Ketika periode klasik islam mengalami kemajuan yang luar biasa di
segala bidang. Islam menjadi rujukan bagi setiap negara didunia. Di belahan
timur pusat perdaban islam adalah Baghdad, sementara di barat pusat peradaban
islam adalah di Cordova (Andalusia).
Pasca berakhirnya periode klasik islam, ketika islam mulai memasuki
masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterpurukannya. Kebangkitan Eropa kala itu
tidak hanya sebatas pada persoalan politik, akan tetapi kebangkitan itu
meliputi segala bidang. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, peradaban
barat berkembang dengan sangat cepat apalagi dengan semakin berkembangnya
teknologi dan ditemukannya berbagai penemuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan dan
teknologi barat.
Disisi lain umat islam semakin terpuruk dengan munculnya raja –
raja kecil (mulukut Thawaif) dan persaingan antara barat dan timur. Persaiangan
itu meluas sampai pada perebutan kekuasaan antara putra khalifah dan para
pejabat di pemerintahan islam. Akibatnya semangat islam dalam da’wah dan
ukhuwah islamiyah semakin memudar dengan semakin maraknya sifat syu’ubiyah dan
persaingan antar sekte keagamaan dalam islam.
Kesadaran bangsa – bangsa Eropa tidak bisa dilepaskan dari
peradaban islam di Andalusia (Spanyol). Pada masa klasik pemerintah islam
memberikan kesempatan kepada seluruh sarjana – sarjana barat untuk belajar di
universitas islam. Kebebasan beragama dilindungi oleh pemerintah islam. Dengan
demikian para sarjana barat banyak mengambil keuntungan dengan terbukanya
cakrawala pengetahuan mereka sehingga muncul kesadaran dalam diri mereka untuk
keluar dari keterpurukan yang mendera selama ini.
A.
Masuknya
Islam ke Spanyol
Islam masuk ke Spanyol pada masa dinasti Umayah di Damaskus berkuasa
tepatnya pada masa pemerintahan Khalifahh Al Walid. Sebelum menguasai Spanyol,
umat islam sudah terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya salah
satu propinsi dari dinasti Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu
terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685 – 705 M).
Masuknya islam ke Spanyol tidak bisa dilepaskan dari tiga orang
tokoh penting. Mereka adalah Tharif ibnu Malik, Thariq ibnu Ziyad, dan Musa
ibnu Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi
selat yang berada diantara Maroko dan Eropa itu dengan satu pasukan perang,
lima ratus orang diantara adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah
kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat
perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan
kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan visigothic yang berkuasa di Spanyol
pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa ibnu Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak
7000 orang dibawah pimpinan Thariq ibnu Ziyad.
Thariq ibnu Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukan dibawah pimpinan
Thariq ini berhasil menyeberangi selat dan mendarat di sebuah gunung yang
kemudian lebih dikenal dengan nama Giblaltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya
daerah ini maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam
pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Setelah itu Thariq dan
pasukannya terus melanjutkan penaklukan
ke kota – kota penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan
Goth saat itu). Sebeum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan
pasukan kepada Musa ibnu Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan
pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya
12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Ghotic yang jauh lebih
besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibnu Ziyad membuka
jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibnu
Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud
membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, satu persatu kota
yang dilewatinya berhasil ditaklukkan. Setelah Musa berhasil menaklukkan
Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan
Gothic, Thiodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo.
Selanjutnya, keduanya berhaasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Dengan demikian Andalusia tunduk dalam kekuasaan Bani Umayah yang
berpusat di Damaskus. Pada perkembangan berikutnya Andalusia berkembang menjadi
pusat peradaban islam di barat.
B.
Perkembangan
Islam di Spanyol
Semenjak pertama kali menginjakkan kaki di Andalusia (Spanyol),
islam memiliki peranan yang sangat besar. Pada awalnya bangsa Spanyol berada dalam
tekanan kerajaan. Para penganut yahudi dipaksa untuk dibabtis sebagaimana cara
umat kristen. Hal ini menimbulkan gejolak dalam tubuh bangsa Spanyol kala itu.
Islam datang dengan membawa angin segar dan menyelamatkan bangsa ini dari
tekanan dan keterpurukan.
Islam di Spanyol berlangsung dalam kurun waktu yang lama kurang
lebih tujuh setengah abad lamanya. Sejarah panjang yang dilalui umat islam di
Spanyol ini bisa kita bagi menjadi enam periode, yaitu:
1.
Periode
Pertama (711 – 755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali
yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode
ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan
– gangguan masih terjadi , baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari
dalam antara lain perselisihan antara para elit penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan. Gangguan dari luar datang dari sisa – sisa musuh
islam di Spanyol yang bertempat tinggal didaerah – daerah tempat pegunungan
yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan islam.
2.
Periode
Kedua
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan yang bergelar
Amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan
Islam yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Bghdad. Amir pertama
adalah Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar
Al Dakhil (Yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Umayah yang berhasil
meloloskan diri dari kejaran Bani Abbasiyah.
Pada periode ini, umat islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan –
kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman
Al Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah – sekolah di kota – kota besar
Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta
ilmu.
Sekalipun
demikian bukan berarti pada periode ini tidak ada ancaman sama sekali. Ancaman
datang dari para pengikut kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom).
Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpatik terhadp
gerakan ini.
3.
Periode
Ketiga
Periode
ini berlangsung mulai pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “Al Nashir”
sampai munculnya “raja – raja kelompok” yang diikenal dengan nama “Muluk al
Thawaif”. Pada periode ini, Spanyol dipimpin oleh seorang yang bergelar
khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai
kepada Abdurrahman III bahwa Al Muktadir, khalifah Bani Abbas di Baghdad saat
itu meninggal dunia karena dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut
penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa keadaaan pemerintahan Abbasiyah
sedang berada dalam kemelut dan pada saat inilah saat yang tepat untuk memakai
gelar khalifah.
Periode
ini merupkan periode keemasan bagi umat Islam Spanyol menyaingi kejayaan
Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al Nashir mendirikan Universitas Cordova.
Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku
dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, maasyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran.
4.
Periode
Keempat
Pada
periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil
dibawah pemerintahan raja – raja golongan atau Al Mulukuth Thawaif, yang
berpusat disuatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Pada periode
ini, Spanyol kembali mengalami masa pertikaian intern. Ironisnya, ketika
terjadi pertikaian ada diantara raja – raja yang bertikai itu yang meminta
bantuan kepada raja – raja kristen. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
kondusi yang semakin tidak kondusif. Orang kristen menyadari bahwa islam
semakin melemah karena terpecah – pecah sehingga mereka mengambil inisiatif
untuk menyerang umat islam.
5.
Periode
Kelima
Meskipun
masih mengalami perpecahan pada pemerintahan umat islam, akan tetapi pada masa
ini ada satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabitun (1086 –
1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146 – 1235 M).
6.
Periode
Keenam
Pada
periode ini, Islam hanya berkuasa didaerah Granada, dibawah pemerintahan diasti
Bani Ahmar (1232 – 1492 M). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada
masa An Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya hanya berkuasa
didaerah yang kecil. Kekuasaan islam yang merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir, karena perselisihan orang – orang istana yang
memperebutkan kekuasaan.
C.
Kemajuan
Peradaban
Islam
mampu bertahan di Spanyol dalam kurun waktu lebih dari tujuh abad. Pada masa
pemerintahan umat islam, Spanyol mengalami kemajuan yang pesat dalam berbagai
bidang. Banyak prestasi yang ditorehkan umat islam di Spanyol. Peradaban
Spanyol mengalami perkembangan yang signifikan dibandingkan ketika Spanyol di
kuasai kerajaan Visighotic.
1.
Kemajuan
intelektual
Masyarakat
Spanyol merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitaas – komunitas
Arab (Utara dan Selatan), al Muwalladun (orang – orang Spanyol yang
masuk islam), Barbar (umat islam yang berasal dari Afrika Utara), al
Shaqalibah ( penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang
menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islamuntuk dijadikan tentara
bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih
menentang kehadiran Islam. Semua komunitas ini, kecuali yang terakhir
memberikan saham yang besar dalam perkembangan intelektual terhadap
terbentuknya budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan
pembanguan fisik Spanyol.
a.
Filsafat
Dalam
perkembangan fisafat, banyak sarjana filsafat yang lahir dari pemerintahan
islam Spamyol. Atas inisiatif Hakam (961 – 976 M), karya – karya ilmiah dan
filosof diimpor dari timur dalam jumlah yang besar, sehingga, Cordova dengan
perpustakaan dan universitasnya mampu menyaingi Baghdad di timur.
Tokoh
utama pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibnu
Al Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia
pindah ke Seville dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez pada tahun
1138 M dalam usia yang maasih muda. Seperti Al Farabi dan Ibnu Sina di timur,
masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya
adalah Tadbir al Mutawahhid.
Tokoh
utama kedua adalah Abu Bakr ibnu Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun
kecil disebelah timur Granada dan wafat diusia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang
sanagt terkenal adalah Hay ibnu Yaqzhan.
Akhir
abad ke 12 merupakan masa kemunculan seorang pengikut Aristoteles yang terbesar
dalam gelanggang fisafat islam, yaitu Ibnu Rusyd dari Cordova. Ia lahir pada
tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam
menafsirkan naskah – naskah Aristoteles dan kehati hatian dalam menggeluti
masalah – masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli
fiqh dengan karyanya Bidayah al Mujtahid.
b.
Sains
Ilmu
– ilmu kedokteran, astronomi, matematika, musik, kimia dan lain – lain
berkembang dengan baik. Abbas ibnu Farnas termsyhur dalam ilmu kimia dan
astronomi. Ialah orang pertam yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim
ibnu Yahya Al Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapatmenentukan waktu
terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil
membuat teropong binatang modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya
dan bintang – bintang. Ahmad ibnu Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang
obat – obatan.
c.
Fiqih
Muslim
Spanyol dikenal sebagai pengaut madzhab Maliki. Orang yang memperkenalkan
madzhab ini di Spanyol adalah Ziyad ibnu Abd Al Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjadi qadli pada masa Hisyam ibnu
Abd Rahman. Ahli fiqih lainnya adalah Abu Bkr ibnu Al Quthiyah, Munzir ibnu
Sa’id Al Baluthi, dan Ibnu Hazm.
d.
Musik
dan Kesenian
Dalam
bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya Al Hasan ibnu Nafi’ yang dijuluki Zaryab.
e.
Bahasa
dan Sastra
Dalam
bidang bahasa dan sastra, islam Spanyol melahirkan banyak ahli bahasa dan
sastra. Diantara mereka adalah Ibnu Sayyidih, Ibnu Malik pengarang kitab
Alfiyah, Ibnu Khuruf, Ibnu Al Hajj, Abu Ali Al Isybili, Abu Al Hasan Ibnu
Usfur, dan Abu Hayyan Al Gharnati.
Karya
sastra juga banyak bermunculan, diantaranya adalah Al ‘Iqd al Farid
karya Ibnu Abd Rabbih, al Dzakirah Fi Mahasin Ahli al Jazirah oleh Ibnu
Bassam, Kitab al Qalaid buah karya Al Fath ibnu Khaqan, dan banyak yang
lain.
2.
Kemegahan
pembangunan fisik
Pembangunan
fisik tidak lepas dari perhatian pemerintah islam. Pada masa pemerintahan islam
banyak dibangun kanal – kanal yang pada awalnya belum dikenal oleh Spanyol,
sehingga pertanian berkembang. Selain itu orang Arab juga memperkenalkan
pengaturan hidrolik dengan tujuan irigasi.
Pembangunan
fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung – gedung, seperti
pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan taman – taman. Diantara
bangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Al Zahra, Istana Ja’fariyah di
Saragosa, tembok Toledo, istan Al Makmun, masjid Seville dan istana Al Hamra di
Granada.
D.
Pengaruh
Peradaban Spanyol Islam Di Eropa
Kemajuan peradaban islam di Eropa tidak dapat dilepaskan dari
peradaban islam di Spanyol. Eropa banyak belajar dari peradaban Spanyol disamping
faktor lain seperti perang salib.
Kemunculan Ibnu Rusyd (1120 – 1198 M) telah membawa pengaruh besar
dalam kehidupan masyarakat Eropa. Ibnu Rusyd telah melepaskan masyarakat Eropa
terhadap belenggu pemikiran dan taklid. Ia mengulas pemikiran Aristoteles
dengan cara yang sangat memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia
mengedepankan sunnatullah menurut pengertian islam terhadap pantheisme dan
anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya hingga di Eropa terjadi
gelombang Averoisme (Ibnu Rusyd – isme) yang menuntut kebebasan
berpikir.
Otoritas gereja yang mengekang pemikiran mendapat penentangan dari
gelombang Averoisme ini. Puncak dari gerakan ini adalah munculnya gerakan
reformasi pada abad ke – 16 M dan rasionalisme pada abad ke 17 M. Karya Ibnu
Rusyd banyak dicetak dan diterbitkan. Terbukalah wawasan bangsa Eropa hingga
mereka mengalami kemajuan yang sangat luar biasa dalam semua lini kehidupan.
Pegaruh ilmu pengetahuan islam atas Eropa ini melahirkan gerakan
kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropapada abad ke –
14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad 16 M, rasionalisme
pada abad ke 17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke 18 M.
Wallahu A’lam bish Shawab
Komentar
Posting Komentar