Belajar Sabar
Salah satu diantara sifat terpuji yang dianjurkan Islam agar
dimiliki umatnya adalah sabar. Sabar adalah sikap menahan emosi dan keinginan,
serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Sifat ini menunjukkan
ketinggian kemuliaan seseorang yang telah mampu mengelola emosinya sehingga ia
tidak mudah terombang-ambing dengan berbagai situasi dan kondisi yang sering
berubah dalam kehidupan.
Memberi nasehat kepada seseorang agar berlaku sabar dalam
menghadapi persoalan hidupnya mudah dilakukan. Siapapun orangnya bisa
memberikan nasehat kepada orang lain untuk bersabar. Saat ujian dan cobaan
datang mendera, menjenguk seorang yang sedang sakit, atau mengunjungi teman
yang sedang mengalami himpitan ekonomi yang sulit, sementara kita tidak bisa
berbuat apa-apa untuk membantunya secara finansial, yang paling mungkin
dilakukan adalah dengan memberikan motivasi dan semangat kepadanya untuk “sabar”.
Meski demikian, hal itu sudah cukup menunjukkan empati dan memperkuat mereka yang mendapatkan musibah dan sedang berjuang untuk keluar dari situasi sulit tersebut. Itulah sebabnya saat ada sebagian diantara kita yang sedang mengalami ujian, sakit dan sebagainya, kita dianjurkan untuk mengunjunginya, menjenguknya, sekedar untuk memperkuat hati mereka agar mampu bertahan di dalam kesulitan yang sedang dihadapinya. Inilah akhlaq mulia yang ditunjukkan oleh baginda Nabi Muhammad saw. sehingga dakwahnya diterima secara luas di seluruh penjuru dunia.
Untuk memperoleh sifat sabar, seseorang mesti belajar terlebih
dahulu. Tidak mungkin seseorang bisa secara langsung memiliki sifat ini. Kapan ia
belajar? Tentunya tidak sekedar secara teori semata, melainkan secara langsung
dididik oleh-Nya dengan datangnya ujian kepadanya.
Mengeluh? Pasti setiap orang pernah mengalaminya dalam hidup. Mengeluh
adalah sifat manusiawi yang melekat pada setiap manusia, karena memnag ia
diciptakan dengan tabiat penuh keluh-kesah. Namun, sebaik-baik orang adalah
mereka yang mampu mengubah keluh-kesah itu menjadi kesabaran. Menerima dengan
ikhlas, menyadari sepenuh hati bahwa semua yang terjadi di dunia ini sudah
menjadi ketentuan-Nya semenjak zaman azali. Apakah dengan demikian ia berhenti
berikhtiar?
Tentu salah jika demikian. Itu namanya fatalistic, jabariyah. Bersabar
bukan berarti berdiam diri dan meninggalkan ikhtiar. Sebaliknya, kesabaran
mendorong seseorang untuk tetap optimis dan menaruh harapan. Tetapi, yang perlu
menjadi catatan, harapan itu tidak digantungkannya pada ikhtiar yang dilakukan,
melainkan kepada Allah, Sang Pemilik kehidupan.
Seorang yang sabar menyadari betul bahwa setiap ikhtiar yang
dilakukannya sebatas menjalankan perintah-Nya, untuk membangun sebab dalam
kehidupan. Sebagaimana Ia memerintahkan hamba-Nya untuk menjalankan ibadah dan
ketaatan supaya kelak mereka masuk ke dalam surge-Nya. Apakah ibadah itu yang
menjadikan mereka masuk surga? Tentu secara syariat kita menjawabnya demikian,
akan tetapi secara hakiki, semua atas rahmat dan karunia-Nya. Bukankah Dia Maha
Kuasa dan Berkehendak? Jika saja tanpa rahmat dan karunia-Nya, bisa saja Dia
melempar hamba-Nya ke neraka, karena sesungguhnya kemampuan ibadah dan ketaatan
kepada-Nya adalah mutlak pemberian-Nya.
Belajarlah dan jangan pernah berhenti belajar. Belajar dalam
menjalani setiap proses kehidupan. Belajarlah sabar baik saat menghadapi ujian,
musibah maupun ketaatan kepada-Nya. Bersabarlah agar tidak diusir dari atas bumi-Nya dan bawah Langit-Nya. Hanya orang yang mau bersabar yang kelak
akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, baik di dunia, lebih-lebih di
akhirat.
terima kasih atas motivasinya tadz
BalasHapus