Selasa, 24 Februari 2015

Baiti Jannati…


Rumahku surgaku, begitulah kiranya kalimat diatas apabila di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kalimat singkat namun mengandung makna yang begitu mendalam sarat akan kedamaian, ketentraman, kenyamanan dan seabrek kebaikan didalamnya.
Baiti jannati adalah dambaan setiap orang yang telah melalui masa remajanya dan mulai menapaki kehidupan rumah tangga. Kehidupan rumah tangga dimulai ketika seorang pria melafalkan kalimah “qabul” dalam sebuah akad suci pernikahan yang menyatukan antara dua hati, keluarga, kebiasaan, pemikiran dan segudang perbedaan yang lain. Selepas akad itu resmi sudah kedua mempelai menjadi suami istri yang berstatus “halal” satu sama lain dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kebahagiaan akan Nampak dari wajah keduanya yang bersinar selepas akad itu diucapkan.
Diawal pernikahan adalah masa – masa yang sulit bagi kedua pasanagan untuk saling mengenal kepribadian masing – masing. Perlu kesabaran dan keuletan agar keluarga kecil yang dibangun bisa langgeng sampai ajal menjelang.
Rumah yang penuh kedaiman dan ketentraman tidak mesti berupa rumah yang megah dan mewah. Rumah yang damai akan terwujud manakala penghuni rumah selalu mendapat hidayah Allah sehingga mereka mampu melaksanakan tugas dan peran masing – masing dan mau memberikan hak – hak kepada mereka yang berhak. Dengan pemenuhan hak – hak masing – masing anggota keluarga sama artinya dengan menjalankan semua peran dan tugas masing – masing.
Untuk mewujudkan ketentraman dan kenyamanan dalam rumah tangga rasulullah saw menganjurkan agar setiap muslim menghias rumahnya dengan bacaan al qur’an dan shalat. Dengan bacaan al qur’an maka rumah yang dihuni akan menjadi tenang, tentram, dan nyaman karena barakah dari ayat suci alqur’an. Demikian halnya dengan shalat.
Shalat yang dimaksud dalam hal ini bukanlah shalat maktubah melainkan shalat sunnah. Seorang muslim dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah dirumahnya sekaligus untuk membentengi rumah tersebut dari berbagai gangguan jin dan setan. Rumah yang digunakan untuk berdzikir dan beribadah kepada Allah akan dijauhkan dari jin dan setan yang mengganggu sehingga kehidupan dalam rumah itu akan sakinah, tenang, nyaman dan tentram. Ketentraman dan kenyamanan itu akan menciptakan suasana rumah layaknya surga sehingga terciptalah “Baiti Jannati, Rumahku adalah Surgaku.”

Selasa, 17 Februari 2015

Waktu




Waktu adalah kehidupan. Waktu tidak dapat dibalikkan dan tidak dapat digantikan. Menyia – nyiakan waktu berarti menyia – nyiakan kehidupan. Menguasai waktu berarti menguasai kehidupan dan pada akhirnya kita akan memperoleh kebahagiaan.(Akira Kurasawa)
Sesuatu yang sering tidak disadari setiap manusia dalam kehidupannya adalah waktu. Banyak orang melupakan waktu karena menganggap bahwa waktu selalu ada dan tidak akan berubah. Namun pada dasarnya waktu yang telah berlalu tidaklah sama dengan waktu yang akan kita temui dikeesokan hari meski pada hitungan jam, menit dan detiknya sama dengan hari kemarin.
Pernyataan Akira Kurasawa diatas memberikan peringatan kepada kita semua akan pentingnya waktu. Terlepas dari apakah ia seorang muslim maupun non muslim, tetapi apa yang diungkapkannya setidaknya mengandung satu kebenaran mutlak yang setiap orang harus meyakini kebenarannya tanpa harus mengklaim bahwa itu adalah pernyataan non muslim.
Pentingnya waktu dalam kehidupan memang tidak perlu diragukan lagi. Semua orang yakin dan tahu bahwa waktu tak mungkin diputar kembali. Namun seringkali dalam kehidupan kita banyak orang yang menyia – nyiakan waktu termasuk mungkin kita didalamnya. Mengapa hal ini terjadi?
Hal ini terjadi karena manusia sering dihadapkan pada keadaan lingkungan yang membuat dia larut dan lalai dalam menjalani tugasnya sebagai seorang khalifah di bumi. Gemerlap kehidupan seringkali memaksa manusia untuk melupakan perannya dalam kehidupan. Mereka lebih suka berhura – hura disbanding mempersiapkan diri menyambut masa yang akan dating. Seorang remaja yang duduk dibangku sekolah maupun bangkuu kuliah lebih senang menghabiskan waktu mereka dengan menonton televise, bermain game, play station, maupun jejaring social dengan meng up date status yang tidak berguna, lebay atau bahkan berbahaya daripada menghabiskan waktu uuntuk belajar dengan tekun. Tak jarang kita jumpai remaja – remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas, minum – minuman keras, salaing bermusuhan sesama rekan, terjerumus dalam obat – obatan terlarang seperti narkoba. Hal ini sebenarnya merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai khalifah Allah di bumi untuk saling mengingatkan dan berwasiat tentang kebaikan.
Waktu adalah kehidupan, menyia – nyiakan waktu sama halnya dengan menyia – nyiakan hidup. Manusia hidup hanya sekali dan tidak mungkin ia bereinkarnasi sebagaimana yang ada di film china sun gokong dan ci pat kay. Oleh karena itu memanfaatkan waktu adalah suatu keharusan yang tak terbantahkan. Setiap orang yang menginginkan kebahagiaan dimasa yang akan dating harus memanfaatkan waktu mereka sebaik – baiknya. Jangan sampai mereka tergilas roda waktuyang menghantarka mereka kepada kehancuran dan penyesalan dimasa yang akan dating.
Pepatah Arab mengatakan:
اَلْوَقْتُ كَاالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعهُ قَطَعَكَ
Artinya: “waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak memanfaatkannya maka ia akan menebasmu”.
Pepatah arab diatas senada degan apa yang dikatakan Akira Kurasawa diatas. Setidaknya pepatah ini memberikan peringatan keras bagi umat manusia untuk selalu memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Mereka yang menyia – nyiakan waktu suatu ketika akan merasakan kekecewaan dan penyesalan dimasa yang akan datang.
Dalam kaitannya dengan waktu Syaikh Hujjatul Islam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali pernah menanyakan kepada muridnya: “wahai muridku, tempat manakah yang terjauh di dunia ini?”. Karena jawaban muridnya yang kurang tepat Al Ghazali berkata: “tempat terjauh didunia ini adalah masa lalu”. Sejauh apapun perjalanan yang kita tempuh untuk menuju masa laluu tidak akan pernah mampu untuk mengantarkan kita kesana. Sejauh manapun akhirat kita akan sampai kesana, tetapi masa lalu? Siapakan yang mampu mengantar kita kesana? Adakah kendaraan didunia ini yang sanggup mengantarkan kita ke masa lalu?
Begitu pentingnya waktu, maka sudah seharusnya kita memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya. Sebagai seorang muslim sudah sepatutnyalah kita tidak menyia – nyiakan apa yang telah diberikan Allah kepada kita. Mudah – mudahan kita bisa memanfaatkan waktu sebaik – baiknya. Senyampang masih ada waktu dan kesempatan. Allahlah tempat kita berlindung dan meminta. Wallahu A’lam…



Jumat, 06 Februari 2015

Amanah



Amanah artinya jujur, dapat dipercaya. Sedangkan pesan yang dipercayakan atau kepercayaan disebut amanat. Sifat amanah adalah salah satu sifat terpuji yang dimiliki oleh para rasul, nabi, auliya dan kekasih Allah.
Menjaga amanat dalam kehidupan ini bukanlah hal mudah. Menjaga amanah membutuhkan kesungguhan dan keseriusan. Hal ini dikarenakan seringkalinya seorang yang dipercaya mendapatkan godaan dalam menjalankan amanahnya. Tidak jarang mereka melalaikan tugas dan amanah yang dipercayakan kepada mereka.
Pada hakikatnya setiap manusia dibumi ini mendapatkan amanah dari Allah Khaliqul basyar. Dizaman azali sebelum manusia dilahirkan dari kandungan ibunya telah terjadi perjanjian antara manusia dengan Allah. Perjanjian itu tertuang dalam ayat suci al qur’an surat al a’raf;172:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172)
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak – anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:  “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang – orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (Q.S. Al A’raf; 172)
Ayat diatas menunjukkan bahwa sebelum manusia dilahirkan telah terjadi perjanjian antara manusia dengan Tuhan. Sebelum mereka dilahirkan sudah ada amanah yang dibebankan dipundak mereka berupa keharusan mengakui kekuasaan Tuhan.
Selain amanah ke- Tuhanan adapula amanah yang lain berupa amanah kemanusian. Amanah kemanusiaan adalah amanah yang harus dijaga ketika manusia melakukan mu’asyarah dengan sesama manusia. Bagaimana cara mereka menjaga dan memberikan hak – hak yang harus diberikan kepada manusia yang lain. Salah satu amanh yang sangat penting dalam kehidupan dunia ini adalah amanah perjuangan.
Amanah perjuangan adalah amanah yang sangat berat dalam kehidupan ini. Amanah perjuangan ini selalu membutuhkan pengorbanan. Tidak ada sebuah perjuangan tanpa adanya pengorbanan. Oleh karenanya setiap orang yang mengaku sebagai pejuang harus berani untuk melakukan pengorbanan. Pengorbanan itu bisa berupa waktu, tenaga, fikiran, harta benda bahkan bila perlu nyawa sekalipun.
Rasulullah SAW adalah figur pejuang yang sesungguhnya. Untuk memperjuangkan umat, beliau rela mendapatkan cemoohan, cacian, perlawanan bahkan penyiksaan dari orang – orang yang tidak sepaham dengan apa yang beliau perjuangkan. Tetapi berkat kesabaran dan kegigihan perjuangan beliau, perjuangan itu menuai hasil yang gemilang bahkan paling gemilang diantara yang lainnya. Sampai seorang atheis – pun mengakui keberhasilan beliau dengan menempatkan posisi beliau pada peringkat pertama orang yang paling berpengaruh didunia.
Amanah perjuanga terberat dalam kehidupan adalah perjuangan “Fafirruu Ilallah wa rasulihi SAW”. Perjuangan ini identic dengan perjuangan rasulullah saw karena perjuangan ini menghendaki setiap umat agar kembali sadar kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Membebaskan manusia dari belenggu kemusyrikan yang seringkali tidak bisa mereka rasakan dalam pengaruh kehidupan ini.
Perjuangan ini tidak mudah bahkan untuk ikut serta dalam perjuangan ini bukanlah hal mudah. Rintangan dan halangan pasti ada, tetapi ketika sampur perjuangan sudah diberikan maka pantang mundur itulah jawabannya. Satu lagi amanah perjuangan diletakkan di pundak remaja kabupaten/kota Blitar untuk ikut serta dalam perjuangan. Hanya tengadah tangan ku hadapakan: “Yaa Allah bimbinglah diriku dalam mengemban amanah perjuangan ini, janganlah Engkau jadikan aku pecundang dalam perjuangan suci ini, Yaa Allah meski aku berlumur dosa, tetapi aku ingin selalu ada dalam barisan perjuanganMU, perjuangan para rusul anbiya’Mu dan para auliya’ kekasihMU, Ridlailah setiap langkahku, selamatkanlah aku dan kuserahkan semua urusan ku dan keluargaku kepadaMU yaa Allah Tuhan sekalian alam”.

Selasa, 03 Februari 2015

Al Qira’ah


Al qira’ah lebih popular dalam bahasa inggris dengan kata “Reading”. Entah mengapa para ilmuan lebih menyukai penggunaan kata “reading” dibanding kata “qira’ah” meskipun mereka adalah ilmuan islam. Mungkin kata ini dianggap lebih popular dan lebih menarik ketimbang kata qira’ah. Terlepas dari hal itu qira’ah (membaca;dalam bahasa Indonesia) memiliki peran yang sangat penting dalam dunia keilmuan khususnya dan dalam setiap komponen kehidupan. Itulah mengapa wahyu pertama yang turun kepada rasulullah SAW menekankan tentang pentingnya membaca. Ddalam al qur’an surat al ‘alaq ayat 1 – 5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Mulia. Yang telah mengajarkan manusia dengan perantaraan pena (qalam). Ia mengajarkan kepada manusia apa yang sebelumnya belum ia ketahui. (Q.S. Al ‘Alaq 1-5)
Ayat diatas menyebutkan kata “iqra’” sebanyak dua kali. Dalam ilmu ulumul qur’an kata yang diulang dalam alqur’an menunjukkan pentingnya urusan yang termaktub didalamnya. Dengan demikian ayat ini meunjukkan pentingnya qiraah dalam kehidupan.
Qiraah tidak hanya sebatas kita membaca apa yang tertuang pada teks bacaan. Akan tetapi qiraah bisa dilakukan dalam setiap aspek kehidupan. Ayat (tanda kekuasaan Allah) di bumi adakalanya termaktub adakalanya yang terbentang. Kesemuanya membutuhkan proses membaca untuk mengambil hikmah yang terkandung didalamnya. Mustahil orang bisa memahami ayat – ayat itu tanpa seseorang melakukan proses membaca didalamnya.
Selain itu dalam ayat diatas juga disebutkan kata “qalam”. Kata qalam dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pena (polpen;bolpoint). Pena adalah alat tulis. Dengan pena seseorang bisa menulis apa yang ada dalam pikiran berupa ide, gagasan dsb. Dalam hal ini ayat tersebut menunjukkan adanya hubungan yang penting antara membaca dan menulis. Kata qalam jatuh setelah kata iqra’. Hal ini mengindikasikan bahwa proses menulis harus dilakukan setelah seseorang melakukan proses membaca. Dengan menulis, apa yang kita pahami dalam membaca lebih bisa bertahan lama dan tertanam dalam pikiran seorang pembaca. Wallahu A’lam….

Membudayakan Budaya Menulis


Menulis adalah satu kegiatan yang membutuhkan banyak konsentrasi. Menulis bagi sebagian orang menarik dan mengasyikkan, tetapi bagi sebagian yang lain dianggap sebagai kegiatan yang membosankan dan menjenuhkan.
Harus diakui bahwa menulis tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Menulis membutuhkan banyak waktu, fikiran, konsentrasi dan ketelatenan. Bahasa tulis lebih sulit dibandingkan bahasa verbal secara lisan. Bahasa tulis membutuhkan pemahaman yang benar terhadap kaidah tata bahasa sehingga pesan yang disampaikan seorang penulis mampu dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Hal ini tidaklah mudah mengingat heterogenitas para pembaca yang menjadi konsumen dari tulisan yang disajikan. Tidak jarang pembaca justru merasa bingung dan berujung pada ketidak pahaman sehingga merasa jenuh dan malas untuk membaca tulisan secara tuntas karena tulisan yang dirasa kurang atau tidak menarik.
Diantara hal yang menurut saya harus diperhatikan bagi seorang penulis adalah kesabaran dan ketelatenan dalam menulis. Memang menulis selalu membutuhkan banyak waktu, sehingga orang – orang yang sibuk dengan aktifitas sehari – hari cenderug melalaikan kegiatan utuk menulis. Sama halnya dengan saya, aktifitas saya yang padat baik ditempat kerja maupun di tengah – tengah kehidupan social masyarakat membuat saya sering kali mengabaikan kegiatan menulis. Saya mulai menyadari akan pentingnya menulis baru beberapa tahun terakhir ini, meski demikian bukan berarti saya langsung menjadi orang yang produktif dalam menulis. Butuh proses dalam menumbuhkan budaya tulis dalam diri saya. Saat ini saya sedang berusaha untuk menumbuhkan budaya tulis dalam diri saya. Perjuangan ini mudah – mudahan akan membawa hasil dimasa yang akan dating khususnya untuk saya dan umumnya untuk umat.
Semasa duduk di bangku kuliah, saya selalu beranggapan bahwa menulis itu membuang – buang waktu. Ini bukan tanpa alasan. Memang pada kenyataannya menulis seringkali menyita waktu yang boleh dibilang tidak sedikit. Butuh konsentrasi dan ketekunan serta kesabaran. Sementara disatu sisi saat kuliah saya harus menguasai berbagai disiplin ilmu yang diajarkan dosen dalam setiap mata kuliah mereka. Budaya diskusi yang ada dikampus sangat menarik bagi saya sehingga saya lebih suka untuk memanfaatkan waktu saya untuk membaca daripada menulis. Saya senang apabila dalam diskusi yang diadakan saya bisa ikut aktif nimbrung atau bahkan memberikan masukan – masukan yang tentunya signifikan didukung dengan data – data yang saya temukan saat saya membaca. Pandangan itu melekat dan seolah menjadi darah daging saya setidaknya sampai saya lulus kuliah ditahun 2009.
Lambat laun pandangan saya mulai berubah seiring dengan perkembangan waktu dan persentuhan pemikiran ddan keseharian saya dengan kolega – kolega yang hebat. Saya menjadai lebih tahu bahwa ternyata menulis itu penting bagi semua orang. Rekaman informasi tiddak selamanya selalu melekat dalam pikiran para pembaca itulah sebabnya informasi itu harus diikat dengan menggunakan tulisan. Selain itu tulisan merupakan sarana bagi seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran yang ada dalam diri seseorang. Tulisan juga bisa digunakan sebagai sarana untuk melakukan perubahan ditengah – tengah masyarakat. Banyak fakta menunjukkan perubahan social yang dipicu oleh informasi yang mereka baca. Disekeliling kita saat ini banyak dijumpai orang – orang yang tidak lagi percaya pada pemerintah, bukan tanpa alasan melainkan mereka sering menemukan informasi baik secara elektronik maupun media cetak tentang kebobrokan pemerintah. Ini adalah fakta kecil ditengah kehidupan .
Disamping itu pengaruh dari tulisan akan jauh lebih bertahan lama daripada bahasa lisan. Taruh saja para ulama’ salafus shalih dan para ilmuwan yang sampai hari ini masih kita kenal namanya bahkan kita temukan karya tulisan mereka. Ini bukan kebetulan, tetapi karena pengaruh ddari tulisan – tulisan mereka yang sampai hari ini ditemukan. Sebut saja Imam Syafi’I, Imam Al Ghazali, Ibnu Rusyd, Aristoteles, Plato, Sokrates dll. Mereka adalah orang – orang yang memiliki pengaruh besar melampaui zamannya karena tulisan – tulisan mereka. Mudah – mudahan saya bisa meneruskan perjuangan mereka sebagaimana pesan Kanjeng Romo Yahi yang mentarbiyah saya dalam mimpi, “Pingino dadi uwong koyo Imam Ghazali, ojo panggah pingin dadi tukang ngaret, sing okeh tawasule…”. Wallahu A’lam bish Shawab