Senin, 29 Mei 2017

Menumbuhkan Kreatifitas dalam Menulis



Menumbuhkan Kreatifitas dalam Penulisan Akademik

 Sampul Depan

Judul Buku                  : Proses Kreatif Penulisan Akademik
Penulis                        : Dr. Ngainun Naim
Penerbit                       : Akademia Pustaka, Tulungagung
Penyunting                  : Saiful Mustofa
Tebal                           : xxii + 146 hlm: 14 x 20,3 cm
ISBN                           : 978-602-60339-9-4
Cetakan Pertama         : Februari 2017
Cetakan Kedua           : April 2017

Menyusuri setiap jengkal tulisan dari para penulis terkenal memang satu hal yang meng-asikan. Membaca tulisan – tulisannya serasa berbincang - bincang langsung dengan penulis. Ini lah nilai lebih yang dimiliki seorang penulis sungguhan bila dibandingkan dengan penulis dadakan. Tulisan penulis sungguhan mengalir layaknya aliran air sungai dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah.

 

Buku berjudul “Proses Kreatif Penulisan Akademik” yang ditulis oleh penulis terkenal yang tergabung dalam sebuah gerakan literasi SPN ini merupakan satu di antara buku yang layak dan semestinya dibaca oleh para pemula yang ingin menggeluti dunia literasi, termasuk di dalamnya dosen dan mahasiswa. Disadari maupun tidak profesi sebagai dosen dan mahasiswa menuntut untuk akrab dengan dunia tulis menulis. Namun, diakui maupun tidak, banyak di antara dosen dan mahasiswa yang masih sering mengalami kendala saat menuangkan ide dan gagasannya melalui tulisan. Kekakuan dunia akademik yang sarat dengan literatur ikut serta membentuk suasana yang kaku dalam merangkai tulisan. Karya ilmiah yang disertai aturan ketat dengan kaharusan merujuk kepada sumber asal menjadikan tulisan yang dihasilkan seringkali kaku dan seolah tidak bisa mengalir dengan baik.

Di sinilah keistimewaan buku yang dikarang oleh Dr. Ngainun Naim. Secara tegas beliau menyampaikan di awal tulisannya, “Jika anda ingin mengetahui tentang bagaimana membuat paragraf yang baik, argumen, dan sejenisnya, mohon maaf, Anda tidak akan menemukan di buku ini. Anda bisa mencarinya di buku – buku yang lainnya.” Buku ini dirancang khusus oleh beliau untuk aspek yang sesungguhnya sangat teknis, yaitu aspek proses kreatif. 

Ketrampilan menulis bukanlah sesatu yang bersifat instan. Ketrampilan menulis sesungguhnya adalah sebuah proses perjalanan panjang yang penuh dengan hambatan dan tantangan. Dibutuhkan keuletan, ketelatenan dan kemampuan bertahan untuk sampai pada ketrampilan menulis ini. Tanpa itu semua musthail seseorang akan sampai pada titik keberhasilan. Persoalannya adalah kesanggupan seseorang untuk bertahan. Bertahan adalah hal yang seringkali menjenuhkan dan melelahkan, sehingga seringkali banyak yang harus bertekuk lutut pada kenyataan bahwa ia adalah seorang yang kalah.

Dalam buku ini beliau banyak memberikan trik agar kita bisa terbiasa menulis. Menurut beliau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang sesungguhnya di awali dari passion. Passion di artikan sebagai semangat besar dalam melakukan sesuatu. Semangat besar ini, disadari atau tidak akan menumbuhkan rasa cinta. Rasa cinta itulah sesungguhnya yang akan menjadikan seseorang memiliki energi kuat dalam melakukan sesuatu.

Demikian halnya dengan menulis. Untuk menghasilkan tulisan yang baik sesungguhnya passion ini memiliki kedudukan yang penting. Passion yang menumbuhkan rasa cinta akan mendorong seseorang untuk selalu meluangkan waktu untuk menulis. Menulis apa? Menulis apa saja. Menulis tidak perlu dipaksakan dalam hal – hal yang berat. Menulis bisa di awali dengan hal – hal kecil yang kita alami, yang ada di sekitar kita dan seterusnya. Dengan memulai tulisan dari hal – hal kecil ini lah sesungguhnya kita akan terbiasa menulis karena kita menulis tanpa ada unsure tekanan sama sekali.

 Sampul Belakang

Menulis yang baik pada dasarnya akan didapatkan manakala kita menulis tanpa siksaan. Begitu kira – kira menurut beliau. Seorang mahasiswa yang mengerjakan tugas membuat karya ilmiah dengan deadline waktu yang ditentukan, ia akan dapat menyelesaikannya. Akan tetapi bagaimana dengan hasilnya? Tentu ini akan menjadi lain apabila mahasiswa itu tidak memiliki kebiasaan menulis sehingga ia mengerjakan tugas itu dengan tekanan. Tekanan bahwa ia harus segera menyelesaikan, bila tidak nilainya merah dan seterusnya.

Dr. Ngainun Naim memberikan tawaran agar seyogyanya menulis itu dilakukan dengan tanpa siksaan dan tekanan. Pengembangan strategi “Free Writing”, sebagaimana juga di munculkan dalam buku ini dalam pengantar oleh Hernowo Hasim kiranya juga bisa dijadikan sebagai satu alternative dalam menumbuhkan semangat dan rasa cinta terhadap kegiatan menulis. Free writing menawarkan metode menulis dengan memasang alarm waktu untuk membatasi waktu dalam menulis. Apa yang ditulis? Apa saja yang ingin ditulis, tanpa ada tekanan dari apapun. Tidak usah berpikir soal tata bahasa, isinya apa, bagaimana hasilnya, yang penting menulis dan terus menulis tanpa memerhatikan aspek apapun yang melingkupinya. Nikmati dan rasakan sensasinya, begitu alarm berbunyi, berhenti dan letakkan bolpoin anda dan kemudian lihat dan bacalah apa yang anda tulis.

Itulah yang ditawarkan oleh Free Writing yang ditawarkan oleh Goldberg. Selayaknya mahasiswa mencoba dan mereka yang ingin menekuni dunia literasi mencoba metode free writing. Paling tidak, metode ini bisa digunakan untuk menumbuhkan minat dan rasa cinta kepada dunia tulis menulis.

Ngemil, juga salah satu di antara hal yang dianjurkan oleh penulis yang berdomisili di Trenggalek ini. Awalnya ngemil akrab dengan dunia makan. Tetapi dalam buku ini, beliau menawarkan hal lain dengan menariknya ke dalam dunia tulis menulis. Beliau mengatakan, “Saya meyakini ngemil merupakan metode menulis yang efektif.” Apa yang dimaksudkannya dengan metode ngemil ini? Menulis dengan metode ngemil adalah menulis yang dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit, tanpa ada tekanan sama sekali. Bila metode ini diterapkan dengan serius, menjaga konsistensinya, setiap hari satu dua paragraph, kemudian diedit, dibenahi dan seterusnya dikumpulkan dan diramu dengan baik, maka tulisan itu akan semakin membaik. Beliau mengatakan, “Ngemil, adalah salah satu metode yang memungkinkan bagi terwujudnya cara menulis yang tenang dan mengalir.”

Wijaya Kusumah sebagaimana dikutip oleh Dr. Ngainun Naim pada awal pembahasan 15 Menit mengatakan, “Banyak mahasiswa yang lama lulusnya karena mereka tidak fokus dalam mengerjakan karya tulis ilmiahnya. Mereka selalu menunda – nunda pekerjaan menulis.” Kutipan ini sepatutnya menjadi sebuah pengingat bagi mahasiswa dan kita semua yang menekuni dunia tulis - menulis, bahwa menunda – nunda suatu pekerjaan adalah awal dari kegagalan. Menunda pekerjaan yang semestinya bisa diselesaikan sama halnya dengan menumpuk beban di atas pundak sehingga kita tidak akan mampu lagi untuk mengangkatnya.

Demikian halnya dengan menulis. Menunda menulis dengan berbagai alasan sesungguhnya adalah awal dari kegagalan dalam menulis. Kerap kali seseorang menunda untuk menulis, dengan alasan mencari momen yang tepat, tema yang tepat, dan seterusnya. Pada akhirnya semua itu hanya akan sia – sia belaka. Maka dalam bab 15 menit ini, Dr. Ngainun Naim mengajak kepada para pembaca untuk menyisihkan waktu 15 menit dalam sehari semalam. Waktu yang tidak lama, bila dibandingkan dengan waktu yang kita habiskan untuk kegiatan lain. 

Menyisihkan waktu 15 menit tiap hari untuk menulis nampaknya adalah hal sederhana dan mudah. Namun, tidak bagi yang berusaha mengistiqamahkan. Tentu akan muncul berbagai godaan dan rintangan yang menyebabkannya seolah terasa sangat berat. Nah, di sini lah letak rahasianya. Dengan menyisihkan waktu 15 menit tiap hari maka lama kelamaan semakin tumbuh kreatifitasnya dalam menulis.

Musuh seorang penulis pada hakikatnya bukanlah orang lain, tetapi dirinya sendiri. Beliau mengutip pendapat St. Kartono:

“Seorang penulis bukanlah bertanding melawan orang lain, tetapi berlomba dengan dirinya sendiri. Yang dikalahkan adalah dirinya sendiri yang tidak mampu menyisihkan saldo waktu untuk duduk menulis, yang mudah putus asa ketika tulisannya ditolak oleh media, yang cepat puas diri dengan satu karya sehingga lupa untuk menulis lagi, yang menghitung – hitung honorarium kecil pada saat tulisan telah dimuat. Itu semua berupa tantangan yang berasal dari dalam diri sendiri.”
Oleh karenanya seorang penulis harus memiliki komitmen dalam dirinya untuk terus berkarya. Kemalasan memang seringkali datang menghampiri, tetapi bagi mereka yang memiliki komitmen, akan bangkit dan melawan segala bentuk kemalasan itu. Lain halnya dengan mereka yang tidak memiliki komitmen dalam dirinya.

Bagaimana dengan kualitas? Kualitas menulis akan mengikuti seiring dengan meningkatnya jam terbang. Semakin tinggi jam terbang, semakin meningkat kualitas tulisan. Oleh karenanya jangan melupakan jam terbang ini. Seornag pemula yang menginginkan memiliki tulisan yang berkualitas akan semakin meningkatkan jumlah jam terbangnya. Tidak peduli bagaimana pandangan orang terhadap tulisannya. Yang penting dia tetap menulis. Bagi penulis tugasnya hanyalah tiga hal, yaitu menulis, menulis dan menulis.

Buku “Proses Kreatif Penulisan Akademik” yang ditulis Dr. Ngainun Naim ini memberikan angin segar bagi para pemula dan peminat literasi untuk semakin mantap dalam menjejakkan langkah kakinya dalam dunia literasi. Bahasa yang digunakan sederhana, tidak muluk – muluk sehingga mudah dipahami oleh mereka yang masih dalam tahap belajar. Semoga dengan terbitnya buku ini, semakin banyak hati dan pikiran yang tergerak untuk menekuni dunia yang sudah mulai langka ini.

Semoga bermanfaat..
Allahu A’lam…

20 komentar:

  1. Menulis menulis menulis ...inspiratif sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. leres, itu resep yang ditularkan oleh Prof. Ngainun Naim melalui buku ini dan alhamdulillah selalu beliau serukan kepada semua orang termasuk saya. dan semoga saya bisa meniru jejak beliau. aamiin

      Hapus
  2. Semoga bisa sll menyisihkan saldo waktu untuk menulis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waowww saldo???? perlu penjelasan... Saldo apa ini??? hehehehe

      Hapus
  3. Balasan
    1. terima kasih kang ansorie....

      Semoga kita selalu bisa berbagi ilmu dan manfaat kepada yang lain, meski hanya dengan tulisan yang sangat sederhana seperti ini....

      Hapus
  4. Luar biasa. Semoga bisa melawan diri yg selalu dihantui rasa MALAS

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin ya Rabb....
      Kita belajar bersama-sama. syukur-syukur saling memberi masukan melalui media maisng-masing. dengan seringkali bergesekan dengan yang lain, bisa menjaga semangat menulis dan menumbuhkan semangat...

      Hapus
  5. Terima kasih P Ngainun, motivasi yang luar biasa..

    BalasHapus
  6. Ternyata menulis itu tidak sulit..
    Hanya proses awal memulai yg perlu perjuangan...
    Salam super inspiratif....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantab... Semoga bisa terus merawat pak haryo slamet..

      Hapus
  7. Terima kasih Kang Fatoni, sangat menginspirasi... Kunjungi juga kantor belajar menulis saya, njih ..

    http://badiabifurqon07.blogspot.com/2020/05/televisi-dan-ayat-ayat-narkoba-say-no.html

    BalasHapus
  8. Tulisan Pak Ngainun sangat menginspirasi....

    BalasHapus
  9. Luar biasa..inspiratif skali..👍👍👍

    BalasHapus