Kasih Sayang Guru yang Sejati


Kasih Sayang Guru yang Sejati

Artikel ini berawal dari pertanyaan seorang mahasiswa yang haus akan pengetahuan. Ingin mengerti secara lebih bagaimana sejatinya kasih sayang guru pada muridnya.

Beberapa saat yang lalu saya sudah menulis artikel yang berkaitan dengan keharusan seorang murid memulyakan gurunya. Tidak ada mantan/bekas guru. Yang ada, guru selamanya tetaplah guru yang semestinya kita hormati sampai kapanpun bahkan sampai kita kembali kepada Allah Swt.


Mengapa guru mesti dihormati? Secara sederhana saja jawabannya bahwa guru telah berjasa dalam mendidik kita. Mengajari kita sesuatu yang sebelumnya kita belum tahu sehingga kita bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan. Jasa guru tiada terhingga bagi siswanya dan patut untuk senantiasa kita ingat. Soekarno mengatakan, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Karenanya orang besar tidak akan melupakan jasa orang-orang yang berperan dalam hidupnya.

Kasih sayang guru sangatlah luar biasa pada muridnya, apalagi guru-guru kita di masa kanak-kanak baik di TK, SD maupun TPA. Mereka adalah sosok guru yang penuh kasih sayang mendidik dan membesarkan kita semua dengan ketulusan. Saat kita masih nakal, sering ramai dalam kelas, tidak jarang berbuat ulah baik di dalam maupun luar kelas, mereka tetap saja mendidik kita dengan tulus ikhlas.

Bagaimana tidak, guru TK, SD maupun TPA tetap saja mengajar dan mendidik kita dengan sabar, saat maksud baik mereka kita balas dengan keburukan. Keinginan baik mereka kadang-kadang kita balas dengan bantahan, padahal siapa kita? anaknya? Bukan, tetapi mereka menganggap kita sebagai anaknya. Berapa gaji yang kita berikan? Tidak cukup untuk menutup kebutuhan mereka sehari-hari, namun tetap saja mereka mendidik kita.

Guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita. Dia mendidik dengan penuh keikhlasan. Meski tak seberapa bayaran yang diterima, atau bahkan tidak dibayar (guru TPA), hanya mendapat bisyarah satu kain baju dan sarung dalam setahun tetap saja mereka masih mendidik kita. Meski berulang kali kita berbuat ulah, tetap saja mereka menginginkan yang terbaik bagi kita. Ingin kita tumbuh menjadi orang-orang besar di masa mendatang.

Kasih sayang guru sangat tulus. Dialah orang yang menginginkan kebaikan untuk kita. Tidak pernah terbesit dalam diri mereka keinginan agar kita menjadi orang bodoh, atau orang yang terhina. Padahal, di luar sana, banyak orang yang iri dengan kesuksesan kita. Ingin hilangnya nikmat dari diri kita, karena hasud yang ada dalam diri mereka. Tetapi, tidak bagi guru. Siapapun kita dan dari mana kita berasal, tetap saja mereka berharap yang terbaik bagi kita.

Betapa tulusnya kasih sayang guru. Kita yang nakal dan kerap berbuat ulah, tetap saja dirangkulnya dengan kasih sayang. Dia panjatkan do’a-do’a terbaik untuk siswa-siswanya, meski ia sendiri masih serba kekurangan.

Itulah guru. Profesi yang kerap kali dianggap remeh sebagian orang, karena tidak menjanjikan secara material, namun mulia di sisi-Nya. Semoga Allah Swt memberikan kekuatan kepada guru-guru kita dalam mendidik dan membesarkan generasi bangsa. Memberikan rizqi yang terbaik bagi mereka meski profesinya tak menjanjikan apa-apa. Tetaplah, hormat pada guru meski seperti apapun keadaannya, karena ridhanya menjadi sebab manfaat dan barakahnya ilmu.

Komentar

Posting Komentar