Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (1)

Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (1)



Tulisan ini berawal dari pertanyaan salah satu mahasiswi dari ma’had al-jami’ah dari jurusan PAI yang saat ini sedang berada di jenjang semester 2. Berawal dari kegelisahannya saat mengikuti pembelajaran bahasa Arab. Baginya, bahasa Arab adalah bahasa yang sangat sulit dipahami dengan seperangkat tata bahasa yang “njlimet”.

Bahasa Arab dikenal memiliki keunikan tersendiri dank has bila dibandingkan dengan bahasa lainnya. Dari sisi penulisan, bahasa Arab bukan dimulai dari sisi sebelah kiri sebagaimana umumnya bahasa di dunia. Bahasa Arab dimulai dari sisi kanan menuju sisi sebelah kiri. Di sisi lain bahasa Arab juga memiliki kaidah “i’rab”, yakni terjadinya perubahan bunyi akhir kalimatnya disebabkan karena perbedaan amil yang masuk ke dalam susunan jumlahnya. Satu kaidah tata bahsa yang tidak akan pernah dijumpai dalam tata kaidah bahasa selain bahasa Arab.

Keistimewaan bahasa Arab pula yang telah menyebabkan bahasa ini menjadi satu bahasa yang menarik untuk dipelajari. Apalagi oleh umat Islam di seluruh belahan dunia. Mengingat bahasa kitab suci dan hadits yang menjadi pedoman utama umat Islam tertulis dengan menggunakan bahasa Arab. Karena itu mempelajari bahasa Arab dengan serentetan seluk beluk yang ada di dalamnya mutlak diperlukan dalam rangka untuk menemukan pesan-pesan yang tersirat dalam nash-nash kitab suci dan hadits.

Kewajiban untuk menguasai bahasa Arab dalam upaya menemukan pesan-pesan yang terdapat di dalam al-Qur’an dan al-hadits telah menjadi kesepakatan di antara para ulama. Karena itu siapa saja yang berusaha menafsirkan ayat al-Qur’an maupun hadits tanpa terlebih dahulu membekali diri dengan kemampuan bahasa Arab yang cukup, maka tafsirnya tidak akan diterima dan tertolak.

Untuk sukses dalam mempelajari bahasa Arab, sesungguhnya prinsipnya sama dengan belajar bahasa lain dan ilmu-ilmu pada umumnya. Dibutuhkan ketekunan, keuletan, dan tanpa mengenal lelah. Ada banyak tahapan dan proses yang mesti dilakoni dan dijalani oleh pembelajar bahasa Arab agar proses belajarnya menuai hasil sebagaimana yang diinginkan.

Mengutip pesan pintu gerbang kota ilmu, Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, bahwa seorang murid tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan kecuali apabila ia memenuhi enam hal. Beliau mengatakan dalam bait syairnya:

الا لا تنال العلم إلا بستة       سأنبيك عن مجموعها ببيان
ذكاء وحرص واصطبار وبلغة    وإرشاد أستاذ وطول الزمان

Artinya: “Ingatlah, engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam hal, aku akan menceritakan kepadamu tentang kesemuanya itu dengan jelas. Cerdasnya akal, cinta (ilmu), sabar, dan ada biayanya, serta petunjuk guru dan lamanya masa.”

Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa pesan ini telah usang, dan lapuk. Akan tetapi pesan ini bila kita kaji, akan memiliki kesesuaian dengan masa di mana pun seorang penuntut ilmu itu berada.

Seorang yang mencari ilmu tidak akan pernah memperoleh ilmu, kecuali jika dia memenuhi enam syarat di atas. Pertama,  cerdasnya akal. Seorang yang menuntut ilmu haruslah cerdas akalnya. Cerdas bukan berarti dia mampu memahami dan menghafal persoalan hanya dengan sekali dia membaca, mendengar, atau melakukan. Tetapi kecerdasan ini adalah akal yang sehat, tidak berkebutuhan khusus.

Akal yang sehat akan mudah menerima pesan yang disampaikan oleh guru. Mencernanya, memahami dan bahkan menghafalkan setiap kata dan kalimat yang tersusun dalam rangkaian frasa dan alinea. Akal sehat menjadikan seseorang terdorong untuk senantiasa terus menjalankan usahanya dalam memahami setiap apa yang ingin dipahaminya. Lain halnya dengan mereka yang tidak sehat akalnya. Lebih mudah berputus asa dan menyerah pada setiap persoalan yang dihadapi.

Begitu halnya dengan belajar bahasa Arab. Belajar bahasa Arab membutuhkan akal sehat yang dengannya seorang murid menerima informasi dan pesan yang disampaikan guru. Akal sehat yang dimiliki murid akan terus mendorong murid untuk terus menerus belajar tanpa mengenal putus asa. Sekali dia tidak paham, maka dia akan mengulanginya. Begitu seterusnya hingga ia menemukan pemahaman dari apa yang sedang dipelajarinya.

Kedua, rasa cinta. Cinta yang dimaksud di sini bukanlah cinta sebagaimana perasaan seorang pemuda pada seorang gadis. Cinta yang dimaksud di sini adalah cinta pada ilmu yang dipelajari dan segala hal yang berkait kelindan dengan apa yang dipelajarinya.

Kecintaan pada ilmu akan mendorong seseorang untuk terus berusaha dan berupaya dalam memahami maksud dari pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Seorang yang cinta pada pengetahuan tidak akan mudah kendor dan surut semangat belajarnya oleh terpaan ujian yang datang. Sebaliknya, berbagai ujian yang datang akan diubahnya menjadi kekuatan yang mampu mendorongnya untuk selangkah atau beberapa langkah lebih maju dibanding sebelumnya.

Selain cinta pada ilmu yang dipelajari seorang yang mempelajari pengetahuan haruslah mencintai gurunya. Cinta pada guru dalam kapasitas sebagai penyampai ilmu, bukan sebagai pacar dan semisalnya. Kecintaan pada seorang guru akan memberikan dorongan semangat pada diri murid untuk belajar secara tekun dan giat. Dia akan berusaha menyenangkan hati gurunya dan membuat gurunya ridha pada dirinya.

Membuat hati guru ridha penting artinya bagi setiap murid. Ilmu yang diberikan guru sangat bergantung pada keridhaan guru yang mengajarnya. Jika guru ridha, niscaya ilmu akan dengan mudah masuk ke otak sang murid dan memberikan kesan yang mendalam dalam dirinya. Sebaliknya, ketidak ridhaan guru akan menghambat proses masuknya ilmu ke otak dan menghambatnya unntuk mengukir kesan di hati.

Karena itu, dalam upaya mempelajari bahasa Arab dibutuhkan rasa cinta. Cinta pada bahasa Arab, cinta pada gurunya, dan cinta pada setiap apa yang berkaitan dengannya. Kecintaan pada bahasa Arab, guru dan setiap hal yang berkaitan dengannya akan memberikan satu dorongan dan motivasi dalam diri murid untuk terus belajar tanpa mengenal lelah. 

Memang bahasa Arab memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Ia memiliki tingkat kesulitan lebih dibanding bahasa lain. Namun, dengan kecintaan pada bahasa Arab dan segala hal yang berkaitan dengannnya, akan mendorong murid untuk menyingkirkan semua hambatan dan rintangan tersebut. Dia akan tetap terus belajar bahasa Arab tanpa mengenal lelah dan payah. Semangatnya akan mengalahkan segala godaan yang selalu datang menyapa.
Bersambung….

Komentar

  1. Balasan
    1. Syukran, semoga menambah wawasan dan semangat belajar kita

      Hapus
  2. Subhanallah terimakasih atas informasinya ustadz

    BalasHapus
  3. Terima kasih semoga semakin menambah wawasan dan semangat belajar kita. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar