Tawadlu’


Tawadlu’

Tawadlu’ secara sederhana bisa diartikan meninggalkan perasaan lebih dibandingkan yang lain. Tawadlu’ penting dimiliki setiap muslim agar tidak muncul rasa sombong dalam dirinya.

Sifat tawadlu’ yang sudah tertanam di dalam hati akan mendorong para pemiliknya untuk selalu merasa rendah hati bila bersama dengan yang lain. Rendah hati akan menjadikan seseorang mulia di tengah-tengah umat. Orang yang rendah hati akan disenangi oleh orang lain. Dia akan memiliki banyak teman dalam hidupnya.


Disebutkan dalam kata mutiara:

تواضغ إذا ما نلت في الناس رفعة        فإن رفيع القوم من يتواضع
تواضع إذا ما كان قدرك عاليا           فإن التضاع المرء من شيم العقل

Artinya: “Berlakulah tawadlu’ ketika engkau mendapatkan jabatan tinggi di tengah-tengah manusia, karena sesungguhnya jabatan tertinggi suatu kaum terletak pada seorang yang tawadlu’. Berlakulah tawadhu’ ketika jabatanmu tinggi, karena sesungguhnya ketawadlu’an seseorang merupakan tanda kematangan akalnya.”

Bait syair di atas menjelaskan kepada kita, bahwa hendaknya kita menjadi seorang yang tawadlu’ ketika kita meraih satu jabatan tinggi di tengah-tengah manusia. Jabatan pada dasarnya hanyalah satu titipan yang diamanahkan Allah Swt kepada manusia. Sewaktu-waktu Allah Swt bisa saja mengambil jabatan tersebut dari seseorang.

Harta yang kita kumpulkan dari kerja keras yang kita lakukan bisa saja membuat kita dipandang sebagai seorang yang mulia di tengah manusia. Banyak orang bisa kita tundukkan dengan harta yang kita kumpulkan. Tetapi, ingatlah, bahwa semua itu hanyalah titipan semata. Tidak ada jaminan kita akan kaya selamanya sampai ajal menjemput. Boleh jadi, sebelum kita menua, harta itu telah diambil oleh Allah Swt.

Tinggalkan kesombongan. Kesombongan hanyalah milik Allah Swt. Siapa yang berani berlaku sombong dalam hidupnya, maka Allah Swt akan menghinakan dirinya dalam waktu yang tidak lama.

Berlakulah tawadlu, karena kemulyaan yang sesungguhnya hanyalah milik mereka yang tawadlu. Mereka yang tidak pernah menyombongkan apa yang melekat dalam dirinya dihadapan orang lain, justru akan menempati posisi tinggi di tengah-tengah masyarakat. Mereka yang tidak membanggakan jabatan, akan di dengar suaranya oleh umat sehingga mereka menjadi orang yang paling berpengaruh di tengah yang lain.

Ketawadlu’an juga menjadi tolok ukur kematangan cara berpikir seseorang. Seorang yang matang akalnya, akan berbicara dengan orang lain sesuai dengan kadar akal yang dimiliki lawan bicaranya. Jangan merasa bahwa anda pandai ketika seorang yang anda ajak bicara dengan tenang mendengar apa yang anda bicarakan. Boleh jadi mereka tidak membantah kata-kata anda karena mereka tahu dangkalnya pemahaman yang anda miliki.

Dalam kata mutiara lain disebutkan:

تواضع تكن كالنجم لاح لناظر         على صفحات الماء وهو رفيع
ولا تكن كالدخان يعلو بنفسه          إلى طبقات الجو وهو وضيع

Artinya: “Berlakulah rendah hati, maka engkau akan menjadi sebagaimana bintang yang terlihat sinarnya dipermukaan air, sementara ia berada di tempat yang tinggi. Dan janganlah engkau menjadi asap yang membumbung tinggi ke angkasa, sementara ia berada pada posisi yang rendah”.

Sifat tawadlu’ akan menjadikan seorang mulya di tengah-tengah manusia. Mereka yang tawadlu’ memiliki derajat tinggi di hadapan manusia, sementara mereka yang sombong akan menjadi orang yang terhina di hadapan manusia.

Komentar