Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam sebaik – baik bentuk.
Keterangan ini sesaui dengan apa yang termaktub dalam ayat al qur’an surat al
Thin:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِى أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
Artinya: “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik
– baik bentuk”. (Q.S. al Thin;4)
Memang manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang terbaik bila
dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia memiliki susunan tubuh yang
sangat unik, kulit yang indah, bentuk mata yang indah dsb. Keindahan dan
kesempurnaan ciptaan manusia ini sudah seharusnya kita syukuri dengan
menggunakan semua bentuk nikmat itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Dzat
Yang memberi nikmat, Allah SWT.
Salah satu aspek penting yang dimiliki manusia adalah terciptanya
akal yang dengannya manusia dapat berpikir, membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, layak dan tidak layak, halal dan haram. Dengan akal juga manusia
dapat melakukan pelestarian terhadap seluruh alam yang diciptakan Allah untuk
mereka, memberdayakan alam sehingga menjadi sesuatu yang berdaya dan bernilai
guna bagi manusia lainnya. Selain itu akan juga dapat digunakan untuk
mengeksploitasi alam sesuai dengan apa yang diinginkan manusia. Tak jarang kita
jumpai alam yang rusak akibat eksploitasi besar – besaran yang dilakukan olah
makhluk yang bernama ‘manusia’.
Manusia yang memiliki nurani
yang baik dengan bantuan akalnya akan berfikir untuk melestarikan dan
memberdayakan alam lingkungan dimana mereka tinggal sehingga menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya, menjadi tempat tinggal yang nyaman
dan asri untuk didiami. Namun sebaliknya manusia yang dikuasai oleh nurani yang
jelek akan mengeksploitasi alam sesuai dengan keinginan syahwat dan nafsu yang
bersifat sementara tanpa memikirkan bagaimana kelestariannya serta
keberlangsungannya dimasa yang akan dating. Oleh karena itulah agar manusia
mampu menjalankan peran dan tugasnya sebagai khalifah fil ardli maka potensi
akal harus dioptimalkan sehingga daoat berpikir positif untuk melestarikan dan
memberdayakan segal potensi yang terdapat dialam.
Berkaitan dengan pengoptimalan potensi akal manusia Imam Abi Hamid
Muhammad bin Muhammad al Ghazali membagi manusia menjadi empat jenis, yaitu;
1.
Orang
yang tahu dan ia tahu bahwa ia adalah orang yang tahu
2.
Orang
yang tahu tetapi ia tidak tahu bahwa ia adalah orang yang tahu
3.
Orang
yang tidak tahu tetapi dia tahu kalua ia adalah orang yang tidak tahu
4.
Orang
yang tidak tahu dan ia tidak tahu kalua ia adalah orang yang tidak tahu
Pertama, orang yang
tahu dan ia tahu bahwa ia adalah orang yang tahu, adalah seseorang yang ‘alim,
pandai, cendekia, ilmuan yang mengetahui betul bahwa dirinya adalah orang yang
memiliki kelebihan didalam bidangnya masing – masing. Kesadaran yang ia meiliki
mendorong dirinya untuk berusaha memperbaiki dirinya, lingkungan dan masyarakat
disekelilingnya agar menjadi baik. Mereka akan berjuang untuk kebaikan umat dana
lam sekitar sehingga menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai guna. Orang –
orang seperti inilah yang diharapkan mampu merubah wajah dunia. Merekalah khalifah
Allah fil ardli.
Kedua, orang yang
tahu tetapi ia tidak tahu bahwa ia adalah orang yang tahu, merekalah orang yang
cerdas, alim, pandai, cendekia, ilmuan yang hebat namun mereka tidak menyadari
kehebatannya. Mereka tidak mau berjuang untuk umat dan masyarakatnya, demikian
halnya dengan lingkungannya. Kalaupun mereka melakukan sesuatu, maka yang
mereka lakukan adalah sesautu yang menguntungkan mereka secara pribadi. Cara berfikir
mereka hanyalah bersifat kesenangan sesaat, mengekspoitasi alam hanya demi
kepentingan diri sendiri tanpa mau memperhatikan kelestariaannya. Bilamana
menjadi pejabat, mereka khianat, memakan uang rakyat dan melakukan hal – hal yang
tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Mereka inilah yang menjadi penghancur
dunia.
Ketiga, orang yang
tidak tahu dan ia tahu bahwa ia adalah orang yang tidak tahu, orang awam yang
sadar akan keawamannya sehingga ia mencari kebenaran dengan bertanya kepada
seseorang yang dianggap lebih tahu dan lebih paham daripada dirinya. Apabila dihadapkan
pada sebuah persoalan yang ia tidak tahu solusinya, maka ia akan berusaha
sepenuh hati untuk mencari kebenarannya dengan mencari informasi, dan fatwa
dari orang – orang yang dianggap ahli dalam bidangnya. Orang seperti ini lambat
laun akan berkembang dan menjadi orang pada kelompok yang pertama. Mereka adalah
calon khalifah Allah fil ardli.
Keempat, orang yang
tidak tahu dan ia tidak tahu bahwa ia adalah orang yang tidak tahu, kelompok
orang awam yang sombong. Orang yang tidak sadar akan ketidakmampuan yang dia
miliki. Selalu menganggap mampu menyelesaikan persoalan tanpa mau menanyakan
kepada orang yang lebih ahli. Apabila diberi tahu orang seperti ini justru akan
menyerang balik dan mengeluarkan jurus – jurus tipu muslihatnya. Mereka tidak mau kalah dan tidak
mau salah. Kelompok semacam ini berbahaya, berbahaya bagi dirinya lebih – lebih
kepada orang lain. Mereka ini adalah orang – orang yang merusak dunia dengan pendapat
dan pemikiranya yang dikuasai oleh nafsu serakahnya. Na’udzu billahi min
dzalika… Allahu a’lam….
Komentar
Posting Komentar