Minggu, 21 Mei 2017

Haflah Akhirus Sanah



Haflah Akhirus Sanah
(Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung)


Penampilan Mahasantri pada Sesi Praacara
Sabtu, 20 Mei 2017 menjadi puncak acara dari semua kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di UPT Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung angkatan ke-6. Hal ini ditandai dengan diadakannya acara haflah akhirus sanah yang digelar pada Sabtu malam tadi. Acara ini digelar di aula utama Ma’had al-Jami’ah yang berada di lantai lima gedung Pascasarjana IAIN Tulungagung. Hadir pada acara ini, Rektor IAIN Tulungagung, Dr. K.H. Maftukhin, M.Ag., selaku pimpinan tertinggi IAIN Tulungagung, Mudir Ma’had al-Jami’ah, Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridlwan, M.Ag. selaku pemangku pengelolaan Ma’had al-Jami’ah, para murabbi yang terdiri dari unsur dosen tetap bukan PNS, segenap asatidz Ma’had al-Jami’ah baik dari unsur dosen maupun tenaga professional yang diperbantukan.


Rektor IAIN Tulungagung bersama para Pengelola Ma'had


Muhamad Fatoni, salah satu unsur murabbi yang mewakili sambutan atas nama ketua panitia, menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada seluruh pihak yang hadir dan turut serta dalam menyukseskan acara tersebut, terutama atas berkenannya Rektor IAIN Tulungagung, Dr. K.H. Maftukhin, M.Ag., untuk mensuport kegiatan yang diadakan oleh UPT Ma’had al-Jami’ah. Ia juga menyampaikan bahwa kehadiran bapak rektor sudah sangat dinantikan semenjak lama, namun karena tingkat kesibukan yang luar biasa, tentu ini menjadi kendala, dan pada akhirnya baru malam tadi pada acara haflah akhirus sanah beliau bisa hadir ditengah – tengah keluarga besar Ma’had al-Jami’ah. Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang mungkin ditemukan dalam sesi acara haflah akhirus sanah tadi malam.
 Qiraatul Qur'an oleh Mahasantri

 Selain itu ia juga menyampaikan bahwa memang pada dasarnya haflah akhirus sanah merupakan acara puncak yang menjadi penutup dari rangkain kegiatan pembelajaran di Ma’had al-Jami’ah, namun tidak untuk saat ini. Memang biasanya setelah haflah akhirus sanah seluruh mahasantri harus berkemas dan meninggalkan ma’had karena adik – adik mereka akan menjadi penghuni baru di Ma’had al-Jami’ah. Tentu sebenarnya mereka tetap ingin berada di Ma’had al-Jami’ah IAIN Tulungagung, akan tetapi karena kondisilah yang memaksa mereka untuk tidak bisa menetap di Ma’had al-Jami’ah.

Pada liburan semester ini dan untuk mengisi bulan suci Ramadlan, Ma’had al-Jami’ah mengadakan dua agenda besar yang masing – masing mahasantri harus mengikuti salah satu di antara keduanya, yakni pesantren kilat Ramadlan, yang insya Allah pembelajarannya akan di pusatkan di aula utama gedung Pascasarjana dan dirasat al-Qur’an yang sebagaimana liburan semester kemarin akan dipusatkan di Pondok  Pesantren ‘Usyaqil Qur’an dibawah asuhan Kyai Ahmad Marzuki, M.Pd.I., dosen dan alumni IAIN Tulungagung.

Sementara itu dalam sambutannya Mudir Ma’had al-Jami’ah, Dr. K.H. Muhammad Teguh Ridlwan menyampaikan banyak hal kaitannya dengan kema’hadan, sejarah kemahasantrian dan Pancasila. Kaitannya dengan kema’hadan beliau menyampaikan bahwa banyaknya kegiatan ma’had yang ada di IAIN Tulungagung ini, mudah – mudahan bisa menjadi bekal bagi para mahasantri kedepan setelah mereka lulus dari IAIN Tulungagung. Beliau juga memberikan apresiasi yang luar biasa kepada para mahasantri atas jerih payah yang dilaluinya semasa berada di asrama Ma’had al-Jami’ah. Banyak cerita yang ada di Ma’had al-Jami’ah, baik suka maupun duka, mulai dari kran airnya macet, bau yang kurang sedap dan seterusnya, namun hal itu juga tidak pernah menyurutkan minat mereka untuk tetap menimba ilmu di Ma’had al-Jami’ah.

Selanjutnya beliau juga mengungkap sejarah yang ada kaitannya dengan kemahasantrian. Bahwa ternyata negara ini bisa berdiri dengan kokoh itu sesungguhnya termasuk di antaranya adalah karena perjuangan para ulama dan kyai di masa lalu. Pangeran Diponegoro adalah salah satu di antaranya. Ia adalah seorang santri, kyai dan pemimpin pasukan saat melawan penindasan yang dilakukan penjajah Belanda kala itu. Beliau menggerakkan para santrinya untuk berjuang melawan kelaliman mereka. Kekalahan Pangeran Diponegoro telah menyebabkan para pengikutnya banyak hijrah ke berbagai daerah di belahan nusantara. Namun, karena kecerdasan yang dimilikinya maka ke manapun pengikut Diponegoro berada di situ selalu bisa dikenali. Simbol yang dipakai oleh para pengikutnya ketika mereka telah menetap di suatu wilayah tertentu adalah dengan menanam pohon sawo.

Beliau juga menyampaikan bahwa Tulungagung merupakan kota lahirnya Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Pernyataan ini bukan sekedar klaim semata, tetapi merupakan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti di lingkungan IAIN Tulungagung. Kata Bhineka Tunggal Ika itu ada dalam kitab Sutasoma karya Empu Tantular. Menurut sejarahnya Empu Tantular adalah salah satu murid dari Sri Rajapatni Gayatri. Ia lebih menyukai hidup sebagi biksuwati daripada hidup dalam gemerlapnya istana. Beliau menghabiskan banyak waktunya di Tulungagung hingga meninggal dan dimakamkan di sana. Beliau di makamkan di Candi Dadi atau yang dikenal dengan Candi Gayatri. Oleh karena itu sesungguhnya sejarah lahirnya Pancasila tidak akan jauh dari tempat di mana Gayatri menetap yakni Tulungagung.

Adapun Rektor IAIN Tulungagung, Dr. K.H. Maftukhin, M.Ag. dalam sambutannya memberikan apresiasi besar kepada seluruh pengelola ma’had al-jami’ah dan para mahasantri yang ada di ma’had. Beliau mengatakan bahwa saat ini banyak orang yang terlalu menganggap apa yang diketahuinya benar dan bahkan memaksakan kebenaran itu kepada orang lain. Padahal sesungguhnya kebenaran yang diyakini itu hanyalah sebatas pengetahuan yang dimilikinya, tidak lantas kebenaran itu adalah kebenaran mutlak. Oleh karena itu, maka mahasantri IAIN Tulungagung tidak boleh memiliki kedangkalan ilmu dan informasi. Kedangkalan ilmu dan informasi itulah yang sesungguhnya menyebabkan orang tersebut seringkali menyalahkan orang lain yang tidak sejalan dengannya, bahkan terkadang sampai pada klaim “mengkafirkan”.

Semakin banyak ilmu dan informasi yang dimiliki seseorang sesungguhnya akan semakin menjadikan orang tersebut memiliki kearifan dan kebijaksanaan dan tidak mudah menyalahkan. Orang yang mengatakan orang lain salah dan tidak punya dasar kitabnya, belum tentu hal itu merupakan hal yang benar. Boleh jadi hal itu terjadi karena ia belum pernah belajar kitab tersebut, atau tidak punya kitab tersebut. Beliau memberikan contoh pada kalimat “hauqalah” yang bisa dibaca dengan beberapa cara. Mereka yang tahu bahwa kalimat ini bisa dibaca dengan berbagai cara tentu tidak akan mempermasalahkan, sebaliknya mereka yang belum pernah mengenyam pendidikan alfiyah atau memahami ilmu nahwu secara benar, cenderung menganggap bahwa kalimat ini hanya dibaca dengan “Laa haula walaa quwwata illaa billahh”.

Nah, oleh karena itu mahasantri yang mudah menyalahkan orang lain, atau bahkan mengkafrkan yang lain sesungguhnya, mereka itu belum menyelesaikan “ngaji”-nya. Oleh karena itu mereka harus banyak belajar dan mengaji kembali hingga kebijaksaan dan kearifan akan mereka miliki.

Beliau juga menyampaikan, bahwa ke depan semua mahasiswa IAIN Tulungagung utamanya semester satu, wajib untuk mengikuti pembelajaran “MADIN”. Rencananya akan ada alokasi khusus untuk pembelajaran madin, yakni pada jam pertama setiap harinya. Oleh karena itu semua fakultas dan jurusan harus mensterilkan jam pertama dari mata kuliah regular, utamanya untuk mahasiswa semester awal.

Kata ma’had, -menurut beliau, sesungguhnya adalah turunan dari kata ‘ahdun yang artinya adalah janji. Oleh karena itu sesungguhnya ma’had adalah tempat perjanjian bagi seorang guru dan murid, bagi seorang mursyid dan mustarsyidin untuk menempa diri dengan menuntut ilmu. Oleh karenanya mahasiswa yang saat berada di ma’had hanya bermain wa, pacaran dan seterusnya, sesungguhnya mereka telah melanggar janji. Padahal janji itu adalah hutang yang harus ditepati.

Pada kesempatan ini beliau juga panjang lebar menerangkan tentang asal usul Pancasila yang pada sambutan sebelumnya disampaikan oleh mudir ma’had. Beliau juga memberikan kabar gembira bahwa besuk pada tanggal 1 Juni 2017, insya Allah beliau akan menandatangani MOU antara IAIN Tulungagung dan Mendagri kaitannya dengan kepercayaan yang diberikan oleh Mendagri kepada beberapa kampus di Indonesia, termasuk di antaranya adalah IAIN Tulungagung, yang secara resmi dipercaya untuk melakukan riset tentang Pancasila.

Kaitannya dengan kampus dakwah dan peradaban, maka ke depan IAIN Tulungagung ingin mencetak kader – kader yang mampu untuk mengisi seluruh lini dalam kehidupan masyarakat. Dakwah tidak hanya diartikan sebagai ajakan kebaikan dalam bidang keagamaan, tetapi dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik sosial, ekonomi, agama, kesehatan dan sebagainya. Semua itu sesungguhnya adalah lahan dakwah bagi seluruh alumni IAIN Tulungagung.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…




Tidak ada komentar:

Posting Komentar