Haflah Akhirus Sanah
(Ma’had al-Jami’ah IAIN
Tulungagung)
Penampilan Mahasantri pada Sesi Praacara
Sabtu, 20 Mei 2017 menjadi puncak acara dari semua kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di UPT Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung
angkatan ke-6. Hal ini ditandai dengan diadakannya acara haflah akhirus sanah
yang digelar pada Sabtu malam tadi. Acara ini digelar di aula utama Ma’had
al-Jami’ah yang berada di lantai lima gedung Pascasarjana IAIN Tulungagung. Hadir
pada acara ini, Rektor IAIN Tulungagung, Dr. K.H. Maftukhin, M.Ag., selaku
pimpinan tertinggi IAIN Tulungagung, Mudir Ma’had al-Jami’ah, Dr. K.H. Muhammad
Teguh Ridlwan, M.Ag. selaku pemangku pengelolaan Ma’had al-Jami’ah, para
murabbi yang terdiri dari unsur dosen tetap bukan PNS, segenap asatidz Ma’had
al-Jami’ah baik dari unsur dosen maupun tenaga professional yang diperbantukan.
Rektor IAIN Tulungagung bersama para Pengelola Ma'had
Muhamad Fatoni, salah satu unsur murabbi yang mewakili sambutan
atas nama ketua panitia, menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam – dalamnya
kepada seluruh pihak yang hadir dan turut serta dalam menyukseskan acara
tersebut, terutama atas berkenannya Rektor IAIN Tulungagung, Dr. K.H.
Maftukhin, M.Ag., untuk mensuport kegiatan yang diadakan oleh UPT Ma’had
al-Jami’ah. Ia juga menyampaikan bahwa kehadiran bapak rektor sudah sangat
dinantikan semenjak lama, namun karena tingkat kesibukan yang luar biasa, tentu
ini menjadi kendala, dan pada akhirnya baru malam tadi pada acara haflah
akhirus sanah beliau bisa hadir ditengah – tengah keluarga besar Ma’had al-Jami’ah.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang mungkin
ditemukan dalam sesi acara haflah akhirus sanah tadi malam.
Qiraatul Qur'an oleh Mahasantri
Selain itu ia juga
menyampaikan bahwa memang pada dasarnya haflah akhirus sanah merupakan acara
puncak yang menjadi penutup dari rangkain kegiatan pembelajaran di Ma’had
al-Jami’ah, namun tidak untuk saat ini. Memang biasanya setelah haflah akhirus
sanah seluruh mahasantri harus berkemas dan meninggalkan ma’had karena adik –
adik mereka akan menjadi penghuni baru di Ma’had al-Jami’ah. Tentu sebenarnya
mereka tetap ingin berada di Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung, akan tetapi
karena kondisilah yang memaksa mereka untuk tidak bisa menetap di Ma’had
al-Jami’ah.
Pada liburan semester ini dan untuk mengisi bulan suci Ramadlan, Ma’had
al-Jami’ah mengadakan dua agenda besar yang masing – masing mahasantri harus
mengikuti salah satu di antara keduanya, yakni pesantren kilat Ramadlan, yang
insya Allah pembelajarannya akan di pusatkan di aula utama gedung Pascasarjana
dan dirasat al-Qur’an yang sebagaimana liburan semester kemarin akan dipusatkan
di Pondok Pesantren ‘Usyaqil Qur’an
dibawah asuhan Kyai Ahmad Marzuki, M.Pd.I., dosen dan alumni IAIN Tulungagung.
Sementara itu dalam sambutannya Mudir Ma’had al-Jami’ah, Dr. K.H.
Muhammad Teguh Ridlwan menyampaikan banyak hal kaitannya dengan kema’hadan,
sejarah kemahasantrian dan Pancasila. Kaitannya dengan kema’hadan beliau
menyampaikan bahwa banyaknya kegiatan ma’had yang ada di IAIN Tulungagung ini,
mudah – mudahan bisa menjadi bekal bagi para mahasantri kedepan setelah mereka
lulus dari IAIN Tulungagung. Beliau juga memberikan apresiasi yang luar biasa
kepada para mahasantri atas jerih payah yang dilaluinya semasa berada di asrama
Ma’had al-Jami’ah. Banyak cerita yang ada di Ma’had al-Jami’ah, baik suka
maupun duka, mulai dari kran airnya macet, bau yang kurang sedap dan
seterusnya, namun hal itu juga tidak pernah menyurutkan minat mereka untuk
tetap menimba ilmu di Ma’had al-Jami’ah.
Selanjutnya beliau juga mengungkap sejarah yang ada kaitannya
dengan kemahasantrian. Bahwa ternyata negara ini bisa berdiri dengan kokoh itu
sesungguhnya termasuk di antaranya adalah karena perjuangan para ulama dan kyai
di masa lalu. Pangeran Diponegoro adalah salah satu di antaranya. Ia adalah
seorang santri, kyai dan pemimpin pasukan saat melawan penindasan yang
dilakukan penjajah Belanda kala itu. Beliau menggerakkan para santrinya untuk
berjuang melawan kelaliman mereka. Kekalahan Pangeran Diponegoro telah
menyebabkan para pengikutnya banyak hijrah ke berbagai daerah di belahan
nusantara. Namun, karena kecerdasan yang dimilikinya maka ke manapun pengikut
Diponegoro berada di situ selalu bisa dikenali. Simbol yang dipakai oleh para
pengikutnya ketika mereka telah menetap di suatu wilayah tertentu adalah dengan
menanam pohon sawo.
Beliau juga menyampaikan bahwa Tulungagung merupakan kota lahirnya
Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Pernyataan ini bukan sekedar klaim semata,
tetapi merupakan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti di lingkungan
IAIN Tulungagung. Kata Bhineka Tunggal Ika itu ada dalam kitab Sutasoma karya
Empu Tantular. Menurut sejarahnya Empu Tantular adalah salah satu murid dari
Sri Rajapatni Gayatri. Ia lebih menyukai hidup sebagi biksuwati daripada hidup
dalam gemerlapnya istana. Beliau menghabiskan banyak waktunya di Tulungagung
hingga meninggal dan dimakamkan di sana. Beliau di makamkan di Candi Dadi atau
yang dikenal dengan Candi Gayatri. Oleh karena itu sesungguhnya sejarah
lahirnya Pancasila tidak akan jauh dari tempat di mana Gayatri menetap yakni
Tulungagung.
Adapun Rektor IAIN Tulungagung, Dr. K.H. Maftukhin, M.Ag. dalam
sambutannya memberikan apresiasi besar kepada seluruh pengelola ma’had al-jami’ah
dan para mahasantri yang ada di ma’had. Beliau mengatakan bahwa saat ini banyak
orang yang terlalu menganggap apa yang diketahuinya benar dan bahkan memaksakan
kebenaran itu kepada orang lain. Padahal sesungguhnya kebenaran yang diyakini
itu hanyalah sebatas pengetahuan yang dimilikinya, tidak lantas kebenaran itu
adalah kebenaran mutlak. Oleh karena itu, maka mahasantri IAIN Tulungagung
tidak boleh memiliki kedangkalan ilmu dan informasi. Kedangkalan ilmu dan
informasi itulah yang sesungguhnya menyebabkan orang tersebut seringkali
menyalahkan orang lain yang tidak sejalan dengannya, bahkan terkadang sampai
pada klaim “mengkafirkan”.
Semakin banyak ilmu dan informasi yang dimiliki seseorang
sesungguhnya akan semakin menjadikan orang tersebut memiliki kearifan dan
kebijaksanaan dan tidak mudah menyalahkan. Orang yang mengatakan orang lain
salah dan tidak punya dasar kitabnya, belum tentu hal itu merupakan hal yang
benar. Boleh jadi hal itu terjadi karena ia belum pernah belajar kitab
tersebut, atau tidak punya kitab tersebut. Beliau memberikan contoh pada
kalimat “hauqalah” yang bisa dibaca dengan beberapa cara. Mereka yang tahu
bahwa kalimat ini bisa dibaca dengan berbagai cara tentu tidak akan
mempermasalahkan, sebaliknya mereka yang belum pernah mengenyam pendidikan
alfiyah atau memahami ilmu nahwu secara benar, cenderung menganggap bahwa
kalimat ini hanya dibaca dengan “Laa haula walaa quwwata illaa billahh”.
Nah, oleh karena itu mahasantri yang mudah menyalahkan orang lain,
atau bahkan mengkafrkan yang lain sesungguhnya, mereka itu belum menyelesaikan “ngaji”-nya.
Oleh karena itu mereka harus banyak belajar dan mengaji kembali hingga
kebijaksaan dan kearifan akan mereka miliki.
Beliau juga menyampaikan, bahwa ke depan semua mahasiswa IAIN
Tulungagung utamanya semester satu, wajib untuk mengikuti pembelajaran “MADIN”.
Rencananya akan ada alokasi khusus untuk pembelajaran madin, yakni pada jam
pertama setiap harinya. Oleh karena itu semua fakultas dan jurusan harus
mensterilkan jam pertama dari mata kuliah regular, utamanya untuk mahasiswa
semester awal.
Kata ma’had, -menurut beliau, sesungguhnya adalah turunan dari kata
‘ahdun yang artinya adalah janji. Oleh karena itu sesungguhnya ma’had adalah
tempat perjanjian bagi seorang guru dan murid, bagi seorang mursyid dan
mustarsyidin untuk menempa diri dengan menuntut ilmu. Oleh karenanya mahasiswa
yang saat berada di ma’had hanya bermain wa, pacaran dan seterusnya,
sesungguhnya mereka telah melanggar janji. Padahal janji itu adalah hutang yang
harus ditepati.
Pada kesempatan ini beliau juga panjang lebar menerangkan tentang
asal usul Pancasila yang pada sambutan sebelumnya disampaikan oleh mudir ma’had.
Beliau juga memberikan kabar gembira bahwa besuk pada tanggal 1 Juni 2017,
insya Allah beliau akan menandatangani MOU antara IAIN Tulungagung dan Mendagri
kaitannya dengan kepercayaan yang diberikan oleh Mendagri kepada beberapa
kampus di Indonesia, termasuk di antaranya adalah IAIN Tulungagung, yang secara
resmi dipercaya untuk melakukan riset tentang Pancasila.
Kaitannya dengan kampus dakwah dan peradaban, maka ke depan IAIN
Tulungagung ingin mencetak kader – kader yang mampu untuk mengisi seluruh lini
dalam kehidupan masyarakat. Dakwah tidak hanya diartikan sebagai ajakan
kebaikan dalam bidang keagamaan, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan
masyarakat, baik sosial, ekonomi, agama, kesehatan dan sebagainya. Semua itu
sesungguhnya adalah lahan dakwah bagi seluruh alumni IAIN Tulungagung.
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…
Komentar
Posting Komentar