Kamis, 14 Januari 2016

Senjata Seorang Alim


Menulis bukanlah hal mudah bagi sementara orang.  Sebagian orang berpendapat, menulis menyita waktu yang cukup panjang sehingga seolah banyak waktu kita yang terbuang dengan menulis. Dan memang pada kenyataannya menulis memang membutuhkan waktu tersendiri yang boleh dibilang cukup lama.
Dahulu saya termasuk orang dalam kategori ini. Sewaktu kuliah sering saya beranggapan bahwa menulis itu menyia – nyiakan waktu karena tidak banyak yang kita dapatkan dari menulis. Dengan menulis waktu yang semestinya dapat kita gunakan untuk membuka wawasan baru dengan memperbanyak membaca literature menjadi berkurang. Akibatnya buku yang kita baca tidaklah sebanyak apabila kita meluangkan waktu kita untuk membaca saja. Keyakinan ini begitu kuat menempel pada diri saya kala itu.
Seiring perjalanan waktu keyakinan itu sedikit demi sedikit berubah. Saya merasa apa yang saya yakini kala itu ternyata bukanlah sesuatu yang semuanya benar meski tidak juga semuanya salah. Menulis ternyata amatlah penting terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam lingkungan akademik. Efek dari tulisan jauh bisa bertahan dalam waktu yang relative lama bila dibandingkan dengan gaya berpidato dan orasi yang bersifat verbal belaka. Ini terbukti dengan berbagai karya para ilmuwan dan ulama klasik maupun modern yang sampa hari ini masih tetap eksis meskipun zaman telah mengalami perkembangan yang sangat cepat. Karya – karya mereka masih tetap saja mampu mewarnai pemikiran – pemikiran ilmuwan masakini.
Tidaklah berlebihan kiranya apabila Imam Ali bin Abi Thalib K.W. pernah mengatakan;

سَيْفُ الْعَالِمِ الْقَلَمُ

Artinya; “Senjata seorang ‘alim adalah pena”.
Seorang yang ‘alim memiliki senjata yang lebih tajam dibandingkan pedang dan semacamnya. “Pena” adalah senjata yang dengan itu seorang ‘alim akan mampu mengubah wajah dunia, menjadi baik pun pula sebaliknya. Pengaruh tulisan yang merupakan goresan tinta yang terdapat dalam setiap pena seorang ‘alim akan memberi pengaruh besar bagi perkembangan generasi berikutnya. Mengubah wajah generasi menjadi generasi berketuhanan, berakhlakul karimah atau menjadi generasi beringas yang siap menumpahkan darah.
Pengaruh besar goresan tinta ini sebenarnya telah diisyaratkan Allah dalam surat al ‘alaq ayat 1 – 5 yang merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada rasulullah saw. Yang telah mengajarkan manusia dengan perantaraan pena. Pena disebutkan dalam ayat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pena bukanlah hal biasa. Pena memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengubah wajah dunia. Mengubah wajah bangsa Arab yang kala itu berada dalam bayang – bayang kegelapan masa jahiliyah, menjadi terang benderang dengan datangnya wahyu yang diturunkan kepada rasulullah saw.
Mudah – mudahan Allah limpahkan rahmad taufiq dan hidayahNya kepada kita dan mudah – mudahan kita bisa menjadi generasi yang memperhatikan akan pentingnya pena “MENULIS”.  Amin…

Ghauts Hadza Zaman




Secara harfiyah ghauts artinya penolong. Hadza Zaman artinya zaman ini. Dengan demikian ghautsu hadza zaman memiliki pengertian penolong di zaman ini/ sekarang.

Sudah menjadi sunnatullah bahwa Allah memiliki kekasih – kekasih pilihan diantara hamba – hambaNya. Dalam islam mereka dikenal dengan nama auliya’ (para wali/ kekasih Allah). Istilah auliya’ dalam islam begitu popular lebih – lebih di Indonesia terutama masyarakat Jawa. Di jawa mereka yang menyebarkan islam pertama di pulau ini dikenal dengan istilah wali songo (wali Sembilan). Mereka tersebar di beberapa wilayah jawa dari jawa timur, jawa tengah sampai jawa barat. Wali songo ini diyakini adalah orang – orang yang memiliki kelebihan khusus yang tidak dimiliki oleh orang pada umumnya. Charisma mereka begitu kuat sehinga pengaruhnya masih tetap dirasakan oleh masyarakat Indonesia khususnya mereka yang tinggal di pulau Jawa.

Selasa, 12 Januari 2016

Jenis – Jenis Manusia


Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam sebaik – baik bentuk. Keterangan ini sesaui dengan apa yang termaktub dalam ayat al qur’an surat al Thin:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِى أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ

Artinya: “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik – baik bentuk”. (Q.S. al Thin;4)
Memang manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang terbaik bila dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia memiliki susunan tubuh yang sangat unik, kulit yang indah, bentuk mata yang indah dsb. Keindahan dan kesempurnaan ciptaan manusia ini sudah seharusnya kita syukuri dengan menggunakan semua bentuk nikmat itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Dzat Yang memberi nikmat, Allah SWT.
Salah satu aspek penting yang dimiliki manusia adalah terciptanya akal yang dengannya manusia dapat berpikir, membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, layak dan tidak layak, halal dan haram. Dengan akal juga manusia dapat melakukan pelestarian terhadap seluruh alam yang diciptakan Allah untuk mereka, memberdayakan alam sehingga menjadi sesuatu yang berdaya dan bernilai guna bagi manusia lainnya. Selain itu akan juga dapat digunakan untuk mengeksploitasi alam sesuai dengan apa yang diinginkan manusia. Tak jarang kita jumpai alam yang rusak akibat eksploitasi besar – besaran yang dilakukan olah makhluk yang bernama ‘manusia’.
Manusia yang memiliki nurani  yang baik dengan bantuan akalnya akan berfikir untuk melestarikan dan memberdayakan alam lingkungan dimana mereka tinggal sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya, menjadi tempat tinggal yang nyaman dan asri untuk didiami. Namun sebaliknya manusia yang dikuasai oleh nurani yang jelek akan mengeksploitasi alam sesuai dengan keinginan syahwat dan nafsu yang bersifat sementara tanpa memikirkan bagaimana kelestariannya serta keberlangsungannya dimasa yang akan dating. Oleh karena itulah agar manusia mampu menjalankan peran dan tugasnya sebagai khalifah fil ardli maka potensi akal harus dioptimalkan sehingga daoat berpikir positif untuk melestarikan dan memberdayakan segal potensi yang terdapat dialam.
Berkaitan dengan pengoptimalan potensi akal manusia Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali membagi manusia menjadi empat jenis, yaitu;
1.      Orang yang tahu dan ia tahu bahwa ia adalah orang yang tahu
2.      Orang yang tahu tetapi ia tidak tahu bahwa ia adalah orang yang tahu
3.      Orang yang tidak tahu tetapi dia tahu kalua ia adalah orang yang tidak tahu
4.      Orang yang tidak tahu dan ia tidak tahu kalua ia adalah orang yang tidak tahu
Pertama, orang yang tahu dan ia tahu bahwa ia adalah orang yang tahu, adalah seseorang yang ‘alim, pandai, cendekia, ilmuan yang mengetahui betul bahwa dirinya adalah orang yang memiliki kelebihan didalam bidangnya masing – masing. Kesadaran yang ia meiliki mendorong dirinya untuk berusaha memperbaiki dirinya, lingkungan dan masyarakat disekelilingnya agar menjadi baik. Mereka akan berjuang untuk kebaikan umat dana lam sekitar sehingga menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai guna. Orang – orang seperti inilah yang diharapkan mampu merubah wajah dunia. Merekalah khalifah Allah fil ardli.
Kedua, orang yang tahu tetapi ia tidak tahu bahwa ia adalah orang yang tahu, merekalah orang yang cerdas, alim, pandai, cendekia, ilmuan yang hebat namun mereka tidak menyadari kehebatannya. Mereka tidak mau berjuang untuk umat dan masyarakatnya, demikian halnya dengan lingkungannya. Kalaupun mereka melakukan sesuatu, maka yang mereka lakukan adalah sesautu yang menguntungkan mereka secara pribadi. Cara berfikir mereka hanyalah bersifat kesenangan sesaat, mengekspoitasi alam hanya demi kepentingan diri sendiri tanpa mau memperhatikan kelestariaannya. Bilamana menjadi pejabat, mereka khianat, memakan uang rakyat dan melakukan hal – hal yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Mereka inilah yang menjadi penghancur dunia.
Ketiga, orang yang tidak tahu dan ia tahu bahwa ia adalah orang yang tidak tahu, orang awam yang sadar akan keawamannya sehingga ia mencari kebenaran dengan bertanya kepada seseorang yang dianggap lebih tahu dan lebih paham daripada dirinya. Apabila dihadapkan pada sebuah persoalan yang ia tidak tahu solusinya, maka ia akan berusaha sepenuh hati untuk mencari kebenarannya dengan mencari informasi, dan fatwa dari orang – orang yang dianggap ahli dalam bidangnya. Orang seperti ini lambat laun akan berkembang dan menjadi orang pada kelompok yang pertama. Mereka adalah calon khalifah Allah fil ardli.
Keempat, orang yang tidak tahu dan ia tidak tahu bahwa ia adalah orang yang tidak tahu, kelompok orang awam yang sombong. Orang yang tidak sadar akan ketidakmampuan yang dia miliki. Selalu menganggap mampu menyelesaikan persoalan tanpa mau menanyakan kepada orang yang lebih ahli. Apabila diberi tahu orang seperti ini justru akan menyerang balik dan mengeluarkan jurus – jurus tipu  muslihatnya. Mereka tidak mau kalah dan tidak mau salah. Kelompok semacam ini berbahaya, berbahaya bagi dirinya lebih – lebih kepada orang lain. Mereka ini adalah orang – orang yang merusak dunia dengan pendapat dan pemikiranya yang dikuasai oleh nafsu serakahnya. Na’udzu billahi min dzalika… Allahu a’lam….


Senin, 11 Januari 2016

Malaikat


Malaikat adalah salah satu diantara makhluk Allah SWT yang tercipta dari nur, bersifat ghaib, tidak tampak oleh mata, tidak bisa diraba dan tidak memiliki nafsu. Malaikat memiliki ketaatan yang bersifat total kepada Allah tanpa pernah melakukan kemaksiyatan sedikitpun.
Sebagai salah satu makhluk Allah malaikat juga memiliki tugas untuk beribadah kepada Allah. Ketaatan malaikat tidak dapat dibandingi oleh makhluk lain oleh karena malaikat tercipta tanpa memiliki nafsu. Oleh karena malaikat tidak memiliki nafsu, maka malaikat tidak membutuhkan makanan, minuman, suami, istri maupun kebutuhan lain yang dibutuhkan makhluk yang bernafsu. Malaikat tidak memiliki jenis laki – laki maupun perempuan.
Bentuk malaikat sebagaimana disebutkan didalam surat al Fathir ayat 1 menunjukkan bahwa ia adalah “makhluk bersayap”. Firman Allah;

اَلْحَمْدُلِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُوْلِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيْدُ فِى الْخَلْقِ مَايَشَاءُ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ  (فاطر: 1)

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Maha Pencipta langit dan bumi, yang membuat malaikat sebagai utusan – utusan yang mempunyai sayap – sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Allah menambahkan pada ciptaanNya apa yang Ia kehendaki. Sesungguhnya Allah itu adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. al Fathir; 1)
Dalam sebuah riwayat Imam Muslim meriwayatkan hadis dari sahabat Ibnu Mas’ud:

رَأَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَهُ سِتُّمِائَةِ جَنَاحٍ  (رواه مسلم)

Artinya: “Rasulullah SAW melihat Malaikat Jibril A.S. dan ia memiliki enam ratus sayap” (H.R. Imam Muslim)
Keterangan diatas mengisyaratkan bahwa bentuk malaikat itu adalah makhluk yang memiliki sayap. Sebagai manusia beriman kita percaya adanya malaikat sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Memang kita tidak bisa melihat secara kasat mata bentuk real dari malaikat karena memang kita hidup dialam yang berbeda dengan malaikat. Namun demikian kita wajib beriman kepada adanya makhluk yang bernama malaikat berdasarkan keterangan yang ada baik dari al qur’an maupun hadis.
Meskipun malaikat adalah makhluk ghaib namun malaikat diberi kemampuan oleh Allah untuk menampakkan wujudnya dalam wujud selain wujud aslinya. Didalam al qur’an dijelaskan bahwa malaikat pernah turun ke bumi dengan mengubah bentuk aslinya menjadi manusia. Dalam surat Maryam misalnya dikisahkan bahwa malaikat mengubah bentuk menjadi seorang lelaki yang dating menemui Maryam untuk memberikan kabar gembira bahwa dia akan dianugerahi seorang anak. Kisah ini dapat dilihat dalam dua ayat berikut;

وَاذْكُرْ فِى الْكِتَابِ مَرْيَمُ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُوْنِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوْحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًاسَوِيًّا ( مريم: 16- 17)

Artinya: “Dan ceritakanlah kisah Maryam (yang tersebut dalam al qur’an), ketika ia berangkat meninggalkan keluarganya kesuatu tempat yang terletak disebelah timur. Ia membawa tabir (yang melindunginya) dari mereka. Kemudian Kami (Allah) mengutus Ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma dihadapannya (sebagai seorang) manusia yang sebenarnya”. (Q.S. Maryam; 16 – 17)
Demikianlah malaikat meskipun ia adalah makhluk ghaib yang tidak bisa dilihat secara kasat mata karena alamnya yang berbeda dengan alam kita, namun sesekali malaikat dapat berubahh bentuk menjadi manusia. Ini adalah salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada malaikat.
Pada dasarnya jumlah malaikat Allah sangat banyak tak terbilang jumlahnya. Menurut beberapa riwayat tetesan air wudlu seorang mukminpun bisa berubah menjadi malaikat. Semua itu wajib kita Imani. Namun demikian jumlah malaikat yang wajib kita ketahui hanya ada sepuluh, yaitu;
1.      Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu
2.      Malaikat Mikail bertugas membagi rizki
3.      Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa
4.      Malaikat Israfil bertugas meniup terompet
5.      Malaikat Munkar bertugas menanyai manusia dialam kubur
6.      Malaikat Nakir bertugas menanyai manusia dialam kubur
7.      Malaikat Raqib bertugas menulis amal baik
8.      Malaikat Atid bertugas menulis amal jelek
9.      Malaikat Malik bertugas menjaga neraka
10.  Malaikat Ridlwan bertugas menjaga surge
Kesepuluh malaikat itulah yang wajib diketahui oleh setiap muslim. Iman kepada malaikat termasuk rukun iman yang kedua. Allahu A’lam…

Minggu, 10 Januari 2016

Lilghauts Bilghauts




Pengertian dan penerapannya seperti lirrasul birrasul. Jadi lilghauts artinya niat mengikuti bimbingan ghautsu hadzaz zaman radliyallahu ‘anhu (disamping niat lillaah dan lirrasuul).Dan bilghauts penerapannya, merasa dalam hati bahwa dalam segala tingkah laku kita yang diridlai Allah kita memperoleh jasa dari ghautsu hadzaz zaman radliyallahu ‘anhu (disamping sadar billaah dan birrasuul).
Jasa ghautsu hadzaz zaman yang dimaksud adalah berupa tarbiyah rohaniyah pendidikan rohani atau sorotan batin yang disebut “Nadzroh”. Suatu sirri dari sekian banyak sirri yang dikaruniakan Allah kepada beliau ghautsu hadzaz zaman radliyallahu ‘anhu. Pada umumnya hanya para ahlul bashair yang ahlul kasyfi yang dikarunia Allah dapat melihat sirri sirri tersebut.
Ahlul bashair adalah orang yang ahli mempunyai pandangan bathin yang tajam karena jiwanya yang telah bersih suci. Ahlul kasyfi adalah orang yang dikaruniai keistimewaan oleh Allah dapat mengetahui perkara – perkara ghaib. Suatu ke Maha Besaran Allah yang dunia fikriyah dan dunia ilmiyah tidak mampu menjangkaunya. Jadi tidak mudah terlihat oleh sembarang orang kebanyakan karena tertutup oleh tabir selubung ke Agungan Allah.