Tampilkan postingan dengan label Wahidiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wahidiyah. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Agustus 2020

Al-Hikam, Ahad Pagi 02 Agustus 2020

 

Al-Hikam, Ahad Pagi 02 Agustus 2020


قوم تسبق أنوارهم أذكارهم وقوم تسبق أذكارهم أنوارهم

“Kaum yang nurnya mendahului dzikirnya dan kaum yang dzikirnya mendahului nurnya”

Ada dua kelompok orang yang menuju kepada Allah dalam proses dzikirnya. Pertama adalah kelompok yang dzikirnya di dahului oleh nurnya. Kelompok ini adalah kelompok orang-orang yang dikehendaki oleh Allah/muraaduun. Yakni orang-orang yang ditarik oleh nur-Nya, sehingga dzikir yang dilakukannya tanpa “kepayahan”, karena dituntun oleh nur yang lebih dahulu datang kepadanya. Kelompok ini juga dikenal dengan istilah majdzubiin.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang dzikirnya mendahuluinya nurnya. Mereka melakukan dzikir sebagai upaya untuk taqarrub dan mendapatkan nur yang bisa menerangi hatinya sehingga musyahadah kepada Allah. Kelompok ini harus bersusah payah dalam dzikirnya, riyadhah dan mujahadah mati-matian untuk mendapatkan nur tersebut.

Minggu, 16 Agustus 2020

Al-Hikam Ahad Pagi, 16 Agustus 2020

 

Al-Hikam Ahad Pagi, 16 Agustus 2020


ما كان ظاهر ذكر إلا عن باطن شهود وفكر

Artinya: “Tidak ada dzikir dhahir, kecuali hatinya melihat dan berfikir”

Pada dasarnya dzikir dhahir tidak akan ada melainkan ada setelah proses syuhud kepada Allah dan berfikir (tentang Allah swt.). Adanya dzikir lahir selalu di dahului proses syuhud dan berfikir tentang-Nya.

Yang dimaksud di sini adalah proses perjalanan menuju Allah swt. dalam dunia tasawuf. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam proses perjalanan tersebut ada dua cara yang masyhur yakni jadzab, orangnya dikenal dengan majdzubin dan salikin. Majdzubin adalah orang yang di tarik ke hadhrah-Nya, Allah swt. karena dia memang diinginkan-Nya. Sementara salikin adalah orang yang ingin sampai pada hadhrah-Nya, Allah swt.

Minggu, 09 Agustus 2020

Al-Hikam, Ahad Pagi, 09 Agustus 2020

 

Al-Hikam, Ahad Pagi, 09 Agustus 2020


ذاكر ذكر ليستنير قلبه، وذاكر استنار قلبه فكان ذاكراً، والذي استوت أذكاره وأنواره: فبذكره يهتدي، وبنوره يقتدي. (ابن عطاء الله السكندريى)

Artinya: “Adakalanya seorang dzikir (ingat kepada Allah) untuk supaya hatinya menjadi terang, dan orang yang dzikir untuk mencari terangnya hati, orang tersebut adalah orang yang (benar-benar) dzikir. Ada juga orang yang sama dzikirnya dan cahayanya (orang yang telah terang hatinya), dengan dzikirnya ia mendapat petunjuk, dan dengan cahayanya (terangnya hati), ia mengikuti.” (Syaikh Ibnu Athaillah al-Sakandari)

Dalam proses perjalanan menuju kepada Allah (dunia sufi), ada dua orang yang berbeda dalam prosesnya, yang pertama disebut salikin, dan kedua majdzubin. Salikin adalah orang-orang yang masih gelap matahatinya dan ingin supaya mendapatkan “padange ati”, atau hati yang terang. Mereka mencari guru mursyid, yang bisa membimbingnya, memberikan “irsyadul qalbi”, petunjuk hati supaya mereka bisa mencapai kedekatan kepada Allah dan menggapai ma’rifatullah.

Sabtu, 28 Maret 2020

Wong Kuwi Wadahe Dewe-Dewe


Wong Kuwi Wadahe Dewe-Dewe

Judul artikel ini saya ambil saat saya sedang merelaksasi pikiran setelah merasa buntu pikiran setelah menyusun beberapa paragraf artikel. Sebagaimana saran ustadz Ngainun Naim, nikmati saja prosesnya, baca sambil ngemil, pun pula nulis sambil ngemil. Buntu pikiran biasa, dan itu artinya harus rehat sejenak, biar tidak spaneng. Saya sempatkan untuk mendengarkan hal yang mungkin ada manfaatnya dari akun youtube, dan alhamdulillah pengalaman ruhani seorang dari lampung saat di tengah-tengah area mujahadah kubro, dirawuhi Guru Ruhani-nya, Kanjeng Romo KH. Abdul Latief Madjied Ra.

Saya tidak hendak menkajinya secara mendalam atau pun hendak menceritakan apa yang disampaikan oleh yang bersangkutan. Jika berkenan mengunjungi akun youtubenya sebagai konfirmasi atas artikel yang saya tulis, saya tunjukkan linknya, yaitu https://www.youtube.com/watch?v=_6jIwZ1o5PQ. Silahkan bagi yang berkenan mengunjungi.

Sabtu, 18 Januari 2020

Shalawat Wahidiyah


Shalawat Wahidiyah

Artikel ini saya tulis untuk menjawab pertanyaan akhina fillah, pada akun Dahroni Mukti perihal shalawat wahidiyah. Semoga artikel ini bisa membantu beliau untuk setidaknya mengetahui, memahami dan syukur-syukur bila berkenan mengamalkan. Insya Allah banyak faidah dan manfaat lain di samping faidah yang telah tertera di dalam lembaran shalawat wahidiyah, yakni untuk menjernihkan hati dan ma’rifat billah.

Perlu diketahui bahwa shalawat wahidiyah merupakan shalawat yang dita’lif/dikarang oleh Mbah KH. Abdoel Madjied Ma’reof Qs. Wa Ra. Dari Pondok Pesantren Kedunglo al-Munadhdhoroh dari Desa Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kota Kediri. Saat ini penerusnya adalah Kanjeng Romo KH. Abdul Lathief  Madjied Ra. Putra beliau Mbah KH. Abdoel Madjied Qs. Wa Ra.

Jumat, 17 Januari 2020

Di Balik Mujahadah 40 Hari


Di Balik Mujahadah 40 Hari

Bagi para pengamal shalawat wahidiyah, tentu istilah mujahadah 40-an bukan perkara asing. Sudah bisa dipastikan bahwa mereka yang telah mengamalkan shalawat wahidiyah pernah mengamalkan mujahadah 40-an, setidaknya di awal mereka mulai ikut serta mengamalkan shalawat wahidiyah. Jika para pengamal tersebut konsisten, pasti mereka tidak akan pernah melewatkan moment mujahadah 40-an yang biasanya dilaksanakan dua kali dalam setahun, yakni menjelang mujahadah kubro muharam dan mujahadah kubro rajab sebagaimana yang dimulai pada tadi malam.

Ya, shalawat wahidiyah merupakan amalan shalawat yang dita’lif oleh ulama asli Indonesia, dari bumi Kediri, tepatnya di Desa Bandari Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Shalawat ini dita’lif oleh Mbahk KH. Abdoel Madjied Ma’roef, Qs. Wa Ra., seorang kyai kharismatik pengasuh pondok pesantren Kedunglo yang saat ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Kedunglo al-Munadhdharah.

Kamis, 10 Oktober 2019

PRAKATA PANITIA


PRAKATA PANITIA
Mujahadah Rubu'ussanah Kab/Ko Blitar
Kamis, 10 Oktober 2019
di Alun-Alun Kanigoro Kabupaten Blitar

السلام عليكم وعليكن ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذى أتانا            بالواحدية بفضل ربنا
الحمد لله الصلاة والسلام       عليك والأل أيا خير الأنام
رب كريم وأنت ذو خلق عظيم          فاشفع فاشفع لنا عند الكريم
يا أيهاالغوث سلام الله          عليك ربني بإذن الله
وانظر إلي سيدي بنظرة          موصلة للحضرة العلية
يا ربنا اللهم صل سلم           على محمد شفيع الأمم
والأل واجعل الأنام مسرعين    بالواحدية لرب العالمين
ياربنا اغفر يسر افتح واهدنا     قرب وألف بيننا ياربنا
Ø Hadratul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjied RA. Pengasuh yayasan perjuangan Wahidiyah dan pondok Pesantren Kedunglo al-Munadhdhoroh yang senantiasa kita ikuti dan kita tha’ati.
Ø Al mukarromah Ibu Nyahi wa Ahlal Bait, yang kami mulyakan
Ø Para pramu perjuangan wahidiyah pusat yang kami hormati
Ø Para bapak, ibu, pengurus yayasan perjuangan wahidiyah dan pondok pesantren Kedunglo tingkat kota, kabupaten, kecamatan, desa serta imam-imam jamaa’ah yang kami hormati
Ø Para bapak, ibu, panitia pelaksana Mujahadah Rubu’ussanah yang kami hormati
Ø Para bapak, ibu, alim ulama, bapak kyai dan ibu nyahi yang kami hormati
Ø Bapak bupati blitar,............................... yang kami hormati
Ø Para pejabat pemerintah, baik sipil, TNI, maupun Polri, yang berkenan hadir yang kami hormati
Ø Para bapak, ibu tamu undangan yang kami hormati
Ø Hadirin-hadirat, mujahidin-mujahidat yang berbahagia.

Jumat, 05 April 2019

Yu’thi…, Mengisi Bidang


Yu’thi…, Mengisi Bidang

Artikel ini berangkat dari pertanyaan seorang mahasiswa saat menemukan sejumlah uang yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Melalui whatshap dia bertanya, “Ustadz saya menemukan sejumlah uang ditempat umum yang saya tidak tahu siapa pemiliknya. Bagaimana hukum uang itu?”

Saya jawab singkat melalui pesan whatshap, bahwa dia harus umumkan siapa kira-kira yang memiliki uang tersebut. Kalau memang dalam beberapa waktu tidak ada juga orang yang mengaku, maka bolehlah uang tersebut dimanfaatkan dengan catatan sewaktu-waktu ada yang mengaku kehilangan dengan disertai bukti kuat, dia siap menggantinya.

Kamis, 04 April 2019

Refleksi Mujahadah Kubro Maret 2019


Refleksi Mujahadah Kubro Maret 2019

Rangkaian mujahadah kubro pengamal shalawat wahidiyah yang diadakan di bumi lahirnya shalawat wahidiyah, Ponpes Kedunglo al-Munadhdharah telah berakhir pada hari Senin, 01 April 2019. Para pengamal shalawat wahidiyah satu persatu mulai nampak meninggalkan tempat di mana mereka menundukkan kepala, meneteskan air mata taubat dan syauq pada Rasulullah Saw sekaligus Guru Ruhaninya, Kanjeng Romo KH. Abdoel Lathief Madjied, RA.

Rasa syauq sesungguhnya belumlah cukup ditumpahkan selama mujahadah kubro. Akan tetapi, dalam rangka yukti kulla dzi haqqin haqqah, maka tetap saja para pengamal harus kembali ke daerah masing-masing untuk melaksanakan aktifitas sehari-harinya.

Jumat, 29 Maret 2019

Mujahadah Kubro Gelombang I


Mujahadah Kubro Gelombang I
28 Maret 2019


Kamis, 28 Maret 2019, Bumi Kedunglo penuh sesak dengan para mujahidin dan mujahidat dari seluruh pelosok nusantara hingga manca negara. Kedatangan mereka semua adalah dalam rangka mengikuti Mujahadah Kubro yang merupakan puncak acara-acara dalam rangkaian pengamalan Shalawat Wahidiyah.

Mujahadah Kubro digelar dua kali dalam setahun, yakni pada Bulan Muharam dan Bulan Rajab. Rangkaian mujahadah kubro terbagi menjadi lima gelombang, yakni gelombang panitia, ibu-ibu, remaja, kanak-kanak dan bapak-bapak.

Minggu, 30 September 2018

Birrul Walidain


Birrul Walidain
(Mujahadah Kubro Gelombang III/Kanak-kanak)
30 September 2018/Muharam 1440 H


Minggu, 30 September 2018, Allah masih memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada saya sekeluarga sehingga bisa menjejakkan kaki kembali di buni Kedunglo, tempat di mana Shalawat Wahidiyah dita’lif dan dikarang oleh Mbah K.H. Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. Rasa bahagia tak terkira menyelimuti hati bisa sowan sekaligus mensowankan keluarga kecil terutama anak-anak kepangkuan Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. guru Ruhani yang tiada henti dan bosan senantiasa mentarbiyah para pendheraknya untuk senantiasa ada di  barisan perjuangan suci “Fafirru Ilallah wa Rasulihi Saw”.

Selasa, 16 Januari 2018

Yen Ana Janaka Mesti Ana Butho Cakhile



Yen Ana Janaka Mesti Ana Butho Cakhile



Pesan singkat ini disampaikan oleh Mbah K.H. Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. putra kinasih Mbah K.H. Moehammad Ma’roef, Q.S. wa R.A. pendiri pondok pesantren Kedunglo al-Munadhdharah Bandar Lor Mojoroto Kediri. Beliau adalah muallif Shalawat Wahidiyah yang saat ini telah berkembang pesat di seluruh pelosok Nusantara bahkan sampai manca nagari.

Minggu, 27 Agustus 2017

Mujahadah Nisfu Sanah Provinsi Jawa Timur



Mujahadah Nisfu Sanah Sampang
Penataan Allah untuk Pengamal Wahidiyah

Mujahadah nisfu sanah adalah salah satu rangkain acara seremonial dalam pengamalan Shalawat Wahidiyah. Diadakan dua kali dalam setahun oleh seluruh pengamal wahidiyah dalam satu provinsi. Berkumpul bersama untuk mengadakan munajat kepada Allah SWT dengan wasilah membaca Shalawat Wahidiyah. Tentuu tidak semuanya bisa hadir, ada sebagian diantaranya yang karena sesuatu dan lain hal belum bisa untuk mengikuti event akbar ini. 

Senin, 17 April 2017

Dari Kubro ke Kubro

Dari Kubro ke Kubro

Semenjak kemarin kamis, tanggal 13 April 2017 sampai Senin 18 April 2017 tadi malam, ponpes Kedunglo al-Munadhdharah yang berlokasi di desa Bandar Lor kecamatan Mojoroto kota Kediri, penuh sesak dengan jutaan pengamal Shalawat Wahidiyah yang berduyun – duyun datang dari seluruh pelosok nusantara hingga manca negara. Kehadiran mereka ini adalah untuk sowan kepada guru ruhani mereka Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. sekaligus berharap akan pancaran tarbiyah dan nadhdhrah yang istimewa dalam acara yang digelar setahun dua kali yang terangkai dalam resepsi Mujahadah Kubro. Dalam event Mujahadah Kubro kali ini, hadir para pengamal dari negeri tetangga Malaysia, Brunei dan yang lain.

Mujahadah Kubro dibagi menjadi lima gelombang, yaitu gelombang panitia, ibu – ibu, remaja, kanak – kanak dan bapak – bapak. Pembagian gelombang dalam rangkaian mujahadah kubro termasuk bagian dari perhatian perjuangan wahidiyah terhadap peran serta kaum ibu, remaja, kanak – kanak, dan bapak dalam perjuangan mulia indallah wa rasulihi SAW. untuk menyeru umat dan masyarakat kembali kepada Allah wa rasulihi SAW.

Alhamdulillah dalam kesempatan mujahadah kubro kali ini, saya masih mendapat kesempatan untuk turut serta hadir dan makmum di belakang beliau, Guru Ruhani, Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. Saya hadir pada gelombang kedua, malam Sabtu, keempat, minggu pagi, dan kelima yang merupakan acara puncak mujahadah kubro pada malam Senin, tadi malam. Sungguh merupakan satu kebahagiaan tersendiri khususnya bagi saya bisa hadir dalam acara ini, sekaligus menyowankan istri dan anak – anak kepada beliau. Semoga Allah memberi taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sekeluarga, orang tua, kerabat, tetangga dan seluruh umat masyarakat untuk segera berbondong – bondong “Fafirru Ilallah wa Rasulihi SAW”.

Saya mulai aktif mengikuti kegiatan mujahadah kubro semenjak tahun 1999, tahun di mana pada sebelumnya saya belum pernah menginjakkan kaki di bumi Kedunglo karena kebandelan masa anak – anak. Saya selalu membuat alasan untuk menolak berangkat ke acara mujahadah kubro meski berulang kali kedua orang tua saya mengajak. Entah karena sudah merasa kehabisan alasan akhirnya saya berangkat ke mujahadah kubro, dan dalam hati kecil, saya meminta kepada Allah, ya Allah andai ini adalah amalan yang haq tunjukilah saya.

Alhamdulillah bak gayung bersambut, sepulang mujahadah kubro pertama kali, ada dorongan dalam hati saya untuk bermujahadah. Memang orang tua saya sudah pengamal semenjak kecil tetapi saya masih sulit untuk diajak mujahadah. Jangankan mujahadah yaumiyah, untuk mujahadah usbuiyah saya paling akhir di antara saudara saya yang lain.

Begitulah, sepulang mujahadah kubro, saya yang waktu itu mulai memasuki usia siswa aliyah, mulai ada dorongan dalam diri untuk melakukan mujahadah, tanpa ada yang menyuruh dan tanpa ada yang mengetahui. Saat itu saya biasanya tidur di mushalla bersama teman – teman tetangga rumah. Saya mulai mujahadah kalau teman – teman sudah tertidur. Alhamdulillah semenjak itu saya aktif bermujahadah, tentunya ya sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.

Sepanjang perjalanan kubro saya melihat banyak peningkatan dari waktu ke waktu. Saat pertama mengikuti kubro, peserta mujahadah saat itu hanya berada di halaman ponpes Kedunglo. Semakin tahun semakin bertambah dan bertambah.

Saat ini, halaman ponpes Kedunglo sudah tidak mampu menampung peserta mujahadah kubro yang semakin banyak. Di sepanjang jalan raya Bandar sampai pasar Bandar penuh sesak dengan para mujahidin yang hadir, belum lagi mereka yang berada di gang – gang, di ruas – ruas jalan sempit bahkan di bantaran sungai brantas, penuh sesak dengan para mujahidin.

Dalam kesempatan kubro kali ini  Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. menceritakan bagaimana perjuangan wahidiyah di awal – awal munculnya. Wahidiyah lahir dari orang – orang yang tidak memiliki kelebihan secara lahiriyah. Secara kepemilikan ilmu orang – orang wahidiyah banyak yang tidak memiliki ilmu, bahkan banyak para ulama yang waktu itu mengatakan Mbah Yahi Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. tidak pernah mondok. Sindiran halus yang mngisyaratkan sebuah penghinaan. Secara pendanaan wahidiyah tidak memiliki dana, bahkan umumnya pengamal wahidiyah adalah masyarakat ekonomi kelas bawah. Sama halnya dengan Rasul yang kala itu pengikutnya dari kalangan miskin dan para budak. Jadi tidak ada yang bisa dibanggakan sama sekali, tetapi itulah yang justru disyukuri. Dengan tidak adanya hal yang bisa dibanggakan maka menurut Mbah Yahi, pengamal wahidiyah akhirnya banyak yang kemudian memperbanyak riyadlah dan mujahadahnya. Dengan semakin memperbanyak riyadlah dan mujahadah, maka Allah memberikan pertolongan-Nya kepada para pengamal wahidiyah.

Perlu dicatat bahwa di awal lahirnya, shalawat wahidiyah telah mendapat penentangan dari beberapa ulama. Mereka mempertanyakan tentang dasar, sanad dan lain sebagainya. Semua itu akhirnya diselesaikan oleh mbah yai dan para pendherek beliau dengan arif dan bijaksana. Bahkan pernah juga terjadi dialog antara para ulama dengan para ulama waktu itu yang pada akhirnya menyatakan bahwa shalawat wahidiyah adalah benar dan tidak bertentangan dengan syariat ajaran Islam, bahkan wahidiyah bersumber dari ajaran Islam dengan berlandaskan pada kitab – kitab salaf al-shalih.

Sebagian di antara pengontras juga memandang bahwa Mbah K.H. Abdoel Madjied Ma’roef, Q.S. wa R.A. tidak pernah mondok. Bahasa ini terasa halus, namun sesungguhnya menandaskan adanya keraguan yang mendalam, atau bahkan menghina. Tetapi begitulah Allah, ketika Ia berkehendak, tinggal berfirman, Kun Fayakun. Sama halnya dengan Rasul yang ummi, yang tidak bisa membaca dan menulis. Tetapi Allah berkehendak menjadikannya Rasul. Justru ketidakmampuan Rasul dalam membaca dan menulis semakin menunjukkan kebenaran Islam. Demikian halnya dengan wahidiyah, kiranya tanpa kehendak Allah, tanpa fadlal-Nya, semua itu tidak akan terjadi dan bila melihat sisi keilmuan dan lamanya mondok, para pengontras tidak bisa menerima keberadaan wahidiyah. Memang hidayah tidak bisa dibeli dengan ilmu.

Disamping ada penolakan ada juga yang menanggapi dengan bijaksana. Ada yang mengatakan, kalau anda ingin tahu tentang haq tidaknya wahidiyah, silahkan dilihat dua tiga tahun kedepan. Bila wahidiyah adalah ajaran yang bathil, maka wahidiyah akan hancur, sebaliknya jika wahidiyah adalah ajaran yang haq maka wahidiyah akan eksis. Dan Alhamdulillah fakta telah membuktikan bahwa wahidiyah sampai saat ini masih tetap eksis bahkan semakin banyak pengikutnya. Usia wahidiyah sampai saat ini telah mencapai 54 tahun, sangat ironis bila masih ada orang yang mempertanyakan keberadaannya. Bahkan bila kembali mengaca kepada perjuangan awalnya, hampir – hampir tidak mungkin bahwa wahidiyah bisa mencapai kemajuan pesat sebagaimana sekarang. Tetapi itulah kehendak Allah, inilah bukti bahwa Allah selalu bersama dengan perjuangan ini.

Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. mendawuhkan bahwa perkembangan wahidiyah yang sedemikian pesatnya ini merupakan fadlal dan rahmat Allah. Tanpa pertolongan Allah, maka tidak mungkin shalawat wahidiyah mengalami perkembangan yang sedemikian hebantnya. Bahkan perjuangan wahidiyah saat ini telah memiliki perwakilan di seluruh nusantara, bahkan di luar negeri. Kenyataan ini tidak dipungkiri oleh siapapun. Ini adalah fadlal dan pertolongan Allah semata. Tanpa pertolongan Allah, semua itu tidak akan pernah terjadi.

Sebagai informasi bahwa perjuangan wahidiyah telah memiliki berbagai jenjang pendidikan mulai dari paud sampai dengan perguruan tinggi. Saat ini di berbagai daerah telah dibuka sekolah – sekolah wahidiyah dan pesantren, baik di Jawa maupun luar Jawa. Tahun kemarin di Malang diresmikan sembilan sekolah pada jenjang SMP. Sebentar lagi insya Allah akan didirikan pesantren di Nabire di atas tanah seluas 2,5 hektar, bahkan rencananya perjuangan wahidiyah juga akan membangun pesantren di Malaysia. Tetapi masih dalam tahapan proses yang tentunya juga memerlukan waktu kaitannya dengan administrasi dan sebagainya.

Perjuangan wahidiyah telah menjelma sebagai perjuangan yang mendunia. Tentu hal ini juga semakin memantapkan langkah perjuangan wahidiyah ke depan. Semakin banyak yang melirik perjuangan wahidiyah. Bahkan tadi malam beliau Kanjeng Romo K.H. Abdoel Lathief Madjied, R.A. mendawuhkan bahwa di Cianjur saat ini banyak di antara para remaja yang terkenal nakal sekarang mulai mengamalkan shalawat wahidiyah dan hal ini membuat para ulama di daerah tersebut merasa heran dengan keberadaan shalawat wahidiyah.

Begitulah perjuangan wahidiyah, wahidiyah bukan sekedar dibicarakan dengan lisan. Tetapi lebih dari itu wahidiyah harus diamalkan dan dirasakan. Betapa ruginya orang yang hanya membaca shalawat wahidiyah dan tidak mengamalkan. Banyak sekali fatwa dan amanat yang beliau sampaikan pada kesempatan mujahadah kubro. Penulis tidak bisa mengungkapkan secara keseluruhan karena keterbatasan penulis.

Dalam kesempatan kali ini beliau juga menekankan kepada seluruh peserta mujahadah agar kembali memperhatikan gerakan bathiniyah. Di zaman mbah yai banyak para pengamal yang mempeng dalam riyadlah dan mujahadahnya hingga dibukakan asrarnya, baik asrar ma’nawiyyah maupun asrar kauniyahnya. Banyak yang diberikan karamah. Oleh karenanya beliau kembali lagi mengingatkan agar para pengamal memperhatikan bathiniyahnya. Tetapi beliau juga mengingatkan kalau seandainya telah dibukakan asrarnya jangan sampai disintegrasi dari Kedunglo, kalau disintegrasi maka akan luntur.

Begitulah ditengah hiruk pikuk zaman akhir yang penuh dengan gemerlap dunia, beliau mengajak kepada para pengamal untuk kembali mengabdikan diri kepada Allah wa Rasulihi SAW dengan memperbanyak riyadlah dan mujahadah. Semakin memperbanyak prihatin untuk memperjuangkan umat dan masyarakat yang masih dikuasai nafsunya agar kemabali sadar “Fafirru Ilallah wa Rasulihi SAW”. Mudah – mudahan dalam waktu yang relatif singkat umat dan masyarakat akan kembali sadar kembali kepada Allah wa Rasulihi SAW. Mudah – mudahan bisa bersua dengan Kubro di tahun mendatang…

Semoga bermanfaat…

Allahu A’lam…

Rabu, 08 Maret 2017

Kesempurnaan Allah dalam Mengurus Makhluk-Nya

Kesempurnaan Allah dalam Mengurus Makhluk-Nya

Allah adalah Dzat Yang Maha diatas segalanya. Kesempurnaan-Nya tak lagi perlu diragukan oleh siapapun. Meragukan kesempurnaan-Nya sama artinya mengkufuri-Nya. Dia-lah Dzat yang tiada pernah tidur, tiada pernah istirahat dalam mengurus makhluk-Nya.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Musa al-Asy’ari, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

إن الله تعالى لاينام، ولا ينبغى له أن ينام، يخفض القسط ويرفعه، يرفع إليه عمل  الليل قبل عمل النهار، وعمل النهار قبل عمل الليل، حجابه النور، لو كشفه لأحرقت سبحات وجهه ماانتهى إليه بصره من خلقه

Artinya: Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak pernah tidur, dan tidak pantas Dia tidur. Merendahkan timbangan (keadilan) dan mengangkatnya. Di-angkat/dilaporkan kepada-Nya amalan malam hari sebelum datangnya amalan siang hari, dan amalan siang hari (diangkatkan kepada-Nya) sebelum amalan malam hari. Hijab-Nya adalah Nur. Jika Dia menyingkapnya niscaya cahaya muka-Nya membakar sesuatu yang sampai kepadanya dari pandangan makhluk-Nya. (H.R. Muslim dan Ibnu Majah, dan lafadz ini adalah miliknya)

Hadits diatas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak pernah tidur dan tidur itu tidak pantas bagi-Nya. Oleh karenanya Allah selalu melihat apa yang dilakukan oleh makhluk-Nya. Allah mengetahui segala hajat dan kebutuhan seluruh makhluk-Nya. Allah juga mengetahui ketaatan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh semua makhluk-Nya. Cukuplah Allah yang akan menjadi saksi bagi semua yang telah kita perbuat.

Kepada Allah semua amalan yang kita lakukan disiang hari akan ditunjukkan kepada-Nya sebelum datangnya amalan malam hari, pun pula sebaliknya. Tidak ada satupun yang luput dari pengawasan-Nya. Oleh karenya setiap kita harus senantiasa merasakan kehadiran Allah dalam setiap waktu. Dengan merasa terus diawasi oleh Allah, maka kita akan semakin memiliki kemantapan dalam keimanan kepada-Nya. Kemantapan iman sangat diperlukan untuk menjadi pribadi yang memiliki kematangan dalam menatap kehidupan.

Hadits diatas juga menunjukkan adanya hijab nur bagi Allah. Hijab inilah yang menutupi Dzat Allah hingga tidak ada satu makhluk pun yang mampu untuk menjangkau-Nya. Bagi orang yang menghendaki perjalanan menuju wushul kepada Allah dalam dunia kaum sufi, maka memahami hal ini sangat penting. Peran seorang mursyid dalam mengarahkan muridnya dalam perjalan wushul ini sangatlah penting. Bila tidak ada mursyid boleh jadi murid tidak akan sampai kepada Allah.

Semoga bermanfaat …

Allahu A’lam…

Rabu, 20 Juli 2016

Mujahadah Maqam




Salah satu tuntunan di dalam pengamalan shalawat wahidiyah adalah pelaksanaan mujahadah maqam. Mujahadah maqam ini dilaksanakan selama tujuh hari. Pelaksanaan mujahadah ini di adakan secara berjamaah di maqam desa tempat para pengamal tinggal. Adapun lamanya pengamalan mujahadah maqam ini adalah tujuh hari dimulai pada bulan Syawwal. Apabila dalam bulan Syawwal belum bisa melaksanakan mujahadah ini maka boleh di laksanakan di bulan berikutnya sampai bulan Dzul Hijjah. 

Mujahadah naqam sangat dianjurkan bagi pengamal shalawat wahidiyah secara keseluruhan. Adapun maksud pelaksanaan mujahadah ini adalah untuk mendo’akan semua ahli kubur yang telah mendahului khususnya ahli kubur para pengamal shalawat wahidiyah umumnya semua umat islam agar diterima seluruh amal baiknya, diampuni semua dosa dan kesalahannya dan di tempatkan di tempat yang semestinya “Surga Allah SWT”.

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa alam barzakh adalah awal dari akhirat. Ia adalah pintu bagi seseorang menuju alam akhirat. Menurut riwayat Sayyidina Utsman Ibnu Affan selalu menangis ketika beliau melintasi maqam. Ketika ditanya perihal ini, mengapa beliau selalu menangis setiap melintasi maqam? Apa gerangan yang membuat beliau menangis setiap melintasinya? Beliau menjawab: “Bukankah alam kubur (barzakh) adalah awal dari akhirat? Barangsiapa ketika di alam ini mendapat kebahagiaan tentulah akhir kehidupannya di akhirat akan bahagia. Tetapi sebaliknya, barangsiapa yang ketika berada di dalamnya ia disiksa maka sudah bisa dipastikan bahwa akhir kehidupannya di akhirat adalah siksaan dalam api neraka.”

Demikianlah hati yang penuh dengan kesadaran kepada Allah akan mudah untuk meneteskan air mata karena syauq, rindu kepada Allah, khauf, takut kepada Allah akan siksaanNya yang amat pedih. Hati yang sadar kepada Allah senantiasa diisi dengan keimanan, air matanya mudah menetes karena khauf dan teringat akan dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. 

Disebutkan dalam kitab Nashaihud Diniyyah, Rasulullah saw bersabda:

كُلُّ عَيْنٍ بَاكِيَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيْلِ اللهِ نصائح الدينية ص 
10
Artinya: “Setiap mata itu menangis di hari kiyamat kecuali mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang semalam terjaga di jalan Allah” (Nashaihud Diniyah; 10)

Dalam kitab yang sama, Rasulullah saw juga bersabda:

لَا يَلِجُ النَّارَ مَنْ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يَعُوْدَ اللَّبَنُ فِى الضَّرْعِ وَحَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِى سَمِّ الْخِيَاطِ نصائح الدينية 
10
Artinya: “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sehingga air susu kembali masuk ke dalam teteknya dan seekor unta masuk kedalam lubang jarum”. (Nashaihud Diniyah; 10)

Menangis terkadang dianggap sebagai hal cengeng, namun terkadang menangis adalah luapan hati yang dipenuhi dengan keimanan dan kesadaran kepada Allah SWT sebagaimana tangisan Sayyidina Utsman Ibnu Affan. Tangisan seorang yang telah dijamin surga oleh Rasulullah saw.

Mengingat alam kematian adalah misteri yang sangat menghawatirkan bagi setiap orang maka mujahadah maqam sebagai salah satu bentuk ikhtiar untuk mendo’akan ahli kubur sangat penting untuk dilaksanakan. 

Pertanyaan yang muncul kemudian, apakah tsawabul a’mal bisa sampai kepada ahli kubur? Bukankah mereka telah mati yang itu berarti bahwa semua amal mereka telah terputus dan berhenti disitu. Wallahu A’lam bish shawab, hanya Allah yang tahu. Mungkin sampai saat ini sebagian diantara umat islam masih mempersoalkan tentang sampai tidaknya tsawabul a’mal. Akan tetapi menurut hemat penulis, hal itu tidak perlu dibesar – besarkan. Sejauh pemahaman penulis bahwa tsawabul a’mal akan sampai kepada ahli kubur asal benar – benar dilaksanakan secara ikhlas dan khusyu’ dalam berdo’a. Bukankah firman Allah dalam al qur’an: 

اُدْعُوْنِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ......

            Artinya: “Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan”.

Ayat ini tidak menyebutkan secara spesifik isi dari do’a itu. Apa saja bisa diminta kepada Allah termasuk diantaranya adalah memintakan ampun kepada semua ahli kubur yang telah kembali kehadirat Allah SWT. Dengan demikian berdo’alah kepada Allah untuk semua ahli kubur yang telah mendahului. Ingatlah qaul para ‘alim:

اَلْمَيِّتُ فِى قَبْرِهِ كَالْغَرِيْقِ الْمُغَوِّثِ يَنْتَظِرُ دَعْوَةً مِنْ أَخٍ أَوْ صَدِيْقٍ

Artinya: “Mayat dalam kubur keadaannya seperti orang yang tenggelam minta tolong, mereka sangat membutuhkan do’a (pertolongan) keluarganya baik itu dari saudara atau temannya”.

Allahu A’lam bi al Shawaab……..

Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...