Ramadlan Bulan Penuh Barakah



Ramadlan Bulan Penuh Barakah


Ramadlan bulan penuh barakah. Demikian pendapat para ulama yang masyhur di kalangan masyarakat muslim. Keberkahan bulan Ramadlan kiranya bukan hal yang perlu diperdebatkan lagi. Keberkahannya sudah dapat dirasakan semenjak di mulainya shalat tarawih untuk pertama kalinya di malam pertama bulan Ramadlan. Permasalahan yang seringkali belum dipahami adalah apa sesungguhnya barakah itu?

 

Kata barakah sesungguhnya sangat akrab di telinga umat Islam. Dari kalangan awam hingga para ilmuan yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kata ini seolah menjadi sebuah kata yang populer hingga tidak ada satu orang pun yang tidak mengetahuinya. Barakah secara bahasa memiliki makna yang sepadan dengan kata nikmat. Jadi barakah adalah kenikmatan menurut arti bahasanya.

Mungkin sebagian orang akan bertanya, mengapa Ramadlan dikatakan sebagai bulan yang penuh kenikmatan? Bukankah dibulan ini justru kita harus menahan diri dari godaan nafsu yang seringkali mengajak kepada bentuk kenikmatan semu?. Ya, memang selama Ramadlan kita dilarang menuruti keinginan hawa nafsu, namun sesungguhnya di situlah kenikmatan yang sesungguhnya akan di dapatkan seseorang. Bukankan seseorang yang kuat menahan nafsunya, disaat ia diperbolehkan untuk memenuhi sedikit kebutuhan nafsunya akan merasakan nikmat yang lebih daripada mereka yang selalu mengumbar nafsunya?

Demikian kira – kira makna barakah secara bahasa, yakni bentuk kenikmatan yang diberikan Allah kepada umatnya. Kenikmatan itu harus senantiasa disyukuri agar lebih ditambah lagi jumlahnya. Allah telah menjanjikan kepada umat manusia, barangsiapa yang mau bersyukur atas nikmat yang Ia berikan, pasti Ia akan menambahkan nikmat-Nya kepada hamba yang bersyukur itu.

Lantas bagaimana pengertian barakah yang sesungguhnya? Saya berpendapat bahwa barakah itu adalah “Ziyadat al-Khair fi al-Ghaib”, bertambahknya kebaikan yang bersifat ghaib. Artinya kebaikan itu tidak hanya apa yang terlihat dan tampak oleh pandangan mata lahir, tetapi kebaikan itu bersifat ghaib, tidak nampak oleh pandangan dlahir, tetapi bisa dirasakan secara bathin.

Saya membuat perumpamaan begini, umumnya banyak orang berpendapat bahwa dengan memiliki harta yang melimpah, maka kebahagiaan akan bisa diperoleh. Dengan terpenuhinya semua kebutuhan materi, maka semua kebahagiaan yang diimpikan akan bisa diraih. Nyatanya, dalam kehidupan ini, banyak sekali fakta yang menunjukkan bahwa kepemilikan terhadap materi berupa harta yang berlimpah, bukanlah ukuran seseorang bahagia. Buktinya, banyak orang yang dipenuhi dengan harta berlimpah namun ia sama sekali tidak merasakan kebahagiaan. Bahkan ada di antara mereka yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Fakta berbeda juga kita jumpai, meski hidup dalam kekurangan namun banyak keluarga yang merasakan kebahagiaan dan kedamaian hingga mereka pun memiliki niatan kuat untuk menolong orang lain yang kesusahan. Ini lah konsep barakah yang sesungguhnya menurut saya.

Ramadlan penuh barakah juga demikian. Bulan Ramadlan memiliki berbagai keistimewaan yang tidak ada duanya bila dibandingkan bulan lain di luar Ramadlan. Perhatikan saja, semenjak terbenamnya matahari di akhir bulan Sya’ban jutaan umat Islam berlomba – lomba dalam kebaikan. Mereka meramaikan masjid, shalat tarawih berjamaah, tadarus al-Qur’an, mengaji kitab – kitab turats, ta’jil ditemukan diberbagai tempat. Ini hanyalah fenomena kecil yang bisa dijadikan dasar munculnya bulan berkah. Mengapa hati mereka seolah tergerak dengan sangat dahsyatnya hingga mereka melakukan hal – hal yang mungkin saja berat mereka lakukan diluar Ramadlan.

Maraknya berbagai kegiatan ubudiyah selama Ramadlan menurut saya tidak lepas dari adanya dorongan bathin yang menggerakkan anggota tubuh yang pusatnya terletak pada hati. Siapa yang bisa melihat hati? Dia-lah Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.  Di bulan Ramadlan Allah menggerakkan hati setiap muslim agar terasa mudah untuk melakukan ubudiyah kepada-Nya. Tentu ini adalah satu bentuk nikmat dan barakah. Nikmat yang tidak dirasakan selain oleh mereka yang beriman kepada Allah SWT.

Selain itu barakah Ramadlan juga dirasakan oleh semua umat Islam dalm bentuk yang berbeda. Selama Ramadlan entah mengapa banyak orang yang merasakan bahwa “hawa” Ramadlan itu tidak sama dengan bulan lainnya. Ada rasa tenang yang dirasakan dalam hati. Nyaman dan damai sehingga mudah tergerak hati seseorang untuk melakukan suatu kebaikan.

Janji Allah bahwa Ia akan melipatgandakan pahala amal ibadah juga menjadi faktor pendorong bagi seorang muslim untuk terus berbuat dan menebarkan kedamaian di bulan Ramadlan. Ramadlan seolah menjadi mutiara yang sangat berharga yang tiada seorang pun ingin melewatkannya. Sungguh merugi mereka yang tidak mau memanfaatkan Ramadlan dengan sebaik – baiknya.

Saat Ramadlan tiba para malaikat bergembira menyambut kedatangan bulan mulia ini. Mereka menjadi saksi atas apa yang dilakukan anak cucu Adam dalam rangka penghambaan mereka kepada-Nya. Mereka pun berupaya membisikkan dalam hati setiap anak cucu Adam agar berbuat kebaikan selama Ramadlan.

Nah, mengingat Ramadlan adalah bulan yang penuh dengan barakah, sudah selayaknya lah bagi kita umat Islam untuk memanfaatkannya secara maksimal. Tidak ada jaminan bagi setiap kita akan bersua dengan Ramadlan di tahun yang akan datang. Maka sungguh beruntunglah mereka yang mau memaksimalkan ibadah kepada Allah di bulan Ramadlan dan sungguh merugilah mereka yang menyia – nyiakan Ramadlan.

Ramadlan adalah tempat di mana umat Islam semestinya saling berlomba – lomba untuk kebaikan. Bukan tempat untuk menumpuk dosa dan permusuhan. Ramadlan bukan sekedar tempat untuk menahan lapar dan dahaga belaka, tetapi tempat di mana kita harus ikut serta berbagi dan merasakan bagaimana kondisi fakir miskin yang mesti menahan lapar dan dahaga selama hidupnya. Ramadlan adalah saat yang tepat bagi kita untuk ikut berbagi bersama mereka yang kekurangan. Sedikit menyisihkan harta yang kita punya untuk sedekah dan membantu saudara kita yang hidup dalam kekurangan. Ramadlan bukan tempat kita saling memamerkan kekayaan dengan amal, tetapi melatih diri untuk ikhlas dalam berbagi menuju ridla Ilahi. Ridla Allah yang selalu dinantikan setiap hamba-Nya. Ridla yang akan mengantarkan kita pada kehidupan bahagia yang kekal di hari kiamat, khususnya saat menemui Allah, Sang Pemilik kehidupan beserta seluruh pernik – perniknya.

Semoga Bermanfaat...
Allahu A'lam...

Komentar