Menghormati Guru dan Dokter


Menghormati Guru dan Dokter

Guru dan dokter merupakan profesi yang terhormat. Guru mengajarkan pada siswa-siswinya ilmu pengetahuan yang dengannya seorang murid akan menjadi seorang yang mengerti antara kebaikan dan keburukan. Mampu membedakan keduanya hingga bisa menentukan pilihan yang bermanfaat dan berguna di masa mendatang.

Profesi guru bagi sebagian orang mungkin saja dianggap sebagai profesi yang kurang menjanjikan. Alasannya sederhana, gaji guru tidaklah seberapa. Tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari yang seringkali menuntut tersedianya uang yang cukup banyak untuk sekedar membeli bumbu dan kebutuhan dapur.


Ya, benar memang demikian halnya, tetapi ketahuilah, bahwa tidak ada orang yang mati gara-gara menjadi guru. Pun pula, umumnya guru mendapatkan anugerah Allah Swt dari sisi yang tak terduga. Asalkan ikhlas dan terus berbenah diri, berusaha memberi yang terbaik bagi siswa-siswinya, insya Allah hidupnya berkecukupan meski dari jalur yang lain. Begitulah, Allah Swt selalu saja punya rencana indah bagi setiap hamba-Nya yang mau peduli pada nasib yang lain. Bukankah Rasul telah bersabda:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَاه نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَخَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ أَبِي مُعَاوِيَةَ غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ أَبِي أُسَامَةَ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ التَّيْسِيرِ عَلَى الْمُعْسِرِ

Artinya: (MUSLIM - 4867) : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani -dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata; telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.' Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Bapakku Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakannya kepada kami Nashr bin 'Ali Al Jahdhami telah menceritakan kepada kami Abu Usamah mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Al A'masy -telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair- dari Abu Shalih. Sebagaimana di dalam hadits Abu Usamah Telah menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata dengan lantang, -sebagaimana Hadits Abu Mu'awiyah, hanya saja di dalam Hadits Abu Usamah tidak disebutkan; memberi kemudahan kepada orang yang kesusahan.' (HR. Muslim)

Setidaknya yang perlu diperhatikan oleh para guru saat dia melaksanakan tugas mulianya adalah yakin dan percaya bahwa dengan keikhlasan dan ketulusan hati mengajar siswa-siswinya, keluarganya akan dipelihara oleh Allah Swt. Telah banyak bukti yang menunjukkan akan hal tersebut. Anak-anak guru pada umumnya dimudahkan dalam belajar. Mereka tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik, shalih dan bermanfaat bagi yang lainnya. Ini adalah salah satu bentuk anugerah yang jarang diperhatikan oleh para guru yang mengajar.

Profesi yang juga tak kalah pentingnya dalam kehidupan adalah dokter. Dokter menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita pasien. Mereka berusaha sepenuh hati dan sekuat tenaga untuk mengobati para pasien dari berbagai penyakit yang dideritanya. Tidak jarang mereka mengorbankan waktu istirahatnya demi menolong para pasien yang membutuhkan. Sungguh satu sikap yang patut dicontoh dan ditiru oleh setiap muslim yang beriman.

Sehubungan dengan pentingnya menaruh rasa hormat pada guru dan dokter, peribahasa Arab mengatakan:

إن المعلم والطبيب كلاهما               لا ينصحان إذاهما لم يكرما
فاصبر لدائك إن جفوت طبيبها        واقنع بجهلك إن جفوت معلما

Artinya: “Sesungguhnya guru dan dokter keduanya tidak akan memberikan nasehat ketika keduanya tidak dimulyakan. Maka, bersabarlah dengan sakitmu jika engkau tidak mengindahkan doktermu dan terimalah kebodohanmu jika engkau tidak mengindahkan gurumu.”

Guru dan dokter memiliki peran yang sama bagi manusia, yakni menyembuhkan pasien dari sakitnya. Guru adalah dokter bagi murid yang sakit karena kebodohannya dan dokter adalah dokter yang menyembuhkan sakit secara fisiknya.

Sakitnya fisik, memang terasa menyakitkan, akan tetapi sakitnya seseorang secara psikis dan ruhani karena kebodohan yang dimilikinya jauh lebih berbahaya dan membahayakan. Oleh karena itu, janganlah menyakiti hati gurumu dan doktermu. Jika engkau berkeras hati dan tetap memaksakan kehendakmu karena kebodohan yang telah mendarah daging dalam dirimu, maka terimalah penyakit yang ada pada dirimu. Penyakit fisik yang kamu derita, terimalah dengan sabar karena engkau tidak mengindahkan nasehat doktermu. Merasa engkau lebih hebat darinya hingga tidak menerima nasehat darinya.

Pun pula, terimalah kebodohanmu akibat kesombongan yang ada pada dirimu. Sombong, tidak mengindahkan kata-kata gurumu. Merasa bahwa engkau lebih hebat darinya dan menganggap gurumu rendah. Terimalah kebodohanmu dan terimalah ke’tololan’mu jika engkau tetap bersikeras dengan sifat keras kepalamu.

Ingat, jika engkau ingin sukses dalam belajarmu. Ingin segera sembuh dari penyakit bodohmu. Tidak ada pilihan bagimu selain menghormat gurumu. Hormatilah gurumu karena dialah yang mendidik jiwamu, mengeluarkanmu dari lembah kebodohan, hingga engkau menjadi seorang yang siap dalm menghadapi berbagai kenyataan yang ada di dunia ini.

Komentar