Katedral di
Makasar. Lagi-lagi symbol Islam turut serta diseret, sehingga mau tidak mau
suka dan tidak suka citra Islam kembali terkoyak oleh perilaku sebagian oknum
yang tidak bertanggungjawab.
Namun, menimpakan kesalahan secara murni kepada para pelaku, tentu
juga bukan tindakan yang tepat. Ada baiknya, setiap muslim melakukan koreksi
diri bagaimana mereka telah melakukan upaya yang benar dalam mendidik putra-putrinya
untuk tetap berpegang pada ajaran Islam yang sesungguhnya, Islam rahmatan
lil’aalamiin, yang mengajarkan cinta damai diantara sesamanya.
Termasuk diantara hal yang perlu diperhatikan oleh semua orang tua
adalah memilihkan pendidikan yang tepat bagi putra-putrinya. Diantara penyebah
munculnya “kedangkalan” dalam memahami Islam adalah memilih “guru” yang salah
sebagai panutan.
Sudah maklum bagi semua orang bahwa arus perkembangan teknologi
informasi yang begitu cepat, telah mengantarkan pada era “digital” yang dalam
hitungan detik berbagai informasi dari berbagai belahan dunia dapat didapatkan
tanpa beranjak dari tempat berpijak. Dunia kini hanya berada di genggaman
tangan melalui android yang bisa diakses dan dibawa kemanapun seorang pergi.
Generasi muda telah dimanjakan oleh kemajuan teknologi. Mereka
mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan melalui internet, tidak
terkecuali “kehausan” mereka pada “agama” yang dianutnya. Mereka berselancar
mengarungi batas-batas dunia untuk mendapatkan berbagai informasi yang mereka
butuhkan tanpa ada petunjuk “Guru Fisik,” yang mengarahkan. Akibatnya, google
dkk lah yang menjadi gurunya.
Pesantren sebagai tempat yang menajdi sumber dimana pengetahuan
agama diajarkan telah banyak ditinggalkan. Jarang ada anak yang mau duduk,
nyantri bersama ustadz dan kyai karena dianggap “kuno, desit, kolot” dan
berbagai jargon yang dilekatkan pada lembaga pendidikan Islam periode awal ini.
Sebagai akibatnya, muncullah pemikiran dan akidah yang dangkal dari para remaja
calon penerus bangsa dan agama.
Jauh hari Rasulullah saw telah mengingatkan kepada umat Islam akan
tercerabutnya ilmu dari bumi ini.Rasulullah saw bersabda:
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ
العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا
جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» رواه
البخاري
Artinya: “Dari Abdillah ibn
‘Amr ibn ‘Ash ia berkata: ‘Saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya (secara langsung)
dari hamba-hamba-Nya, tetapi Dia (Allah) mencabut ilmu itu dengan mewafatkan
para ulama, sehingga ketika tidak ada lagi seorang yang alim, orang-orang
menjadikan para pemimpin yang bodoh, kemudian mereka ditanya (dimintai fatwa),
kemudian mereka memberi fatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.”(HR.
Bukhari)
Melalui hadis tersebut Rasulullah saw
menjelaskan bahwa Allah swt tidak akan mencabut ilmu secara langsung dari
pemiliknya, melainkan Dia akan mencabutnya dengan cara mewafatkan para ulama
yang memiliki ilmu itu. Pada beberapa waktu terakhir sejak ditetapkannya
Pandemi Covid-19, kita mendengar banyak para kyai, ibu nyai, habaib yang pada
diri mereka terdapat ilmu-ilmu yang dititipkan Allah dipanggil kembali untuk
menghadap-Nya, untuk selama-lamanya.
Banyak ulama diwafatkan yang menjadi pertanda diambilnya ilmu
mereka. Jika para generasi muda saat ini enggan untuk belajar “nyantri” pada
kyai, ulama dan habaib, sebaliknya mereka lebih “enjoy” belajar pada “internet
melalui google” dan sebagainya, tentu hal ini sangat menghawatirkan. Bukan tidak
mungkin pemahaman mereka mengeai akidah, syariat dan sebagainya akan semakin
dangkal sehingga bermunculan berbagai pemahaman dengan semangat berlabel “Islam”
namun jauh dari intisari “nilai Islam” itu sendiri.
Tidak heran jika ada ungkapan yang menyebut:
الإسلام
محجوب بالمسلمين
Artinya: “Agama Islam terhijab oleh
orang-orang muslim.”
Ungkapan ini memang bukan hadis, namun
selayaknya umat muslim mengambil intisari di dalamnya. Sangat mungkin
nilai-nilai Islam sejati yang diajarkan oleh Rasulullah saw menjadi hilang dan
bahkan tidak dikenal oleh orang di luar Islam disebabkan oleh ulah sebagian
orang muslim yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Islam namun
mengatasnamakan Islam.
Oleh karena itu berhati-hati dalam mendidik
putra-putri sebagai calon penerus bangsa, negara dan agama dengan menyerahkan
kepada orang-orang yang bisa dipercaya adalah hal mutlak. Jangan sampai
kesalahan dalam menitipkan putra-putri berujung pada penyesalan yang abadi. Silahkan
berburu surga, namun jangan menciptakan neraka bagi orang lain. Silahkan menjadi
orang shalih, namun jangan menganggap keshalihanmu diatas yang lain. Silahkan
berlomba untuk menjadi muslim yang terbaik, namun jangan mentakfirkan yang lain
sekedar untuk mempertegas kebaikan keislamanmu.
Komentar
Posting Komentar