Mujahadah Kubro Gelombang I


Mujahadah Kubro Gelombang I
28 Maret 2019


Kamis, 28 Maret 2019, Bumi Kedunglo penuh sesak dengan para mujahidin dan mujahidat dari seluruh pelosok nusantara hingga manca negara. Kedatangan mereka semua adalah dalam rangka mengikuti Mujahadah Kubro yang merupakan puncak acara-acara dalam rangkaian pengamalan Shalawat Wahidiyah.

Mujahadah Kubro digelar dua kali dalam setahun, yakni pada Bulan Muharam dan Bulan Rajab. Rangkaian mujahadah kubro terbagi menjadi lima gelombang, yakni gelombang panitia, ibu-ibu, remaja, kanak-kanak dan bapak-bapak.


Gelombang pertama dilaksanakan pada hari Kamis malam Jum’at sebagaimana kemarin malam. Gelombang ini terutama diperuntukkan bagi para pengurus perjuangan wahidiyah dari pusat hingga daerah dan desa serta para santri mukim di Pondok Pesantren Kedunglo al-Munadhdharah.

Pada kesempatan fatwa amanat kemarin beliau Kanjeng Romo KH. Abdoel Lathief Madjied Ma’roef, RA banyak menekankan pada upaya bathiniyah dalam memperjuangkan perjuangan wahidiyah. Beliau menghimbau kepada seluruh pengamal hendaknya lebih memperhatikan lagi urusan riyadhah, terutama riyadhah bathiniyah.

Beliau menceritakan bahwa pada periode awal perjuangan wahidiyah, para pengamal umumnya bukanlah orang yang alim, bukan orang kaya, bukan pula para pejabat. Karena mereka bukan orang-orang yang memiliki kualitas SDM yang mumpuni dalam bidang lahiriyah, maka banyak di antara mereka yang lantas mempeng riyadhah dan mujahadah. Tidak jarang ada pengamal yang datang ke pondok untuk riyadhah hingga berbulan-bulan, sampai Allah memfutuh kemampuan bathiniyahnya. Diberi ampuh dan mandi do’anya sehingga mampu menolong orang lain dengan ijabahnya do’a.

Seiring dengan perjalanan waktu semakin banyak orang yang berbondong-bondong mengamalkan shalawat wahidiyah. Bahkan banyak organisasi lain di luar wahidiyah yang terkagum-kagum dengan pesatnya perjuangan wahidiyah.

Bersamaan dengan berbagai kemajuan yang ada, baik dari jumlah pengamalnya yang mencapai jutaan orang tersebar di hampir seluruh wilayah tanah air hingga manca negara. Bidang perekonomian juga digarap dengan membuka koperasi, berbagai usaha bisnis yang Alhamdulillah semakin hari semakin menunjukkan hasil yang signifikan. Pendidikan semakin pesat, mulai dari play group, TK, SD hingga perguruan tinggi. Banyak di antara para pengamal yang lupa pada urusan batiniyah. Mereka lebih terpesona dengan urusan-urusan lahiriyah yang pada dasarnya jauh dari tujuan perjuangan wahidiyah. Karena itulah perlu adanya back to basic, kembali memperhatikan perjuangan secara batiniyah yang mulai banyak ditinggalkan.

Beliau mendawuhkan bahwa saat ini para remaja-remaja wahidiyah banyak yang terlena dengan kemajuan tehnologi dan lupa pada pentingnya batiniyah. Mereka kuat bertahan berjam-jam berada di depan computer, laptop, bermain gadget atau membuat aplikasi secara on line, namun mereka tidak sanggup untuk memutar tasbih meski hanya satu jam.

Tentu kondisi ini menjadi perhatian sendiri bagi beliau. Beliau mendawuhkan bahwa sesungguhnya kekuatan bathiniyah itu jika diasah secara terus-menerus dan dioptimalkan, maka hasilnya jauh melebihi kekuatan lahiriyah. Berjam-jam kita berada di depan laptop, atau melakukan aktifitas lahiriyah lainnya, tidaklah banyak bermanfaat bagi kesadaran umat dan masyarakat kepada Allah Swt.

Beda halnya dengan mereka yang mempotensikan kemampuan batiniyahnya dengan maksimal. Memutar tasbih selama berjam-jam dan istiqamah dalam mujahadah dan riyadhah, tentu hasilnya akan sangat luar biasa dalam perjuangan wahidiyah. 

Orang yang telah sadar kepada Allah yang mau untuk berjuang mendoakan orang lain untuk sadar kepada Allah, umumnya mereka diberikan kelebihan-kelebihan, asrar yang tidak dimiliki mereka yang tidak mau untuk riyadhah. Orang seperti ini kelihatannya hanya diam di rumah, namun banyak orang yang berdatangan kepadanya untuk meminta bantuan. Di sinilah umumnya orang-orang khas mampu mengajak mereka untuk kembali sadar kepada Allah Swt.

Karena itu, beliau menghimbau kepada seluruh pengamal wahidiyah di manapun berada untuk lebih memperhatikan urusan bathiniyah. Memperbanyak mujahadah dan memperbanyak riyadhah dengan “nglempit usus meres mata”. Dengan mengetuk kekuatan batiniyah Insya Allah umat masyarakat akan segera berbondong-bondong kembali sadar “Fafirru Ilallah wa Rasulihi Saw”.

Komentar