Selasa, 23 Februari 2016

HADIS




BAB I
HADIS TENTANG NIAT 

عَنْ عُمَرَ ابْنَ الْخَطَّابِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَاالْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَي، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِلدُّنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ اِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَجَرَ إِلَيْهِ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: sesungguhnya amalan – amalan itu tergantung pada niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang (niat) hijrahnya karena Allah dan rassulnya, maka hijrahnya (benar – benar) kepada Allah dan rasulNya. Dan barangsiapa yang (niat) hijrahnya untuk dunia yang ingin diraihnya atau untuk wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia hijrah karenanya. (H.R. Bukhari dan Mulim)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وآله وسلم : ' إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ ، َوَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ' (رواه البخاري)

Artinya: Dari Abu Hurairah,Ia berkata: rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta kalian, tetapi Ia melihat hati dan amal kalian” (H.R. Bukhari)

MEMANFAATKAN WAKTU

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبَىْ فَقَالَ: كُنْ فِى الدُّنْيَا كَاَنَّكَ غَرِيْبٌ اَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. كَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُما يَقُوْلُ إِذَا اَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَ إِذَا اَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ  (رَوَاهُ الْبُخَارِى)

Artinya: Dari Ibnu Umar R.A ia berkata, Rasulullah SAW telah memegang pundakku, lalu beliau bersabda: “Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan perantau (orang asing) atau orang yang sedang menempuh perjalanan. Ibnu Umar berkata: “Jika engakau diwaktu sore maka jangan menunggu sampai waktu pagi dan sebaliknya, jika engkau diwaktu pagi maka janganlah menunggu sampai diwaktu sore, dan gunakanlah sehatmu untuk sakitmu, dan gunakanlah hidupmu untuk matimu” . (HR. Bukhori)

BAB II
HADIS TENTANG IMAN, ISLAM DAN IHSAN

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: مَا الْإِيْمَانُ قَالَ: الْإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَبِرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ: مَا الْإِسْلَامُ قَالَ: اَلْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ قَالَ: مَا الْإِحْسَانُ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ قَالَ: مَا الْمَسْئُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا؛ إِذَا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ اْلبَهْمُ فِي الْبُنْيَانِ، فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم (إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ ) اَلْآيَةَ: ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ: رُدُّوْهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئاً فَقَالَ: هَذَا جِبْرِيْلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِيْنَهُمْ  (أخرجه البخاري)

Hadis Abi Hurairah r.a. Ia berkata: “Suatu hari Nabi SAW tampak bersama orang – orang, kemudian datanglah seorang lelaki, kemudian lelaki itu berkata: ‘Apa iman itu?’ Nabi bersabda: “Iman adalah engkau percaya (beriman) kepada Allah, para malaikatNya, pertemuan denganNya, rasul – rasulNya, dan engkau beriman dengan hari kebangkitan (ba’ts)”. Lelaki itu berkata: ‘Apa islam itu?’ Nabi bersabda: “Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukannya,mendirikan shalat dan menunaikan zakat yang diwajibkan,dan puasa ramadlan.” Lelakii itu berkata: ‘Apa itu ihsan?’ Nabi bersabda: “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah – olah engkau melihatNya, jika engkau tidak bisa melihatNya, maka sesungguhnya Ia melihatmu.” Lelaki itu berkata: ‘Kapankah kiamat itu?’ Nabi bersabda: “Tiadalah orang yang ditanya lebih tahu daripada yang bertanya, aku akan mengabarkanmu tentang tanda – tandanya, jika seorang hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika para penggembala unta kambing berlomba – lomba mendirikan bangunan, termasuk lima hal yang tiada yang tahu melainkan Allah, kemudian Nabi membaca ayat (إِنَّ الله عنده علم الساعة ) kemudian beliau berbalik kemudian beliau bersabda: “jawablah ia”, maka mereka tidak melihat sesuatupun. Ini adalah Jibril yang datangg kepada manusia untuk mengajarkan tentang agama mereka ) H.R. Bukhari)

BAB III
HADIS TENTANG PERINTAH MASUK ISLAM

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ ، ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ (رواه مسلم)

Artinya: Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, tidaklah seseorang dari umat ini mendengarkan (dakwah) ku, baik Yahudi maupun Nashrani, kemudian ia mati dan tidak beriman dengan ajaran yang aku diutus dengannya, melainkan ia menjadi penghuni neraka (H.R. Muslim)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوْاالصَّلَاةَ وَيُؤْتُوْا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ عَصَمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: Dari Ibnu Umar ia berkata, rasulullah saw bersabda; Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, serta menunaikan zakat. Apabila mereka talah melakukan hal itu, maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali karena hak islam dan perhitungan mereka kepada Allah” (H.R. Bukhari dan Muslim)

BAB IV
HADIS TENTANG KEUTAMAAN ISLAM 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوْا وَقَارِبُوْا وَأَبْشِرُوْا، وَاسْتَعِيْنُوْا بِالْغَدْوَةِ وَالرُّوْحَةِ وَشَيْئٍ مِنَ الدُّلْجَةِ (رواه البخاري)

Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, rasulullah saw bersabda;  “Sesunguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang bersikap ekstrim terhadap agama ini melainkan pasti ia akan menyulitkan dirinya. Oleh karena itu, bersikaplah tengah – tengah, pilihlah yang paling dekat dengan kebenaran dan berilah kabar gembira. Dan mintalah pertolongan (kepada Allah dengan senantiasa beribadah pada waktu bersemangat) pagi, sore, dan sebagian malam.” (H.R. Bukhari)

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدِ الْخُذْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ كَتَبَ اللهُ لَهُ كُلَّ حَسَنَةٍ كَانَ أَزْلَفَهَا، وَمُحِيَتْ عَنْهُ كُلُّ سَيِّئَةٍ كَانَ أَزْلَفَهَا، ثُمَّ كَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ، اَلْحَسَنَةُ بِعَشْرَةِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهَا (رواه البخاري والنسائ وهذا اللفظ له)

Artinya: Dari Abi Sa’id Al Khudriy bahwa dia pernah mendengar rasulullah saw bersabda; “Apabila seorang hamba masuk islam dan bagus islamnya, niscaya Allah menentukan baginya setiap kebaikan yang telah dikerjakannya dan dihapus setiap kejahatan yang pernah dilakukannya. Kemudian setelah itu qishash. Satu kebaikan (akan dibalas) dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Sedagkan satu keburukan akan dibalas dengan semisalnya, kecuali Allah azza wajalla mengampuninya.” (H.R. Bukhari, Nasai dan lafald ini miliknya)

BAB V
HADIS TENTANG  KEUTAMAAN TAUHID

عَنْ عُبَادَةَ ابْنِ الصَّامِتِ أَنَّهُ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَأَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوْحٌ مِنْهُ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَاكَانَ مِنَ الْعَمَلِ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Ubadah bin Shamit sesungguhnya ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, bahwa Muhammad saw adalah hamba dan rasulNya, Isa adalah hamba dan rasulNya, kalimatNya yang diberikan kepada Maryam, serta Ruh dariNya, surge adalah benar adanya dan mereka pun benar adanya. Maka Allah pasti memasukkannya kedalam surge berdasarkan amalan yang dilakukannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ لَقِيَ اللهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ (رواه البخاري)

Artinya: Dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang bertemu Allah (dalam kondisi) tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, niscaya ia masuk surge.” (H.R. Bukhari)

BAB VI
HADIS TENTANG ANCAMAN BERBUAT SYIRIK

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِجْتَنِبُوْا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ قِيْلَ: يَا رَسُوْ لَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَألَ اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلَّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan, ada yang bertanya, ‘wahai rasulullah, apakah tujuh perkara itu?’ Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan perang dan menudh berzina terhadap wanita – wanita yang terjaga dari perbuatan keji sedangkan ia sama sekali tidak terbesit untuk berbuat zina, lagi beriman.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَا تُشْرِكْ بِاللهِ شَيْئًا، وَإِنْ قُطِّعْتَ وَحُرِّقْتَ، وَلَا تَتْرُكْ صَلَاةً مَكْتُوْبَةً، فَمَنْ تَرَكَهَا مُتَعَمِّدًا فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ، وَلَا تَشْرَبِ الْخَمْرَ، فَإِنَّهَا مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ (رواه ابن ماجه)

Artinya: Dari Abu Darda’ ia berkata, Rasulullah saw bersabda; ‘Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, sekalipun engkau dipotong, dan dibakar. Janganlah meninggalkan shalat wajib dengan sengaja, karena barangsiapa yang meninggalkannya dengan sengaja berarti jaminan telah lepas darinya. Janganlah minum arak, karena ia adalah kunci segala kejahatan.’ (H.R. Ibnu Majah)

BAB VII
HADIS TENTANG TANDA – TANDA KEMUNAFIKAN

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْ لُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَاؤْتُمِنَ خَانَ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah saw bersabda; ‘Tanda orang munafiq ada tiga, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat ia berkhianat.’ (H.R. Bukhari dan Muslim)

عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍو قَالَ، قَالَ رسُوْ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا : إِذَاؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذّبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya: Dari Abdullah bin Amr ia berkata, Rasulullah saw bersabda; ‘Ada empat perkara, barangsiapa yang memiliki keempat sifat tersebut berarti dia adalah munafiq tulen, dan siapa yang ada padanya satu perkara darinya, berarti padanya ada satu tanda kemunafikan sampai dia meninggalkannya; apabila diberi amanah, ia berkhianat, apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji ia melanggar, dan apabila bersengketa ia melakukan kecurangan.’ (H.R. Bukhari dan Muslim)

BAB VIII
HADIS TENTANG HAKIKAT BERIMAN KEPADA QADAR

عَنْ أَبِيْ دَرْدَاءَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لِكُلِّ شِيْئٍ حَقِيْقَةٌ، وَمَا بَلَغَ عَبْدٌ حَقِيْقَةَ الْإِيْمَانِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَمَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ (رواه أحمد)

Artinya: Dari Abu Darda’ ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Setiap sesuatu memiliki hakikat, dan tidaklah seorang hamba sampai kepada hakikat iman sehingga ia meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirinya pasti tidak akan meleset dan apa yang telah ditakdirkan tidak akan mengenai dirinya pasti tidak akan menimpanya.’ (H.R. Ahmad)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا غُلَامُ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْهَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْئَلِ اللهَ، وَإِذَااسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْئٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بَشَيْئٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَلَوِاجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْئٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ (رواه أحمد والترمذي)

Artinya: Dari Ibnu Abbas dia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Wahai anak muda! Sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Peliharalah Allah (dengan taat kepadaNya) niscaya Dia memeliharamu. Peliharalah Allah, niscaya engkau mendapatkanNya dihadapanmu. Apabila engkau meminta, memintalah kepada Allah, apabila memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Dan ketauhilah, sesungguhnya jika seluruh umat bersatu untuk memberi kemanfaatan kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidakk bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Jikalau mereka bersatu untuk membahayakanmu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan bisa membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah kepadamu, pena telah diangkat, dan lembaran telah kering.’ (H.R. Ahmad dan Tirmidzi)

BAB IX
HADIS TENTANG PERINTAH BERPEGANG PADA AL QUR’AN

عَنْ جُبَيْرِ ابْنِ مُطْعِمٍ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَبْشِرُوْا، فَإِنَّ هَذَالْقُرْأَنَ طَرْفُهُ بِيَدِ اللهِ وَطَرْفُهُ بِأَيْدِيْكُمْ فَتَمَسَّكُوْا بِهِ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَهْلِكُوْا وَلَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُ أَبَدًا (رواه الطبراني وصححه الألباني)

Artinya: Dari Jubair bin Muth’im ia berkata, Rasulullah sae bersabda; ‘Bergembiralah, sesungguhnya al qur’an ini, satu sisinya berada di tangan Allah, dan sisinya yang lain berada ditangan kalian. Maka berpeganglah dengannya, sesungguhnya kalian tidak akan binasa dan tidak akan tersesat sesudahnya selama – lamanya.’ (H.R. al Thabrani dan disahihkan oleh al Albani)

عَنْ زَيْدِ ابْنِ أَرْقَمْ قَالَ، قَالَ رَسُوْ لُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَمَّا بَعْدُ، أَلَا أَيُّهَاالنَّاسُ ، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوْشِكُ أَنْ يَاْتِيَ رَسُوْلُ رَبِّيْ فَأُجِيْبَ، وَأَنَا تَارِكٌ فِيْكُمْ ثَقَلَيْنِ : أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ، فِيْهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ، مَنْ اسْتَمْسَكَ بِهِ وَأَخَذَ بِهِ كَانَ عَلَى الْهُدَى، وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ، فَخُذُوْ بِكِتَابِ اللهِ وَاسْتَمْسِكُوْا بِهِ، وَأَهْلُ بَيْتِيْ أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِى أَهْلِ بَيْتِيْ، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِى أَهْلِ بَيْتِيْ (رواه مسلم)

Artinya; Dari Zaid bin Arqam ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Amma ba’du, ketahuilah, wahai manusia, sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia, hamper tiba masanya,  utusan rabbku dating kepadaku, lalu aku memenuhi panggilanNya. Aku meninggalkan dua perkara kepada kalian; yang pertama kitabullah (al qur’an), padanya ada petunjuk dan nur (cahaya). Brangsiapa yang berpegang kepadanya dan mengambilnya, niscaya ia berada diatas petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak melakukan hal itu , niscaya ia tersesat (dari jalan kebenaran). Ambillah kitabullah (al qur’an) dan berpeganglah kepadanya. Dan (kedua) ahlii baitku, aku mengingatkan kalian (atas nama) Allah pada ahli baitku (keturunanku). Aku mengingatkan kalian (atas nama) Allah pada ahli baitku (keturunanku).’ (H.R. Muslim)

BAB X
HADIS TENTANG KEUTAMAAN MEMPELAJARI AL QUR’AN, MENGAJARKANNYA DAN MEMBACANYA

عَنْ عُقْبَةَ ابْنِ عَامِرٍ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ، أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ، فَيَأْتِيَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ، فِي غَيْرِ إِثْمٍ وَلَا قَطْعَ رَحْمٍ؟ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْ لَ اللهِ نُحِبُّ ذَالِكَ ، قَالَ أَفَلَا يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَتَعَلَّمُ أَوْ يَقْرَأُ أَيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ ، وَثَلَاثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلَاثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الْإِبِلِ (رواه مسلم)

Artinya: Dari Uqbah bin Amir ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘siapakah diantara kalian yang suka pergi ke Buththan, atau ke Aqiq, lalu dia kembali darinya dengan dua unta yang memiliki punuk besar, tanpa melakukan dosa, dan tanpa memutuskan silaturrahmi? Kami menjawab, ‘Wahai Rasulullah, kami menyukai hal itu’. Beliau saw lantas bersabda, ‘Tidakkah salah seorang diantara kalian pergi kemasjid, lalu belajar atau membaca dua ayat dari kitabullah, (hal itu ) lebih baik baginya daripada dua ekor unta, tiga (ayat) lebih baik baginya daripada tiga (ekor unta) dan empat (ayat) lebih baik baginya daripada empat (ekor unta) dan seterusnya bilangan (ayat) akan menyamai dengan bilangan unta.’ (H.R. Muslim)

عَنْ عُثْمَانَ ابْنِ عَفَّانَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْأَنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخاري)

Artinya: Dari Usman bin Affan dia berkata, Rasulullah saw bersabda, sebaik – baik orang diantara kalian adalah orang yang mempelajari al qur’an dan mengajarkannya.’ (H.R. Bukhari)

BAB XI
HADIS TENTANG ANJURAN MENUNTUT ILMU

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَسْلُكُ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا إِلَّا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقَ الْجَنَّةِ وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ (رَوَاهُ ابو دود)

Artinya : Dari Abu Hurairah ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah seorang laki – laki yang meniti jalan untuk mencari ilmu melainkan Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surge. Dan barangsiapa yang lambat amalannya maka nasabnya tidak akan memberinya manfaat.” (HR. Abu Dawud)

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ (رواه الترمذي)

Artinya : “Dari Abu Hurairah ia berkata: “ Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berjalan disuatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surge.” (HR. Tirmidzi)

BAB XII
HADIS TENTANG KEUTAMAAN MENYEBARKAN ILMU

عَنْ زَيْدِ ابْنِ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ نَضَّرَ اللهُ امْرَأًسَمِعَ مِنَّا حَدِيْثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍ (رواه أبو داود)

Artinya: Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadis dariku lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu.” (HR Abu Dawud)

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثًافَبَلَّغَهُ فَرُبَّ مُبَلِّغٍ أَحْفَظُ مِنْ سَامِعٍ (رواه ابن ماجه)

Artinya: Dari Abdurrahman bin Abdullah dari bapaknya ddari Nabi SAW, beliau bersabda: “Allah akan memperindah seseorang yang mendengar satu hadis dari kami kemudian menyampaikannya. Berapa banyak orang yang disampaikan hadis kepadanya lebih hafal dari orang yang mendengarnya” (HR. Ibnu Majah)

BAB XIII
HADIS TENTANG TEGURAN KERAS BERDUSTA ATAS NAMA RASULULLAH

عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قُلْتُ لِلزُّبَيْرِ مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تُحَدِّثَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صًلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا يُحَدِّثُ عَنْهُ أَصْحَابُهُ فَقَالَ أَمَا وَاللهِ لَقَدْ كَانَ لِى مِنْهُ وَجْهٌ وَمَنْزِلَةٌ وَلَكِنِّى سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه أبو داود)

Artinya: Dari Amir bin Abdullah bin Az Zubair dari ayahnya ia berkata, Äku tanyakan kepada Az Zubair, Äpa yang menghalangimu untuk menceritakan dari rasulullah saw sebagaimana yang diceritakan para sahabatnya? Kemudian ia menjawab, “Sungguh aku mempunyai posisi dan kedudukan di sisi rasulullah saw, akan tetapi aku mendengar beliau bersabda : “Barangsiapa berdusta kepadaku dengan sengaja maka hendaknya ia mempersiapkan tempatnya di neraka.” (HR Abu Dawud)

عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّهُ لَيَمْنَعُنِيْ أَنْ أُحَدِّثَكُمْ حَدِيْثًا كَثِيْرًا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Artinya: Dari Anas bin Malik bahwasannya dia berkata, ‘Sesungguhnya sesuatu yang menghalangiku untuk menceritakan hadis yang banyak kepada kalian adalah, bahwa rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang secara sengaja melakukan kedustaan atas namaku, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka.” (HR. Muslim)






Senin, 01 Februari 2016

Dasar/Dalil Penerapan Lil Ghauts Bil Ghauts



وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ (31- لقمان: 15)

Artinya: “Dan ikutilah jalannya orang – orang yang kembali kepadaKu” (Q.S. Luqman;15)
Orang yang kembali kepada Allah. Kembali dengan sepenuh hatinya, lahir dan batinnya terutama. Batinn senantiasa ingat kepada Allah . senantiasa berdepe – depe tadlaru’ kepada Allah, senantiasa menyerahkan segala – galanya, segala persoalan kepada Allah, menyerahkan bongkoan 100%.  Senantiasa takhalluq biakhlaaqihi wabiakhlaaqi rasuulihi saw. Dan sebagainya, istilah wahidiyah menerapkan 100% Lillaah Billaah, Lirrasuul Birrasuul yang paling sempurna. Orang yang seperti itu pada zaman sekarang ini tidak lain adalah “Ghautsu Hadzaz Zaman R.A.”

يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْااللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ (9- التوبة: 119)

Artinya: “Hai orang – orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allahdan hendaklah kamu sekalian bersama orang – orang yang benar” (Q.S. At Taubah;119)

Orang – orang yang benar – benar dalam I’tiqad, benar dalam aqidah, benar ucapan dan benar dalam tindakan. Benar dalam pandangan Allah wa Rasulihi saw.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوْحِيْ إِلَيْهِمْ فَاسْئَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ (16- النحل: 43)

Artinya: “Dan Kami tidaklah mengutus sebelum engkau (Muhammad) melainkan orang laki – laki yang Kami wahyukan kepada mereka , maka bertanyalah kamu sekalian kepada “ahludz dzikri” jika kamu sekalian tidak mengetahui”. (Q.S. An Nahl;43)

اَلْمُرَادُ بِأَهْلِ الذِّكْرِ الْعُلَمَاءُ بِاللهِ وَبِدِيْنِهِمْ الْعَامِلُوْنَ بِعُلُوْمِهِمْ اِبْتِغضاءَ وَجْهِ اللهِ (رسالة المعاونة ص 13)

Artinya: “Yang dimaksud dengan “Ahludz Dzikri” adalah al ‘ulamaau Billaah wabidiinihim= orang yang sadar Billaah dan menguasai hukum – hukum agama yang mengamalkan ilmunyasemata – mata hanya mengharap wajhullaah/ridla Allah (Lillaah).

جَالِسُوْا الْكُبَرَاءَ وَسَائِلُوْا الْعُلَمَاءَ وَخَالِطُوْا الْحُكَمَاءَ (رواه الطبراني عن أبي جحيفة)

Artinya: “Duduk bergabunglah dengan ulama’ besar (Mujtahid/Mujaddid/Ghautsu Hadzaz Zaman) dan bertanyalah kepada ulama’ dan bergaullah dengan para hukama’/para ahli hikmah (mufti) (Hadits riwayat Thabrani dari Abu Juhaifah)


اَلْعُلَمَاءُ ثَلَاثَةٌ :
 - عَالِمٌ بِاللهِ وَبِأَحْكَامِهِ
- عَالِمٌ بِاللهِ فَقَطْ
- عَالِمٌ بِأَحْكَامِهِ فَقَطْ

Ulama’/orang ‘alim ada tiga macam:
1)      Orang ‘alim Billaah (sadar billaah) dan menguasai hukum – hukum Allah. Kepadanya kita harus berguru. Berguru terutama dalam perjalanan menuju wushul sadar kepada Allah wa rasuulihi saw.
2)      Orang hanya ‘alim Billah saja, tidak menguasai hukum – hukum Allah. Dia hanya mengerti hukum agama yang pokok – pokok saja untuk dapat menjalankan syariat bagi dirinya sendiri.
3)      Orang yang hanya ‘alimun biahkaamihi saja. Hukum agama dia memang betul – betul menguasai, dan lagi memang banyak ilmunya, akan tetapi dia belum sadar kepada Allah. Belum merasakan penerapan Billaah. Orang ‘alim seperti ini karena belum sadar Billaah otomatis kesadaran tauhidnya masih dibawah yang omer dua diatas. Sudah barang tentu orang ‘alim nomer tiga ini tidak responsible (dapat bertanggung jawab)dan tidak dapat membimbing manusia kearah kesadaran kepada Allah wa rasulihi saw kearah kesadaran tauhid atau kesadaran Billaah. Beliau dapat dimanfaatkan ilmunya terbatas hanya dalam bidang – bidang ilmiah syariat dan yang berhubungan dengan itu. Jadi hanya dapat menanamkan tugas – tugas ilmiah saja, tidak bisa mengantarkan sampai kepada tingkat dzauqiyah.

خَيْرُ جُلَسَائِكُمْ مَنْ ذَكَرَكُمُ اللهُ رُؤْيَتُهُ وَزَادَ فِي عَمَلِكُمْ مَنْطِقُهُ وَذَكَرَكُمُ الْأَخِرَةَ عَمَلُهُ (رواه ابن حميد والحاكم عن ابن عباس حديث حسن)

Artinya: “Sebaik – baik teman dudukmu (guru) adalah orang yang pandangannya mengingatkan kamu kepada Allah, dan bicaranya dapat menambah didalam ilmumu, serta amal perbuatannya mengingatkan kamu kepada akhirat.” (H.R. Ibnu Humaid dan Hakim dari Ibnu Abbas, Hadis Shahih)

رَاْسُ الْحِكْمَةِ مَخَافَةُ اللهِ وَالْخَوْفُ مِنْ ثَمْرَةِ الْعِلْمِ بِاللهِ فَالْحُكَمَاءُ هُمُ الْعَامِلُوْنَ بِاللهِ وَإِنْ كَانُوْا ضُعَفَاءَ فِى سَائِرِ الْعُلُوْمِ الرَّسْمِيَّةِ كَلِيْلَةً (ابن عباد ج ثاني ص 46)

Artinya: “Pokok pangkalnya hikmah adalah rasa takut kepada Allah dan rasa takut kepada kepada Allah itu merupakan sebagian dari buahnya ilmu Billah. Maka yang disebut “Hukama’(Ahli Hikmah)” adalah orang – orang yang ‘alim Billaah (sadar Billaah) sekalipun mereka lemah pengetahuannya dalam bidang ilmu syari’at” (Ibnu ‘Ibad juz 2, h. 46)

مَنْ تَفَقَّهَ وَلَا تَصَوَّفَ فَقَدْ تَفَسَّقَ وَمَنْ تَصَوَّفَ وَلَا تَفَقَّهَ فَقَدْ تَزَنْدَقَ وَمَنْ تَفَقَّهَ وَتَصَوَّفَ فَقَدْ تَحَقَّقَ (سلالم الفضلاء)

Artinya: “Barangsiapa berilmu fiqih dan tidak bertasawuf maka sungguh ia telah menjadi fasiq/rusak. Barangsiapa bertasawuf tetapi tidak berfiqih maka sungguh ia telah menjadi zindiq, dan barangsiapa berfiqih dan bertasawuf, maka sungguh ia telah tahaqquq = menjalankan kebenaran” (Kitab Salaalamul Fudlala’)

-