Pak Kuswandi, Kepala Sekolah yang Ahli Falaq
(Catatan Dosen Magang I MA Ma'arif Kawedusan)
Selasa,
18 Maret 2019, adalah hari pertama dalam hidup saya menjadi dosen pembimbing magang
(DPM) bagi mahasiswa magang untuk menyerahkan mahasiswa magang sejumlah 21
orang. Tentu ini menjadi pengalaman berharga bagi saya, sebagai pendatang baru.
Saya
ditempatkan di MA Ma’arif Kawedusan Ponggok Blitar. Madrasah ini terletak tidak
jauh dari area wisata “Negeri Dongeng” yang cukup terkenal. Berada di barat
jalan protocol arah perempatan Poluan. Madrasah ini berada di area masjid yang
tenang, dan menentramkan.
Saya
berangakat dari kampus pada kisaran pukul 07.30 WIB dan sampai di sana kurang
lebih pukul 08.30 WIB. Saya disambut oleh sosok lelaki yang nampak sudah mulai
menua, namun sangat energik dan memiliki aura charisma tinggi. Saya langsung
diajak menuju ruang kantor yang terletak di lantai dua gedung sekolah.
Singkat
cerita kami saling berkenalan dan ngobrol ke sana kemari. Beliau adalah sosok
yang sederhana dan banyak pengalaman. Ya, beliaulah kepala sekolah MA Ma’arif Kawedusan
Ponggok, Bapak Kuswandi. Tidak lama kami ngobrol datanglah dua orang bapak-bapak
yang nampak masih muda dan energik. Satu di antaranya adalah bapak Luthfi
Hasyim, S.Pd.I beliau adalah kepala MTs dan satu lagi adalah bapak Syamsun,
kepala MI.
Rupanya
di lembaga ini terdapat tiga jenjang sekolah sekaligus, mulai dari MI hingga
MA. Alhamdulillah lembaga pendidikan ini tetap eksis di tengah ketatnya dunia
pendidikan saat ini.
Pada
pukul 09.00 WIB acara seremonial serah terima dilaksanakan. Beliau banyak
bercerita tentang pengalaman menjadi seorang guru. Ada banyak pelajaran yang
harus dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa dan saya bahwa saat kita mengajar,
jangan kita mengedepankan emosi saat menghadapi siswa-siswi yang kerap kali
berbuat hal yang menjengkelkan hati.
Menurut
beliau anak-anak yang menjengkelkan itu sesungguhnya menunjukkan kecerdasan
yang mereka miliki, apalagi jika anak itu adalah anak MI. Mereka banyak
mengeluarkan energy dikarenakan mereka sedang membutuhkan banyak perkembangan
motoriknya. Karena itu sebaiknya guru-guru tetap bersabar dan mendo’akan semoga
apa yang mereka lakukan adalah nantinya bisa menjadi hal yang bermanfaat di
kemudian hari.
Beliau
juga menyampaikan dalam sambutannya, “Guru boleh saja marah secara dhahirnya,
tetapi jangan hatinya.” Guru yang baik, bukanlah guru yang tidak pernah
marah. Tetapi guru yang baik adalah guru yang tetap sayang dan perhatian pada
murid-muridnya sehingga terus berdo’a untuk kebaikannya meski fisiknya nampak
marah di hadapan mereka.
Sementara
saya menyampaikan salam hormat dari pimpinan dan juga ucapan terima kasih atas
penyambutan yang luar biasa dari pihak sekolah. Saya juga menyampaikan permohonan
maaf atas keterlambatan hadir di sekolah karena ada sesuatu dan lain hal.
Kemudian
saya juga tidak lupa memohon maaf apabila selama beberapa hari ke depan,
mahasiswa dari IAIN Tulungagung akan menggannggu aktifitas pembelajaran di
madrasah yang beliau pimpin. Saya juga tidak lupa menyampaikan apa yang menjadi
program dan target pada kegiatan magang I ini.
Kepada
para mahasiswa saya sampaikan agar tidak bosan-bosannya mendengar nasihat dari
para guru pamong. Mereka harus banyak melakukan komunikasi dan koordinasi demi
lancarnya proses magang yang mereka laksanakan. Selain itu saya juga berpesan
agar senantiasa menaruh hormat pada bapak dan ibu guru. Saya sampaikan kepada
mereka, “Sak pinter-pintere bocah enom sik kalah pinter karo wong tua,
paling ora wong tuo tau enom, wong enom durung tau tuo.”
Acara
diakhiri dengan do’a dan penyerahan secara simbolik. Setelah itu saya menuju
ruang kantor kembali bersama kepala sekolah sementara para mahasiswa sedang
mendapatkan pengarahan dari guru pamongnya masing-masing.
Di sinilah
saya mulai banyak mengagumi sosok sederhana yang kharismatik ini. Kami ngobrol
santai tentang banyak hal. Hingga pada akhirnya beliau banyak bercerita tentang
bagaimana liku-liku beliau saat masih menempuh proses pendidikan di masa
mudanya.
Beliau
adalah sosok yang sangat cinta ilmu dan pengetahuan, terbukti untuk menempuh
pendidikannya beliau banting tulang dan kerja keras untuk mendapatkan biaya
sekolah. Sekolahnya pun tidak semulus umumnya para pelajar sekarang. Beliau sempat
berhenti beberapa tahun untuk bekerja mencari biaya studinya di Tribakti dan
UNMUH kala itu.
Perlu
diketahui, bahwa beliau adalah guru bahasa Arab. Namun, yag tidak menarik lagi,
ternyata beliau juga ahli dalam ilmu falaq. Beliau banyak terlibat di
organisasi keagamaan di wilayah Blitar. Beliau juga sering mengisi
seminar-seminar tentang ilmu falaq dan hisab, menentukan arah kiblat masjid dan
mushalla yang benar, membuat jadwal shalat berdasarkan harian dan seterusnya.
Banyak
sekali hal-hal yang beliau ajarkan ke saya hari itu. Sungguh, saya merasa
sangat kurang bila bertemu dengan orang-orang seperti ini. Yang lebih membuat
saya kagum lagi, bahwa beliau nampak sangat tawadlu’ dan tidak ada sedikitpun
rasa sombong. Bahasanya halus dan sopan. Inilah hal yang saat ini sering tidak
kita temukan dari lisan-lisan orang intelektual.
Semoga
kita bisa meniru sifat-sifat positif dari sosok-sosok inspiratif seperti ini.
Bagi para mahasiswa saya berpesan, “Janganlah sekali-kali anda merasa cerdas
saat lawan bicara anda hanya manggut-manggut mengiyakan apa yang anda katakan,
karena, boleh jadi mereka yang diam adalah orang cerdas yang sedang
menyesuaikan kecerdasannya dengan dangkalnya akal kita.”
Komentar
Posting Komentar