Menulis Itu Mudah
Ngaji Literasi, 02 Sepetember 2020
Salah satu chanel youtube yang saya suka adalah chanel “Ngaji
Literasi”. Chanel youtube yang focus pada upaya penyadaran tentang pentingnya
dunia literasi. Tradisi agung yang kerap kali diabaikan oleh kebanyakan orang,
bahkan para akademisi yang semestinya menjadikan tradisi ini sebagai ruh dalam
hidupnya.
Chanel ini dikelola dan dipublikasikan oleh penulis asli kota
Tulungagung, dari Kampus Dakwah dan Peradaban yang saat ini menjabat sebagai
ketua LP2M IAIN Tulungagung, Dr. Ngainun Naim, M.HI. Penulis yang telah
menghasilkan karya dengan penampilan santun dan sederhana.
Tema ngaji literasi kali ini adalah “Menulis itu Mudah”. Di awal paparannya Pak Naim menyebut problematikan umum yang dihadapi orang yang ingin memulai untuk menulis, yaitu “Apa yang mau saya tulis”. Menulis itu mudah, tetapi memang banyak orang yang mengalami kendala di saat memulai aktivitas menulis.
Sebagai bukti bahwa menulis itu mudah adalah bahwa setiap hari
sebenarnya kita telah memproduksi tulisan, baik berupa catatan di status
Facebook, Twitter, pesan di Hp maupun Watsap. Setidaknya ini menjadi bukti
bahwa setiap orang sejatinya tidak asing dengan tradisi menulis. Hanya saja,
potensi dan kemampuan itu tidak diasah dengan serius dengan dukungan bahan
bacaan. Akibatnya hanya sebatas tulisan ala kadarnya melalui pesan singkat atau
status yang kerap kali tidak beraturan.
Tips sederhana bagi para pemula,-seperti saya, adalah dengan
menulis apa yang menjadi kegiatan rutin kita sehari-hari. Usahakan dalam sehari
menulis lima paragraph yang diungkapkan oleh Pak Naim dalam sesi Ngaji Literasi
hari ini dengan istilah “One Day Five Paragraph”. Sederhana saja, mulai
dari kegiatan yang dilakukan saat bangun tidur, siang hari, sore hari, malam
hari dan menjelang tidur misalnya, yang tentunya semua itu telah dikuasai oleh
setiap pelakunya.
Dengan menyediakan sedikit waktu untuk menulis barang lima
paragraph sehari, mungkin dalam waktu yang tidak lama kita bisa menghasilkan
tulisan dalam bentuk buku. Mungkin sebagian orang akan bilang, atau bahkan
mencibir dengan mengatakan bahwa apa yang kita tulis terlalu “buruk, tidak
berkualitas dan sebagainya”. Tetapi, boleh jadi hal tersebut atau saya bisa
memastikan bahwa setiap karya memiliki manfaat. Hanya saja, mungkin konsumennya
berbeda.
Karya akademisi dengan disiplin metodologi yang kuat akan menjadi
santapan lezat bagi mereka yang berkecimpung di dunia akademik. Para pemikir
dan praktisi di bidangnya masing-masing, Akan tetapi tentu tulisan ilmiah
dengan seabrek pirantinya akan terasa membingungkan bagi orang awam pada umumnya.
Karena itu, Pak Naim pernah mengupdate status pada Wa-nya, “Setiap Tulisan
Memiliki Jodoh Pembacanya”.
Sesederhana apapun hasil karya tulis, seyogyanya kita tetap percaya
diri untuk mempublikasikannya. Dengan mempublis karya kita, setidaknya kita
bisa mengambil nilai positifnya dengan mengetahui kekurangan yang ada di
dalamnya. Kritik dan saran dari pembaca, layak untuk kita terima dan jadikan
pelajaran serta renungan untuk karya berikutnya. Dan yang perlu untuk dijadikan
pijakan adalah tanamkan keyakinan dalam diri bahwa “Tulisan terbaik kita adalah
apa yang belum kita tulis”. Ini akan menjadi pemicu bagi kita untuk tidak
merasa puas pada satu titik, serta terus berusaha berbenah diri ke depannya
sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Di akhir video, ada kejutan ucapan “Selamat Ulang Tahun untuk
Ustadz Ngainun Naim”. Melalui tulisan sederhana ini, saya ingin menyampaikan
pula, meski mungkin sudah terlambat, karena tidak tahu kapan shooting videonya,
hehehe….. “Milaad Sa’iid Ustadz”. Semoga sehat selalu panjang umur dan tidak
lelah memompa semangat para penulis pemula untuk tetap istiqamah dalam menekuni
profesinya.
Komentar
Posting Komentar