Menumbuhkan Kreatifitas dalam Penulisan
Akademik
Sampul Depan
Judul
Buku : Proses Kreatif
Penulisan Akademik
Penulis
: Dr. Ngainun Naim
Penerbit : Akademia Pustaka,
Tulungagung
Penyunting : Saiful Mustofa
Tebal : xxii + 146 hlm: 14
x 20,3 cm
ISBN
: 978-602-60339-9-4
Cetakan
Pertama : Februari 2017
Cetakan
Kedua : April 2017
Menyusuri
setiap jengkal tulisan dari para penulis terkenal memang satu hal yang
meng-asikan. Membaca tulisan – tulisannya serasa berbincang - bincang langsung
dengan penulis. Ini lah nilai lebih yang dimiliki seorang penulis sungguhan
bila dibandingkan dengan penulis dadakan. Tulisan penulis sungguhan mengalir
layaknya aliran air sungai dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah.
Buku
berjudul “Proses Kreatif Penulisan Akademik” yang ditulis oleh penulis terkenal
yang tergabung dalam sebuah gerakan literasi SPN ini merupakan satu di antara
buku yang layak dan semestinya dibaca oleh para pemula yang ingin menggeluti
dunia literasi, termasuk di dalamnya dosen dan mahasiswa. Disadari maupun tidak
profesi sebagai dosen dan mahasiswa menuntut untuk akrab dengan dunia tulis
menulis. Namun, diakui maupun tidak, banyak di antara dosen dan mahasiswa yang
masih sering mengalami kendala saat menuangkan ide dan gagasannya melalui
tulisan. Kekakuan dunia akademik yang sarat dengan literatur ikut serta
membentuk suasana yang kaku dalam merangkai tulisan. Karya ilmiah yang disertai
aturan ketat dengan kaharusan merujuk kepada sumber asal menjadikan tulisan
yang dihasilkan seringkali kaku dan seolah tidak bisa mengalir dengan baik.
Di
sinilah keistimewaan buku yang dikarang oleh Dr. Ngainun Naim. Secara tegas
beliau menyampaikan di awal tulisannya, “Jika anda ingin mengetahui tentang
bagaimana membuat paragraf yang baik, argumen, dan sejenisnya, mohon maaf, Anda
tidak akan menemukan di buku ini. Anda bisa mencarinya di buku – buku yang
lainnya.” Buku ini dirancang khusus oleh beliau untuk aspek yang sesungguhnya
sangat teknis, yaitu aspek proses kreatif.
Ketrampilan
menulis bukanlah sesatu yang bersifat instan. Ketrampilan menulis sesungguhnya
adalah sebuah proses perjalanan panjang yang penuh dengan hambatan dan
tantangan. Dibutuhkan keuletan, ketelatenan dan kemampuan bertahan untuk sampai
pada ketrampilan menulis ini. Tanpa itu semua musthail seseorang akan sampai
pada titik keberhasilan. Persoalannya adalah kesanggupan seseorang untuk
bertahan. Bertahan adalah hal yang seringkali menjenuhkan dan melelahkan,
sehingga seringkali banyak yang harus bertekuk lutut pada kenyataan bahwa ia
adalah seorang yang kalah.
Dalam
buku ini beliau banyak memberikan trik agar kita bisa terbiasa menulis. Menurut
beliau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang sesungguhnya di awali dari
passion. Passion di artikan sebagai semangat besar dalam melakukan sesuatu.
Semangat besar ini, disadari atau tidak akan menumbuhkan rasa cinta. Rasa cinta
itulah sesungguhnya yang akan menjadikan seseorang memiliki energi kuat dalam
melakukan sesuatu.
Demikian
halnya dengan menulis. Untuk menghasilkan tulisan yang baik sesungguhnya passion
ini memiliki kedudukan yang penting. Passion yang menumbuhkan rasa cinta akan
mendorong seseorang untuk selalu meluangkan waktu untuk menulis. Menulis apa?
Menulis apa saja. Menulis tidak perlu dipaksakan dalam hal – hal yang berat.
Menulis bisa di awali dengan hal – hal kecil yang kita alami, yang ada di
sekitar kita dan seterusnya. Dengan memulai tulisan dari hal – hal kecil ini
lah sesungguhnya kita akan terbiasa menulis karena kita menulis tanpa ada
unsure tekanan sama sekali.
Sampul Belakang
Menulis
yang baik pada dasarnya akan didapatkan manakala kita menulis tanpa siksaan.
Begitu kira – kira menurut beliau. Seorang mahasiswa yang mengerjakan tugas
membuat karya ilmiah dengan deadline waktu yang ditentukan, ia akan dapat
menyelesaikannya. Akan tetapi bagaimana dengan hasilnya? Tentu ini akan menjadi
lain apabila mahasiswa itu tidak memiliki kebiasaan menulis sehingga ia
mengerjakan tugas itu dengan tekanan. Tekanan bahwa ia harus segera
menyelesaikan, bila tidak nilainya merah dan seterusnya.
Dr.
Ngainun Naim memberikan tawaran agar seyogyanya menulis itu dilakukan dengan
tanpa siksaan dan tekanan. Pengembangan strategi “Free Writing”,
sebagaimana juga di munculkan dalam buku ini dalam pengantar oleh Hernowo Hasim
kiranya juga bisa dijadikan sebagai satu alternative dalam menumbuhkan semangat
dan rasa cinta terhadap kegiatan menulis. Free writing menawarkan metode
menulis dengan memasang alarm waktu untuk membatasi waktu dalam menulis. Apa
yang ditulis? Apa saja yang ingin ditulis, tanpa ada tekanan dari apapun. Tidak
usah berpikir soal tata bahasa, isinya apa, bagaimana hasilnya, yang penting
menulis dan terus menulis tanpa memerhatikan aspek apapun yang melingkupinya.
Nikmati dan rasakan sensasinya, begitu alarm berbunyi, berhenti dan letakkan
bolpoin anda dan kemudian lihat dan bacalah apa yang anda tulis.
Itulah
yang ditawarkan oleh Free Writing yang ditawarkan oleh Goldberg. Selayaknya
mahasiswa mencoba dan mereka yang ingin menekuni dunia literasi mencoba metode
free writing. Paling tidak, metode ini bisa digunakan untuk menumbuhkan minat
dan rasa cinta kepada dunia tulis menulis.
Ngemil,
juga salah satu di antara hal yang dianjurkan oleh penulis yang berdomisili di
Trenggalek ini. Awalnya ngemil akrab dengan dunia makan. Tetapi dalam buku ini,
beliau menawarkan hal lain dengan menariknya ke dalam dunia tulis menulis.
Beliau mengatakan, “Saya meyakini ngemil merupakan metode menulis yang
efektif.” Apa yang dimaksudkannya dengan metode ngemil ini? Menulis dengan
metode ngemil adalah menulis yang dilakukan secara bertahap, sedikit demi
sedikit, tanpa ada tekanan sama sekali. Bila metode ini diterapkan dengan
serius, menjaga konsistensinya, setiap hari satu dua paragraph, kemudian
diedit, dibenahi dan seterusnya dikumpulkan dan diramu dengan baik, maka
tulisan itu akan semakin membaik. Beliau mengatakan, “Ngemil, adalah
salah satu metode yang memungkinkan bagi terwujudnya cara menulis yang tenang
dan mengalir.”
Wijaya
Kusumah sebagaimana dikutip oleh Dr. Ngainun Naim pada awal pembahasan 15 Menit
mengatakan, “Banyak mahasiswa yang lama lulusnya karena mereka tidak fokus
dalam mengerjakan karya tulis ilmiahnya. Mereka selalu menunda – nunda
pekerjaan menulis.” Kutipan ini sepatutnya menjadi sebuah pengingat bagi
mahasiswa dan kita semua yang menekuni dunia tulis - menulis, bahwa menunda –
nunda suatu pekerjaan adalah awal dari kegagalan. Menunda pekerjaan yang
semestinya bisa diselesaikan sama halnya dengan menumpuk beban di atas pundak
sehingga kita tidak akan mampu lagi untuk mengangkatnya.
Demikian
halnya dengan menulis. Menunda menulis dengan berbagai alasan sesungguhnya
adalah awal dari kegagalan dalam menulis. Kerap kali seseorang menunda untuk
menulis, dengan alasan mencari momen yang tepat, tema yang tepat, dan
seterusnya. Pada akhirnya semua itu hanya akan sia – sia belaka. Maka dalam bab
15 menit ini, Dr. Ngainun Naim mengajak kepada para pembaca untuk menyisihkan
waktu 15 menit dalam sehari semalam. Waktu yang tidak lama, bila dibandingkan
dengan waktu yang kita habiskan untuk kegiatan lain.
Menyisihkan
waktu 15 menit tiap hari untuk menulis nampaknya adalah hal sederhana dan
mudah. Namun, tidak bagi yang berusaha mengistiqamahkan. Tentu akan muncul
berbagai godaan dan rintangan yang menyebabkannya seolah terasa sangat berat.
Nah, di sini lah letak rahasianya. Dengan menyisihkan waktu 15 menit tiap hari
maka lama kelamaan semakin tumbuh kreatifitasnya dalam menulis.
Musuh
seorang penulis pada hakikatnya bukanlah orang lain, tetapi dirinya sendiri.
Beliau mengutip pendapat St. Kartono:
“Seorang penulis bukanlah bertanding melawan orang
lain, tetapi berlomba dengan dirinya sendiri. Yang dikalahkan adalah dirinya
sendiri yang tidak mampu menyisihkan saldo waktu untuk duduk menulis, yang
mudah putus asa ketika tulisannya ditolak oleh media, yang cepat puas diri
dengan satu karya sehingga lupa untuk menulis lagi, yang menghitung – hitung
honorarium kecil pada saat tulisan telah dimuat. Itu semua berupa tantangan
yang berasal dari dalam diri sendiri.”
Oleh
karenanya seorang penulis harus memiliki komitmen dalam dirinya untuk terus
berkarya. Kemalasan memang seringkali datang menghampiri, tetapi bagi mereka
yang memiliki komitmen, akan bangkit dan melawan segala bentuk kemalasan itu.
Lain halnya dengan mereka yang tidak memiliki komitmen dalam dirinya.
Bagaimana
dengan kualitas? Kualitas menulis akan mengikuti seiring dengan meningkatnya
jam terbang. Semakin tinggi jam terbang, semakin meningkat kualitas tulisan.
Oleh karenanya jangan melupakan jam terbang ini. Seornag pemula yang
menginginkan memiliki tulisan yang berkualitas akan semakin meningkatkan jumlah
jam terbangnya. Tidak peduli bagaimana pandangan orang terhadap tulisannya.
Yang penting dia tetap menulis. Bagi penulis tugasnya hanyalah tiga hal, yaitu
menulis, menulis dan menulis.
Buku
“Proses Kreatif Penulisan Akademik” yang ditulis Dr. Ngainun Naim ini
memberikan angin segar bagi para pemula dan peminat literasi untuk semakin
mantap dalam menjejakkan langkah kakinya dalam dunia literasi. Bahasa yang
digunakan sederhana, tidak muluk – muluk sehingga mudah dipahami oleh mereka
yang masih dalam tahap belajar. Semoga dengan terbitnya buku ini, semakin
banyak hati dan pikiran yang tergerak untuk menekuni dunia yang sudah mulai
langka ini.
Semoga
bermanfaat..
Allahu
A’lam…
Hebat...
BalasHapusTerima kasih apresiasinya
HapusMenulis menulis menulis ...inspiratif sekali
BalasHapusleres, itu resep yang ditularkan oleh Prof. Ngainun Naim melalui buku ini dan alhamdulillah selalu beliau serukan kepada semua orang termasuk saya. dan semoga saya bisa meniru jejak beliau. aamiin
HapusSemoga bisa sll menyisihkan saldo waktu untuk menulis
BalasHapusWaowww saldo???? perlu penjelasan... Saldo apa ini??? hehehehe
HapusMantab...
BalasHapusterima kasih kang ansorie....
HapusSemoga kita selalu bisa berbagi ilmu dan manfaat kepada yang lain, meski hanya dengan tulisan yang sangat sederhana seperti ini....
Luar biasa. Semoga bisa melawan diri yg selalu dihantui rasa MALAS
BalasHapusaamiin ya Rabb....
HapusKita belajar bersama-sama. syukur-syukur saling memberi masukan melalui media maisng-masing. dengan seringkali bergesekan dengan yang lain, bisa menjaga semangat menulis dan menumbuhkan semangat...
Terima kasih P Ngainun, motivasi yang luar biasa..
BalasHapusTerima kasih Prof. Ngainun...
HapusTernyata menulis itu tidak sulit..
BalasHapusHanya proses awal memulai yg perlu perjuangan...
Salam super inspiratif....
Mantab... Semoga bisa terus merawat pak haryo slamet..
HapusTerima kasih Kang Fatoni, sangat menginspirasi... Kunjungi juga kantor belajar menulis saya, njih ..
BalasHapushttp://badiabifurqon07.blogspot.com/2020/05/televisi-dan-ayat-ayat-narkoba-say-no.html
Terima kasih kang, ok insya Allah
HapusTulisan Pak Ngainun sangat menginspirasi....
BalasHapusLeres...
HapusLuar biasa..inspiratif skali..👍👍👍
BalasHapusTerima kasih...
Hapus