Rabu, 31 Mei 2017

Ramadlan Bulan Penuh Ampunan



Ramadlan Bulan Penuh Ampunan

Suasana Pesantren Kilat Ramadlan


Di antara istilah yang kerap kali melekat pada bulan Ramadlan adalah bulan penuh ampunan. Bulan di mana Allah membuka semua pintu taubat seluas – luasnya. Siapa yang berkenan memasukinya, maka pastilah Allah akan mengampuni dosa – dosa yang selama ini telah diperbuatnya. Bulan di mana seluruh setan dibelenggu sehingga tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menggoda manusia berbuat maksiat dan durhaka kepada Tuhannya, Allah SWT.

 

Tetapi nyatanya, mengapa masih ada orang yang berbuat maksiat? Perlu dietahui bahwa perbuatan manusia menurut Imam al-Ghazali di dorong oleh empat hal, yaitu dorongan yang berasal dari Allah, malaikat, syaitan dan nafsu.  Dorongan yang berasal dari Allah sangatlah lembut. Ia hadir sebagai suara hati nurani manusia yang terdalam. Siapa saja yang mengikutinya, maka bisa dipastikan ia adalah orang yang menjadi pilihan Allah SWT. 

Dorongan berikutnya berasal dari malaikat. Sifatnya lembut dan menjadi penguat dari bisikan nurani yang berasal dari Allah. Bila seseorang lebih banyak berbuat kebaikan selama kehidupan yang telah dijalaninya, suara nurani dan malaikat ini akan menguat sehingga mampu mengalahkan suara dan bisikan yang mengajak kepada kemungkaran dan kemaksiatan. 

Selanjutnya adalah dorongan yang berasal dari syaitan. Syaitan adalah musuh yang nyata bagi umat manusia. Siapapun orangnya pasti ia tidak menginginkan dirinya menjadi sekutu syaitan. Buktinya, banyak orang bejat, saat mereka mengumpat sering juga mengumpat si syaitan. Jadi sesungguhnya setiap manusia sadar dan tahu bahwa syaitan adalah musuhnya, tetapi tidak semua orang bisa mengalahkan bisikan setan. 

Sifat dorongan syaitan adalah selalu mengajak kepada perbuatan yang dibenci dan tidak diridlai Allah. Syaitan bahkan telah mengambil sumpah, bahwa sampai kapanpun ia akan berusaha menyesatkan anak cucu Adam a.s. Firman Allah SWT dalam Surat al-Hijr (15); 36 – 40:

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (38) قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)

Artinya: Ia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka berilah penangguhan kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.” Allah berfirman, “(Baiklah) maka sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan. Sampai hari yang telah ditentukan (kiamat).” Ia (Iblis) berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba – hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (Q.S. al-Hijr (15); 36 – 40)

Dialog antara Allah dan Iblis yang merupakan nenek moyang syaitan menunjukkan akan sumpahnya untuk senantiasa menggoda manusia. Mereka membisikkan rayuan dan tipuan agar manusia terpedaya hingga mereka berbuat hal yang tidak diridlai Allah SWT. Perbuatan yang merupakan wujud dari penentangan terhadap ke-Maha Agungan Allah SWT. Sumpah Iblis ini juga diabadikan lagi dalam al-Qur’an Surat Shad (38); 79 – 83:

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)

Artinya: (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (Allah) berfirman, “Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan. Sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)”. (Iblis) menjawab, “Demi kemulian-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba – hamba-Mu yang terpilih di antara mereka.” (Q.S. Shad (38); 79 – 83)

Nah, itulah janji Iblis yang merupakan cikal bakal syaitan yang tersebar di bumi ini. Maka bisikan syaitan selalu mengajak manusia menjauhi perintah Allah dan mendekati perbuatan durhaka kepada-Nya. Semua hal yang bertentangan dengan apa yang ditetapkan Allah, dibuatnya menjadi sesuatu yang menarik, sehingga tidak jarang atau bahkan banyak di antara manusia yang terpedaya dan pada akhirnya terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.

Saat Ramadlan tiba, maka mereka semua dibelenggu sehingga mereka tidak bisa melakukan pekerjaannya untuk menjerumuskan manusia kepada perbuatan yang menyimpang. Keistimewaan Ramadlan sebagai bulan agung yang diberikan Allah kepada umat manusia membuat setan merasa sedih, karena untuk sementara waktu manusia terbebas dari bujuk rayunya.

Dorongan berikutnya berasal dari nafsu. Nafsu adalah hasrat dan keinginan yang dimiliki oleh manusia. Ia bersifat kodrati sehingga tidak satu pun di antara manusia yang ada di dunia ini, melainkan pada dirinya terdapat nafsu. Nafsu selalu mengajak kepada perbuatan buruk. Hal ini dapat diketahui dari apa yang disampaikan oleh Nabi Yusuf a.s. sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an Surat Yusuf (12); 53:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (53)

Artinya: Dan aku tidak (menyatakan) bahwa diriku bebas (dari kesalahan), karena sesunguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan. Kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Yusuf (12); 53)

Sifat nafsu selalu mengajak dan mendorong manusia agar melakukan keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Allah SWT. Jadi kemaksiatan yang seringkali kita lihat yang dilakukan oleh banyak orang di bulan Ramadlan sesungguhnya bukanlah berasal dari godaan syaitan, karena syaitan telah dibelenggu oleh Allah. Perbuatan maksiat itu sesungguhnya berasal dari nafsu yang ada dalam diri manusia itu sendiri.

Tidak ada manusia sempurna yang luput dari perbuatan dosa. Semua manusia pernah melakukan dosa dan maksiat. Oleh karena itu tidak dibenarkan bila seseorang yang telah terjerumus ke dalam perbuatan dosa, berlarut – larut dalam penyesalan dan berputus asa dari rahmat-Nya. Justru di saat seseorang melakukan kesalahan, sesungguhnya Allah telah membuka lebar pintu taubat untuknya. Maka jika kita berbuat kesalahan segeralah bertaubat dan minta ampunan kepada-Nya.

Ramadlan adalah syahru al-Maghfirah. Bulan yang penuh dengan ampunan bagi mereka yang mau bertaubat kepada-Nya. Selama ruh belum sampai di tenggorokan pintu taubat masih terbuka lebar. Allah akan senantiasa membuka pintu maaf-Nya kepada mereka yang mau bertaubat kepada-Nya. Jangan putus asa, karena ampunan-Nya lebih luas daripada luasnya samudra kemaksiatan yang kita lakukan. Tapi ingat, jangan lantas meremehkan. Allah tidak menyukai orang yang suka meremehkan.

Bagaimana taubat yang kita lakukan bisa diterima Allah? Tentu tidak semudah yang kita bayangkan. Ada syarat agar taubat itu bisa diterima oleh Allah. Di antara persyaratan yang harus dipenuhi adalah, merasa menyesal akan perbuatan dosa yang dilakukan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Taubat tidak diterima dari mereka yang hanya sebatas pengakuan, namun nihil dalam perbuatan. Mengaku taubat, tetapi tetap saja melakukan perbuatan serupa dengan apa yang pernah dilakukannya.

Lantas bagaimana jika kita sudah bersungguh – sungguh, tetapi suatu ketika kita terjerumus pada perbuatan dosa yang sama? Itu lain lagi urusannya. Adakalanya Allah tetap memberikan keistiqamahan kepada umatnya dalam taubat, tetapi ada juga yang untuk meningkatkan kualitas taubat dan imannya, justru Allah mengujinya dengan perbuatan maksiat. Nah, di sini lah sesungguhnya keharusan kita, umat Islam untuk senantiasa tetap menaruh harapan kepada Allah. Tidak mudah putus asa karena terjadinya sesuatu yang menyebabkan kita terjatuh dalam kemaksiatan.

Ramadlan adalah bulan yang tepat untuk digunakan memohon ampunan Allah. Sungguh merugi orang yang menganggap Ramadlan layaknya bulan sebagaimana bulan lainnya. Ramadlan adalah bulan suci, tamu Allah yang harus dihormati. Seluruh penduduk langit merasa gembira dengan kedatangannya. Andai umat manusia mengetahui apa rahasia yang ada di balik Ramadlan, pastilah mereka ingin, sepanjang tahun adalah bulan Ramadlan.

Semoga kita bisa memanfaatkan momentum Ramadlan dengan sebaik – baiknya dan mampu menjadikannya sebagai tempat muhasabah. Tempat untuk menempa diri dan mohon ampunan atas semua dosa yang pernah kita lakukan di masa lalu. Semoga Allah mengampuni kita dan menerima semua taubat yang kita lakukan. Amin.

Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar