Selasa, 28 Juni 2022

Mengenal Sosok Gus Tajud

 

Mengenang Sosok Gus Tajud

Oleh: Muhamad Fatoni, M.Pd.I



Ahmad Tajudin, itulah nama asli Gus Tajud. Ia lebih populer dengan sebutan Gus Tajud. Gelar “Gus” yang disandangnya ini memang gelar yang sesungguhnya, yakni kenyataan bahwa beliau adalah putra seorang Kyai Karismatik dari Dukuh Gendis, Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar. Sosok yang banyak memberi inspirasi bagi orang-orang yang mengenalnya secara lebih mendalam.

Secara pribadi, saya mulai mengenal “Gus Tajud” saat mengikuti kegiatan “MAPABA” yang diadakan oleh pengurus Komisariat PMII Sunan Ampel Tulungagung. Seingat saya, Gus Tajud menyampaikan materi “Aswaja” pada waktu itu. Materi tersebut diberikan diwaktu malam hari, dimana beliau nampak agak “kelelahan”, setelah rutinitasnya yang padat di siang hari. Meski demikian, beliau tetap bersemangat dalam memberikan materi serta teladan bagi kader-kader di bawahnya.

Minggu, 19 Juni 2022

Ini Soal Penghargaan

 

Ini Soal Penghargaan



Artikel sederhana ini bermula dari sebuah status yang cukup mengusik penyelenggara pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Oleh karena memang status ini ditujukan secara langsung pada penyelenggara pendidikan islam. Artikel ini bukan untuk melakukan pembelaan pada satu pihak, melainkan lebih memberikan tawaran alternative pertimbangan yang barangkali saja dirasa cocok. Kalaupun dirasa tidak cocok, tidak ada paksaan untuk menerima tawaran alternative pertimbangan ini.

Beberapa decade belakangan ini, animo masyarakat pada lembaga pendidikan khususnya pendidikan islam yang berbasis pada fullday school cukup santer. Banyak para wali murid yang memilih lembaga-lembaga pendidikan seperti ini untuk menitipkan anak-anaknya. Mereka lebih percaya pada lembaga pendidikan tersebut, tentunya dengan berbagai pertimbangan.

Diantara pertimbangan-pertimbangan yang biasanya mendorong wali murid untuk menitipkan anak-anaknya di lembaga pendidikan Islam fullday school adalah pertama, kualitas pendidikannya. Para wali umumnya melihat bahwa pengelolaan lembaga pendidikan Islam dengan system fullday school lebih baik dari yang lainnya. Tentu, para wali murid menilai hal tersebut dari capaian pembelajaran yang dihasilkannya.

Jumat, 17 Juni 2022

Kemuliaan Seorang Ahli Ilmu

 

Kemuliaan Seorang Ahli Ilmu

(Seri Ihya’ Ulum Al-Din)



Sudah jamak bahwa seorang ahli ilmu memiliki kemuliaan melebihi orang yang bukan ahli ilmu. Kemuliaan ini bisa dirasakan oleh seorang yang tak berilmu sekalipun. Nyatanya dalam kehidupan sehari-hari para ahli ilmu banyak mengambil peran penting dalam kehidupan masyarakat. Bahkan mereka menjadi rujukan bagi berbagai permasalahan yang ada dan ditemukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Ahli ilmu ini tentu bersifat umum, artinya mencakup semua jenis keilmuan, bukan merujuk pada satu jenis ilmu saja. Memang sebagian orang menafsirkan ilmu dalam literature salaf khususnya dengan al-‘ulum al-diniyyah, ilmu-ilmu agama (bersumber dari Al-Qur’an, hadits, dan juga kitab-kitab al-turats). Penafsiran ini tidak sepenuhnya salah. Akan tetapi, bagi saya khususnya, penafsiran ini sedikit mengabaikan,-kalau saya boleh katakan “agak memandang sebelah mata”, ilmu Allah yang lain, yakni ilmu yang bersumber dari ayat kauniyah, tanda-tanda kekuasaan Allah berupa ciptaan-Nya yang terhampar luas. Tentu, sikap semacam ini agak “kurang bijak” bila tetap dipertahankan di era milenial seperti saat ini. Era dimana laju teknologi informasi melaju dengan begitu pesatnya, hingga menghilang sekat hamparan yang menghalang.

Kamis, 16 Juni 2022

Sombong

 

Sombong

Bersama Ustadz Nuryani, Nasrullah dan Syaikh Ahmad


Setiap orang memiliki hak yang sama untuk memberikan definisi tentang sesuatu berdasarkan persepsinya. Persepsi tersebut, tentu benar menurut penuturnya. Hanya saja, belum tentu semua yang dipersepsikannya itu, benar menurut persepsi yang lain. Di sini lah akar masalahnya. Persepsi seseorang akan dianggap “benar”, jika persepsi tersebut sesuai dengan persepsi umumnya orang. Sebaliknya, ia dianggap “salah”, bila berselisih dengan persepsi umumnya orang. Kira-kira demikian. Meskipun tentunya, “kesepakatan banyak orang”, tidak secara otomatis menjadi patokan kebenaran dalam “kesejatian”.

Artikel ini, bermula saat mengintip status WA ustadz saya, Dr. Nuryani, M.Pd.I. tempo hari. Status itu menarik bagi saya, sehingga mala mini, saya “iseng” saja menulisnya dalam bentuk artikel sederhana. Barangkali saja, ada sebagian orang yang merasa tertarik, sekadar sebagai “bacaan”, “hiburan”,“renungan”, “refleksi diri”, atau apalah. Atau barangkali juga menjadi hal yang bisa diambil manfaatnya.

Selasa, 14 Juni 2022

Ujian Akhir Semester Madin UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

 

Ujian Akhir Semester Madin UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung


Dokumentasi Ujian Madin Tilawah

Pekan ini, Senin-Kamis, 13-16 Juni 2022, UPT Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung menggelar ujian akhir semester pembelajaran madin secara bersama-sama. Ujian ini dilaksanakan untuk mengetahui seberapa tingkat kemampuan para mahasantri dalam menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh para asatidz.

System ujian ditentukan oleh lembaga mitra UPT Pusat Ma’had Al-Jami’ah, yakni LP Ma’arif (BTQ, Tilawah), Jam’iyyatul Qurra’ wa Al-Huffadz (Tahfidz) dan Himpunan Alumni Lirboyo (ula, wustho, ulya). Penyeragaman system ujian ini, dimaksudkan agar standar minimal yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga benar-benar tercapai, siapapun pengampu pembelajaran di kelasnya. Hal ini juga memungkinkan lembaga mitra untuk mengevaluasi para tenaga pengajar dibawah lembaga tersebut apakah nantinya tetap bisa dipertahankan, atau membutuhkan evaluasi dan peremajaan.

Dokumentasi Ujian BTQ


Minggu, 12 Juni 2022

Derajat Pemilik Ilmu

 

Derajat Pemilik Ilmu

(Seri Ihya’ Ulum Al-Din)



Keutamaan pemilik ilmu atas yang lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Ada banyak keterangan yang menjelaskan keutamaan ‘alim atas orang-orang jahil. Bahkan, Al-Qur’an membandingkan keduanya sebagaimana perbandiang seorang yang buta dan yang bisa melihat. Tentu, ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan jauh antara ahli ilmu dengan mereka yang bukan ahli ilmu.

Orang yang bukan ahli ilmu, diumpamakan seperti seorang buta yang tidak bisa melihat sekelilingnya. Mereka tidak bisa menyaksikan lingkungannya yang indah, bahkan untuk sekadar berjalan saja, mesti menggunakan perantara yang bisa membantunya agar tidak berjalan ke tempat yang salah, semisal tongkat atau membutuhkan bantuan seorang yang bisa menunjukkan jalan baginya.

Sedangkan mereka yang ahli ilmu, laksana seorang yang bisa melihat. Mereka bisa menyaksikan keindahan alam sekelilingnya, menikmatinya, sekaligus mensyukurinya. Allah swt. memberikan kesempurnaan penglihatan kepada mereka sehingga mereka mengetahui secara pasti keadaan sekelilingnya sehingga tidak menghawatirkan jika mereka terjatuh ke lubang galian di tengah perjalanannya.

Sabtu, 11 Juni 2022

Ilmu Itu Buah

 

Ilmu Itu Buah

(Seri Ihya’ Ulum Al-Din)



Kredibilitas Al-Ghazali sebagai intelektual muslim di masanya tak terbantahkan, meskipun ada sebagian orang yang mencoba melakukan kritik terhadap karya-karya dan pemikirannya. Tidak jarang para pengkritiknya, menisbatkan kemunduran Islam kepadanya.

Betapapun para pengkritik ingin meruntuhkan wibawa Al-Ghazali sebagai ilmuan muslim, namun nampaknya nama Al-Ghazali terlanjur telah dikenal sebagai tokoh yang lebih banyak digandrungi oleh umat muslim di hampir semua penjuru dunia. Terlebih setelah jasanya mengangkat citra tasawuf sebagai ilmu yang berdiri kokoh dan berwibawa setelah sebelumnya dianggap terpengaruh oleh filsafat Plato dan Plotinus dengan corak teoritis dan filosofisnya.

Ihya’ Ulum Al-Din, salah satu diantara karyanya menjadi karya “otentik” yang begitu dikagumi oleh banyak umat muslim dari berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di bumi nusantara ini, kitab Ihya’ banyak dikaji di pesantren-pesantren sebagai kitab “rujukan” dalam pemikiran tasawuf sunni, dimana madzhab inilah yang paling mendominasi masyarakat muslim pribumi.

Minggu, 05 Juni 2022

Manusia yang Paling Berat Siksaannya

 

Manusia yang Paling Berat Siksaannya

(Seri Ihya’ Ulum Al-Din)



Setiap perjalanan yang ditempuh memiliki akhir perjalanan yang menjadi tujuan. Adakalanya perjalanan yang ditempuh akan sampai pada tujuan yang diharapkan, namun tidak jarang pula diantara para penempuh perjalanan tidak sampai pada tujuan yang diharapkan. Mereka sampai pada tempat, dimana tempat tersebut, sebenarnya bukanlah tempat yang menjadi tujuan perjalanannya. Akibatnya, mereka merasa menyesal dan tersesat dalam perjalanan yang ditempuhnya.

Kehidupan di dunia sejatinya tidak jauh berbeda dengan sebuah perjalanan. Yakni perjalanan untuk menuju pada kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan tanpa akhir yang disebut dengan akhirat. Kehidupan kekal abadi selama-lamanya. Sampai kapan? Sampai batas waktu yang dikehendaki-Nya.