Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 September 2020

Belajar Sabar

 

Belajar Sabar



Salah satu diantara sifat terpuji yang dianjurkan Islam agar dimiliki umatnya adalah sabar. Sabar adalah sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sifat ini menunjukkan ketinggian kemuliaan seseorang yang telah mampu mengelola emosinya sehingga ia tidak mudah terombang-ambing dengan berbagai situasi dan kondisi yang sering berubah dalam kehidupan.

Memberi nasehat kepada seseorang agar berlaku sabar dalam menghadapi persoalan hidupnya mudah dilakukan. Siapapun orangnya bisa memberikan nasehat kepada orang lain untuk bersabar. Saat ujian dan cobaan datang mendera, menjenguk seorang yang sedang sakit, atau mengunjungi teman yang sedang mengalami himpitan ekonomi yang sulit, sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya secara finansial, yang paling mungkin dilakukan adalah dengan memberikan motivasi dan semangat kepadanya untuk “sabar”.

Sabtu, 28 Maret 2020

Setiap Penyakit Ada Obatnya


Setiap Penyakit Ada Obatnya

Di sela-sela masa lock down, sembari menemani anak-anak belajar pagi ini, saya membuka maktabah syamilah dan membuka hadits-hadits yang berkenaan dengan penyakit dan obatnya. Maklum banyak kabar beredar berkenaan dengan situasi dan kondisi pandemik covid-19 atau yang akrab disapa dengan wabah corona.

Yang jelas, melalui tulisan sederhana ini saya ingin berbagi harapan dan motivasi utama untuk diri saya dan para pembaca yang mau mengambil manfaat dan pelajaran dari setiap hal yang terjadi di dunia ini. Ingat, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak ada yang sia-sia. Meskipun nampaknya secara kasat mata, boleh jadi sebagian orang melihatnya sebagai sesuatu yang merugikan. Tetapi, bagi mereka yang beriman dan mau memetik hikmah di balik peristiwa, selalu saja ada hikmahnya, yang ujungnya semakin meningkatkan kualitas diri dan kedekatan seseorang kepada-Nya. Al-Qur’an menegaskan di dalam Surat Ali Imran (3); 191; “Duhai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia” (Qs. Ali Imran (3); 191).

Selasa, 07 Januari 2020

Sang SInga


Sang Singa

Apa yang anda pikirkan saat anda membaca judul artikel ini? Membaca judul artikel ini mungkin secara spontan terlintas sosok binatang kuat, menakutkan, garang dan paling ditakuti di alam rimba. Ya, mungkin saja itu yang terlintas. Artikel ini sesungguhnya terilhami dari sebuah contoh kalimat dalam bahasa Arab tentang seorang tasybih, yakni “Kaanna Zaidan Asadun”, seolah-olah Zaid adalah Singa.

Menarik tentunya jika kita mengamati sosok Singa. Singa dianggap sebagai Sang Raja Hutan. Seekor Singa biasanya berjalan sendirian, tenang, santai dan penuh kepastian. Tidak banyak keluar darinya suara, hanya sesekali saja dia mengeluarkan suaranya yang menyeramkan. Apa maknanya?

Sabtu, 26 Oktober 2019

Ayo Menulis


Sabtu, 26 Oktober 2019
Kuliah Bersama Dr. Ngainun Naim, M.Hi

Banyak hal yang saya dapatkan di perkuliahan hari ini. Beliau memiliki banyak pengetahuan yang bisa ditularkannya bagi seluruh mahasiswa, utamanya berkaitan dengan tradisi yang digelutinya, “menulis”.

Menulis merupakan satu tradisi yang memiliki banyak manfaat bagi seseroang. Selain tradisi ini semakin memperkuat tradisi intelektual seseorang, memperbanyak khazanah pengetahuan dan sejenisnya, tradisi ini juga memberikan peluang bagi seseorang untuk hidup dalam “keabadian”.

Bagaimana bisa seseorang hidup dalam keabadian? Bukankah keabadian itu hanya milik Allah seorang? Ya, benar, keabadian hakiki hanyalah milik-Nya. Lantas apa yang saya maksudkan dengan keabadian ini?

Jumat, 05 April 2019

Yu’thi…, Mengisi Bidang


Yu’thi…, Mengisi Bidang

Artikel ini berangkat dari pertanyaan seorang mahasiswa saat menemukan sejumlah uang yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Melalui whatshap dia bertanya, “Ustadz saya menemukan sejumlah uang ditempat umum yang saya tidak tahu siapa pemiliknya. Bagaimana hukum uang itu?”

Saya jawab singkat melalui pesan whatshap, bahwa dia harus umumkan siapa kira-kira yang memiliki uang tersebut. Kalau memang dalam beberapa waktu tidak ada juga orang yang mengaku, maka bolehlah uang tersebut dimanfaatkan dengan catatan sewaktu-waktu ada yang mengaku kehilangan dengan disertai bukti kuat, dia siap menggantinya.

Jumat, 08 Maret 2019

Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (4)


Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (4)
(Tamat)
 
Tidak ada yang instan di dunia ini, apalagi dalam urusan belajar. Diperlukan proses yang terus menerus dan berkelanjutan dalam proses belajar. Secerdas apapun seseorang tetap saja dia memerlukan waktu untuk bisa memahami ilmu yang sedang dipelajarinya.

Sehubungan dengan pembelajaran bahasa Arab, maka setidaknya para pembelajar bahasa Arab menyisakan waktu 3 jam dalam sehari untuk belajar dan menekuni bahasa Arab, jika memang ia menginginkan untuk bisa memahami bahasa Arab dengan baik. Hal ini disampaikan oleh Dr. Ahmad Haris, MA saat memberikan materi pada workshop percepatan pembelajaran baca kitab kuning di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

Beliau mengatakan, “Saya tidak percaya, jika ada yang menyatakan bahwa dengan menggunakan metode tertentu, anda bisa memahami bahasa Arab hanya dalam hitungan jam. Entah 6 jam, 3 jam atau yang lainnya.” Belajar memerlukan waktu yang cukup panjang untuk benar-benar bisa memahami dengan baik ilmu yang dipelajarinya. Waktu 6 jam untuk menguasai dan memahami bahasa Arab adalah hal yang mustahil. 6 jam hanyalah muqaddimah, sebagai perkenalan dalam bahasa Arab.

Kamis, 07 Maret 2019

Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (3)


Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (3)



Untuk belajar bahasa Arab dibutuhkan keseriusan dan ketekunan. Tidak bisa mempelajari bahasa Arab hanya dalam hitungan hari, apalagi jam. Karena itu segala bentuk teori yang menawarkan belajar mudah bahasa hanya dalam beberapa jam saja, nampaknya perlu untuk ditinjau ulang kembelai. Tidak hanya bahasa Arab, tetapi juga berbagai disiplin ilmu yang lain.

Kelima, petunjuk guru. Penting artinya belajar dengan seorang guru yang telah mengertii seluk beluk ilmu pengetahuan yang sedang dikaji. Memilih guru yang benar-benar kompeten dalam bidang ilmunya, tidak sekedar guru yang bisa mengajar.

Pemilihan guru yang tepat dalam proses pembelajaran akan berdampak besar dalam diri para peserta didik. Guru yang baik mampu menjadi inspirasi bagi para peserta didik didiknya untuk lebih giat daam belajar. Dia juga akan menjadi panutan bagi peserta didiknya. Apalagi guru yang dipilih ternyata juga memiliki kepedulian besar pada tumbuh kembangnya peserta didik.

Rabu, 06 Maret 2019

Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (2)


Tips Sukses Belajar Bahasa Arab (2)

Ketiga, sabar. Mencari ilmu itu harus sabar, tidak boleh mudah marah dan putus asa terhadap apa yang dipelajarinya saat menemukan kesulitan dalam belajar. Belajar memang memiliki banyak rintangan dan hambatan. Tetapi rintangan dan hambatan itu sesungguhnya bukanlah masalah pokok dalam belajar. Masalah utamanya adalah bagaimana kita menyikapi pelbagai hambatan dan rintangan tersebut untuk kemudian berusaha menemukan solusi dari pelbagai persoalan yang kita temui saat prsoses belajar. Kesabaran akan menentukan seberapa banyak ilmu yang kita dapatkan dari proses belajar yang kita lalui. Mereka yang tidak bersabar dan segera mengambil sikap untuk meninggalkan proses belajar, akan menuai kegagalan dalam proses belajarnya.

Orang pandai bukanlah orang yang langsung paham terhadap satu ilmu yang dipelajarinya. Mereka adalah orang yang mau secara tekun dan sabar belajar dan terus belajar saat tidak paham terhadap satu persoalan.

Senin, 04 Juni 2018

Penutupan Pesantren Kilat Ramadhan Angkatan II


Penutupan Pesantren Kilat Ramadhan Angkatan II
(Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung)


Mudir Ma'had al-Jami'ah bersama Dewan Murabbi

Senin, 4 Juni 2018, UPT Pusat Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung mengadakan acara penutupan Pesantren Kilat Ramadhan Angkatan II tahun 2018 yang dirangkai dengan buka bersama mahasantri Ma’had al-Jami’ah beserta Pengelola Ma’had al-Jami’ah. Hadir dalam kesempatan ini Mudir Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung, Dr. KH. Teguh, M.Ag., segenap Murabbi Ma’had al-Jami’ah, dewan asatidz dan segenap musyrifah.

Penutupan acara ini dimulai pada pukul 15.00 WIB. Acara diawali dengan istighatsah yang diimami oleh ustadz Ahmad Marzuqi, M.Pd.I al-Hafidz yang ditutup dengan do’a oleh ustadz Muhamad Fatoni, M.Pd.I., satu di antara Murabbi Ma’had al-Jami’ah. Selanjutnya acara dibuka secara seremonial dengan rangkain acara pembukaan, pembacaan ayat suci al-Qur’an, sambutan sekaligus mau’idzatul hasanah, pembagian penghargaan bagi mahasantri teladan dan berprestasi, dan penutupan.

Jumat, 19 Januari 2018

Titik Balik

Titik Balik



Setiap orang pernah sampai pada titik klimaks dalam perjalanan hidupnya. Saat berada pada titik klimaks tentu rasa malas akan menyerang. Di saat seperti inilah seseorang memerlukan suatu hal yang bisa membawanya untuk kembali pada kondisi sebagaimana sebelumnya. Saya menyebutnya sebagai titik balik.

Selasa, 24 Oktober 2017

Tertatih dan Bangkit Lagi

Tertatih dan Bangkit Lagi

Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua membutuhkan proses. Tidak mudah menjalani proses, tetapi bukan berarti tidak bisa. Hanya satu yang diperlukan, kemampuan bertahan dalam menjalani proses tersebut.

Menekuni dunia literasi bukanlah hal mudah. Diperlukan keseriusan dan ketelatenan. Menjaga semangat agar tetap terjaga adalah hal penting yang mesti terus diupayakan. Hambatan dan rintangan, pasti ada. Persoalan sesungguhnya bukan terletak pada persoalan itu sendiri, melainkan ketidak mampuan dalam menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi persoalan tersebut.

Senin, 31 Juli 2017

Taubat Nasuha

Taubat Nasuha
(Oleh: Muhamad Fatoni, M.Pd.I)

Tiada manusia yang luput dari kesalahan. Setiap anak cucu Adam pernah melakukan kesalahan. Siapapun dan apapun jabatannya, semua pernah berbuat salah. Karenanya tidak perlu merasa lebih dari yang lain. Merasa lebih baik, lebih hebat, lebih suci dan perasaan – perasaan lebih yang lain. Nampaknya kelebihan yang ada pada diri dikarenakan Allah masih menutup aibnya dari orang lain. Begitu Allah membukanya, semua akan nampak buruk, bahkan nyaris tanpa kebaikan sama sekali. Rasul SAW bersabda:

Minggu, 04 Juni 2017

Dimensi Spiritual Puasa



Dimensi Spiritual Puasa


Saat pertama membaca judul ini, mungkin terbesit dalam diri anda tentang sesuatu yang berbau mistis. Diakui maupun tidak spiritual kerap kali dihubungkan dengan segala hal yang berbau mistis, namun menurut hemat saya tidak semua hal yang berbau spiritual itu mistis.

Rabu, 31 Mei 2017

Ramadlan Bulan Penuh Ampunan



Ramadlan Bulan Penuh Ampunan

Suasana Pesantren Kilat Ramadlan


Di antara istilah yang kerap kali melekat pada bulan Ramadlan adalah bulan penuh ampunan. Bulan di mana Allah membuka semua pintu taubat seluas – luasnya. Siapa yang berkenan memasukinya, maka pastilah Allah akan mengampuni dosa – dosa yang selama ini telah diperbuatnya. Bulan di mana seluruh setan dibelenggu sehingga tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menggoda manusia berbuat maksiat dan durhaka kepada Tuhannya, Allah SWT.

Senin, 29 Mei 2017

Menumbuhkan Kreatifitas dalam Menulis



Menumbuhkan Kreatifitas dalam Penulisan Akademik

 Sampul Depan

Judul Buku                  : Proses Kreatif Penulisan Akademik
Penulis                        : Dr. Ngainun Naim
Penerbit                       : Akademia Pustaka, Tulungagung
Penyunting                  : Saiful Mustofa
Tebal                           : xxii + 146 hlm: 14 x 20,3 cm
ISBN                           : 978-602-60339-9-4
Cetakan Pertama         : Februari 2017
Cetakan Kedua           : April 2017

Menyusuri setiap jengkal tulisan dari para penulis terkenal memang satu hal yang meng-asikan. Membaca tulisan – tulisannya serasa berbincang - bincang langsung dengan penulis. Ini lah nilai lebih yang dimiliki seorang penulis sungguhan bila dibandingkan dengan penulis dadakan. Tulisan penulis sungguhan mengalir layaknya aliran air sungai dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah.

Rabu, 10 Mei 2017

Pilih di Racun atau...???



Pilih di Racun atau…???

 Foto Penutupan Dirasah Qur'aniyyah

Salah satu media yang darinya dapat diperoleh informasi dan pengetahuan adalah media elektronik. Media elektronik menjadi salah satu media yang menarik tentunya untuk digunakan sebagai media penyebaran informasi dan pengetahuan.

Memang di era digital yang serba canggih seperti saat ini, memisahkan diri atau -kalau boleh saya katakan, anti terhadap perkembangan iptek adalah satu pilihan yang kurang atau bahkan tidak bijak sama sekali. Memang diakui maupun tidak, sisi negatif dari iptek itu ada, namun sisi positifnya tidak lantas kemudian dinafikan begitu saja.

Banyak kasus menunjukkan tentang bahaya penyalahan penggunaan iptek. Kalangan pelajar terjerums pada pergaulan bebas yang sarat dengan berbagai tindak penyimpangan. Minuman keras, konsumsi obat – obatan terlarang, tawuran antar pelajar dan seabrek bentuk penyimpangan lainnya adalah sederetan contoh yang ikut serta mewarnai dibalik penyalahgunaan iptek.

Namun, tidak boleh dinafikan adanya berbagai capain yang mencengangkan pula dari dampak penggunaan iptek. Dalam waktu yang relative singkat, bukan jam – jaman, melainkan menit atau bahkan detikan, berbagai informasi yang ada dibelahan bumi lain bisa diperoleh dan diakses dengan kian cepatnya. Para remaja mampu menciptakan inovasi yang menakjubkan melalui informasi yang mereka terima dari berbagai media yang merupakan dampak dari kemajuan iptek.

Seorang ilmuan mengatakan sesuatu yang sangat menarik. Saya lupa namanya. Saya belum pernah mendapatkan informasi ini sebelumnya melalui literatur buku, tetapi saya menemukannya saat sebuah acara ILK (Indonesia Lawyers Klub) sedang berlangsung di sebuah Stasiun TV, TV One. Kata – kata itu disampaikan oleh Karni Ilyas yang merupakan presenter acara ILK. Kira – kira begini bunyinya:

“Kebanyakan manusia lebih suka diracuni dengan berbagai pujian yang disampaikan kepadanya daripada dibangun dengan kritikan yang ditujukan kepadanya”.

Mungkin banyak di antara para pembaca yang telah mendengar ungkapan ini, namun tidak dengan saya. Saya baru saja mendengar ungkapan ini sesaat sebelum akhirnya menulis artikel ini.

Apa yang disampaikan dalam ungkapan tersebut kiranya bukan hanya sekedar basi – basi belaka, tetapi merupakan hal yang seolah telah mendarah daging dalam diri setiap manusia. Memang diakui maupun tidak kebanyakan kita, cenderung lebih senang apabila mendapat pujian dan sanjungan dari orang lain.

Saat mendapat pujian dari orang lain, kita mengira bahwa memang kita memiliki hal yang patut kita banggakan di depan banyak orang. Kita merasa bahwa apa yang kita miliki telah diakui eksistensinya oleh orang lain atau bahkan membuat orang lain terkagum – kagum dengan kita.

Tidak jarang pula setelah mendapat pujian dan sanjungan dari orang lain, kita merasa terbuai dan tinggi hati. Akibabatnya, muncul sifat bangga dan tinggi hati bahkan sombong dan takabbur. Awas! Waspadalah sahabat!

Rasa bangga diri dan takabbur seringkali menjadikan pelakunya menjadi ceroboh dan akhirnya jatuh dalam keterpurukan. Akhirnya, sesungguhnya pujian dan sanjungan yang kita dapatkan bukan lagi menjadi satu hal yang patut kita banggakan. Pujian dan sanjungan itu tak lain berubah menjadi racun yang mematikan, yang pada akhirnya mampu melenyapkan segala bentuk kewaspadaan dan seluruh sisi baik dalam diri kita.

Berubahnya pujian dan sanjungan sebagai racun  yang meracuni setiap anak manusia ini, kerapkali tidak disadari oleh seseorang. Akibatnya, mereka tetap belagu dan belagak sok segalanya, namun pada saat mereka terperosok, barulah mereka menyadari akan hal tersebut, namun kebanyakan sudah tidak ada gunanya.

Mengapa manusia lebih suka mendapat pujian dan sanjungan? Manusia lebih menyukai pujian dan sanjungan oleh karena dalam diri manusia terdapat nafsu. Kodrat dari nafsu adalah ingin dipuja, dimanja, dimengerti, diakui dan seterusnya. Keinginan nafsu untuk diakui eksistensinya, menyebabkan nafsu mudah sekali merasakan kebagiaan manakala ia mendapat pujian dan sanjungan. Keinginan nafsu untuk dipuja dan dimanja menyebabkannya selalu meminta agar dipahami bukan dibuli apalagi dimaki.

Sebaliknya kritik cenderung tidak disukai oleh semua orang. Mengapa? Karena dalam kritikan seolah terdapat sebuah cacat yang ada dalam diri kita, sehingga –menurut kita, kritik itu disampaikan adalah untuk menegasikan keberadaan kita, atau minimal meragukan keberadaan kita.

Pandangan inilah sesungguhnya yang harus diluruskan oleh setiap orang. Akan tetapi menyadarkan manusia akan hal ini, bukanlah perkara mudah. Perlu upaya serius dan terus menerus untuk menjadikan seseorang memiliki kesadaran akan pentingnya menerima kritik yang berasal dari orang lain.

Kiranya fenomena dalam kehidupan ini cukup menjadi sebuah bukti akan pentingnya kritik. Manusia, siapapun orangnya, ia tidak akan pernah mampu untuk melihat “githok”-nya sendiri. Ia memerlukan bantuan orang lain untuk bisa melihatnya. Minimal bila bukan orang lain, ia butuh bantuan cermin atau benda sejenisnya untuk melihat sisi yang berada dibalik lehernya itu.

Ketidakmampuan manusia dalam melihat sisi yang berada dibalik lehernya ini, kerapkali dihubungkan dengan ketidakmampuan manusia dalam melihat sisi buruk dalam dirinya. Manusia cenderung melihat dan menyangka bahwa setiap apa yang muncul dari dirinya adalah hal baik yang patut diakui oleh orang lain. Sebaliknya, keterbatasan kemampuan yang dimilikinya telah menutup isi kepalanya dari melihat segala cacat dan kelemahan pada apa yang diyakininya benar.

Pepatah mengatakan, “Gajahh dipelupuk mata tidak tampak, namun semut semut diseberang lautan tampak”. Pepatah ini sesungguhnya ingin mengikis keyakinan seseorang akan kebenaran mutlak yang selalu didapatkan olehnya dalam diri. Artinya, kebanyakan orang sering menganggap bahwa dirinya benar, meski sebenarnya ia melakukan banyak kesalahan. Sebaliknya kesalahan yang dimiliki orang lain, selalu saja tampak meskipun itu sangat kecil. Apa maknanya?

Maknanya, kesalahan dan kelemahan kita sesungguhnya kerapkali dipahami dan dilihat oleh orang lain. Orang yang tahu kelemahan dan kekurangan kita, adalah mereka yang berada diluar diri kita. Nah, di sini lah sesungguhnya makna pentingnya sebuah kritik.

Seseorang yang telah memiliki kedewasaan dalam berpikir dan bersikap, tentu tidak akan berpandangan sempit saat kritik ditujukan kepadanya. Ketika kritik ditujukan kepadanya, ia justru akan menggunakan kritik itu sebagai cermin yang dengannya ia bisa berbenah diri kearah yang lebih baik. 

Sejarah telah membuktikan banyaknya orang yang tumbuh dan berkembang serta memperoleh capaian yang mencengangkan setelah sebelumnya ia mendapat kritikan yang luar biasa dalam hidupnya. Nabi kita, Muhammad SAW adalah sosok yang tepat kiranya kita jadikan sebagai panutan dalam memperbaiki diri. Betapa banyak hambatan dan rintangan yang dihadapinya dalam hidup, bukan hanya kritikan, caci – makian bahkan terror baik secar fisik maupun psikis, namun semua itu beliau hadapi dengan tegar dan sabar. Semakin beliau mendapat tantangan semakin pula beliau berusaha berbenah diri sehingga pada akhirnya Allah menjawab segala munajatnya.

Sama halnya dengan manusia pada umumnya. Sesungguhnya kritik yang disampaikan kepada kita, bukanlah serta merta menunjukkan ketidak sukaan/senangan seseorang pada kita. Ya, boleh jadi kebanyakan kritik itu adalah ungkapan ketidaksenangan, namun sebagai objek yang dikritik seharusnya kita tidak berpikiran sempit.

Kita bisa saja mengubah sebuah kritik itu menjadi factor yang membangun diri untuk meningkatkan kualitasnya. Semakin sering mendapat kritik semakin sering pula kita memperbaiki kualitas diri. Bila ini yang kita lakukan, bukan mustahil kita akan menjadi pribadi yang berkualitas dalam arti sebenarnya.

Nah, sekarang pertanyaannya, mana yang lebih kita sukai? Diracuni dengan berbagai pujian dan sanjungan atau dibangun dengan berbagai kritikan? Jawabannya tentu semua kembali kepada pribadi kita masing – masing.

Saya yakin, kodrat kita sebagai manusia yang memiliki nafsu selalu menginginkan untuk dipuja dan disanjung. Namun, tentunya kita juga tidak boleh lupa bahwa banyak orang yang dipuja dan disanjung justru mengalami hal yang buruk dalam hidupnya.

Sebaliknya, ketidaksukaan terhadap kritik sesungguhnya adalah hal yang tidak bisa kita hilangkan begitu saja. Akan tetapi cobalah membuka mata dan pikiran. Lihatlah kenyataan. Ingat, hidup itu bukan hanya mimpi yang sering menjadi bunga tidur. Namun, ia adalah nyata dan penuh dengan tantangan. Kerikil dan batu – batu tajam siap menghadang, dibutuhkan ketegaran, keberanian dan kesabaran untuk menyambut kesuksesan di masa yang akan datang.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…


Rabu, 03 Mei 2017

Berbagi Bersama Warga Binaan



Berbagi Bersama Warga Binaan


Kemarin, Selasa 02 Mei 2017, menjadi satu moment berharga bagi saya. Pasalnya nyali saya diuji untuk berbagi pengetahuan bersama dengan para warga binaan di Lapas kelas II Tulungagung. Saya berangkat kesana bersama ustadz Wikan Galuh Widyarto, M.Pd. seorang dosen muda berbakat yang kebetulan ditempatkan sekantor dengan saya di Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung.

Kami berangkat pukul 13.00 WIB dari kantor Ma’had al-Jami’ah. Sesampai di Lapas kami langsung disambut oleh para petugas dan disilahkan langsung menuju ke Masjid, tempat di mana kegiatan akan di adakan.

Tentu hati dan pikiran berkecamuk, antara berani dan tidak. Maklum, masih kali pertama. Meski demikian tetap saja harus dijalani. Kapan lagi saya bisa menempa diri bila kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya.

Pengalaman pertama tentu tidak seperti pengalaman – pengalaman yang lain. Pasti pengalaman pertama akan memberikan kesan yang mendalam, meski harus diakui bahwa pengalaman pertama selalu saja kurang atau bahkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Begitulah perjalanan kehidupan. Seringkali kita berangan – angan tentang sesuatu, namun sesering itu pula kita akan dihadapkan pada persoalan yang sama, yakni ketidak sesuaian antara apa yang kita inginkan dengan kenyataan yang kita terima.

Tetapi di sinilah sesungguhnya letak dari proses pembelajaran itu. Dengan langsung terjun pada lapangan yang menantang sesungguhnya proses pembelajaran itu semakin akan mencapai titik maksimal. Sebaliknya jika proses pembelaran hanyalah sebatas teori tanpa ada proses terjun secara langsung di lapangan, maka sesungguhnya yang ada hanyalah sebatas angan – angan belaka.

Meski menurut saya masih banyak hal yang perlu saya perbaiki, tetapi setidaknya saya beryukur mendapat kesempatan ini. Kesempatan yang mungkin bagi sebagian orang langka.

Pada kesempatan itu saya menyampaikan tentang pentingnya menanamkan rasa optimis dalam diri. Jujur saya sampaikan, tidak ada di antara manusia yang ada di dunia ini tahu nasibnya di masa yang akan datang. Bahkan seorang yang bertitel kyai, ustadz, ulama, menteri, presiden dan sebagainya pun mereka tidak tau dan tidak berani menjamin apakah mereka kelak akan menjadi penghuni surga atau tidak.

Boleh jadi selama di dunia seseorang dikenal sebagai ahli ibadah yang taat kepada Allah SWT. Bahkan tidak jarang banyak orang yang menyebutnya sebagai seorang “wali Allah”, tetapi sekali lagi itu adalah pandangan manusia. Lantas bagaimana dalam pandangan Allah?

Bisa jadi Allah memandang ia sebagai wali-Nya, sebaliknya boleh jadi juga justru ia adalah orang yang paling dibenci Allah. Oleh karena itu maka tidak ada orang yang berhak untuk memproklamirkan dirinya sebagai orang baik, apalagi penghuni surga.

Bahkan kalau kita mau jujur, sesungguhnya umur yang diberikan Allah SWT kepada kita ini, lebih banyak digunakan untuk berbuat maksiat dan dosa kepada Allah. mungkin saja Allah menjatah hidup kita selama 80 tahun, tetapi sesungguhnya dari 80 tahun usia kita yang kita gunakan untuk mengabdi kepada Allah tidak lebih dari 30 tahun. Belum lagi bila kita lihat dalam ibadah kita, seberapa detik dalam shalat kita, yang benar - benar ingat kepada Allah SWT. Lantas apa yang mau kita banggakan dari amal perbuatan kita.

Sehubungan dengan bulan Rajab yang baru saja berlalu, saya juga menyampaikan kepada mereka agar senantiasa meningkatkan kualitas shalatnya. Shalat adalah amal ibadah yang pertama kali akan ditanyakan Allah SWT besuk di yaumil qiyamah. Bila shalatnya baik, maka semua ibadahnya dianggap baik. Sebaliknya, jika shalatnya jelek, maka semua ibadah lain diluar shalat dianggap jelek.

Selain itu juga saat ini sudah memasuki bulan Sya’ban. Betapa banyak di antara saudara, sahabat, handai tolan ataupun orang – orang yang kita kenal, mereka tidak mendapat kesempatan yang sama sebagaimana yang kita dapatkan. Oleh karenanya sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT dengan menggunakan semua nikmat yang diberikan Allah SWT sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah.

Di bulan Sya’ban ada malam nisfu Sya’ban, di mana para ulama salaf al-shalih menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah kepada Allah. Biasanya di desa –desa digelar acara malam nisfu Sya’ban dengan membaca Surat Yasin tiga kali. Pertama, niat memohon kepada Allah SWT agar diberikan panjang umur, dalam arti barakah umurnya. Umur yang diberikan Allah menjadi umur yang bisa bermanfaat. Kedua, niat memohon rizki halal. Dengan masuknya makanan halal ke dalam tubuh, maka anggota tubuh akan tergerak untuk ibadah dan taat kepada perintah Allah. Ketiga, niat memohon kepada Allah diberikan husnul khatimah. Seberapa banyak amal yang kita lakukan, namun bila akhirnya kita mati dengan su’ul khatimah maka tempat kembali kita adalah neraka. Sebaliknya meski banyak dosa dan maksiat yang dilakukan tetapi bila kembali kepada Allah dengan husnul khatimah, Insya Allah surga telah menantikan.

Kegiatan di akhiri dengan do’a dan shalat Ashar berjamaah. Sungguh satu kesempatan yang istimewa. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi saya dan bisa memperbaiki kualitas diri ke depannya. 

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…