Bapak Pekerja Keras
Bapak dan ibu, keduanya adalah para pekerja keras. Mereka ditempa
oleh situasi dan kondisi yang serba minim saat itu untuk menopang hidup keluarga.
Bapak dan ibu bekerja serabutan, sambil membantu menggarap sawah Si Mbah. Ibu selalu
berusaha menyisihkan sebagian uang hasil kerja keras keduanya untuk masa depan
anak-anaknya, hingga pada akhirnya bisa membeli sawah yang meskipun tidak
seberapa luas, Alhamdulillah bisa mencukupi kebutah keluarga.
Selesai shalat subuh saat suasana masih agak gelap bapak berangkat ke sawah dengan mengendarai sepeda pancal. Sementara ibu memasak di dapur untuk menyiapkan makan keluarga, membersihkan rumah, mencuci baju dan kemudian berangkat sambil membawakan sarapan untuk bapak.
Karena hanya memiliki sawah yang tak seberapa luas, bapak saat itu
menanam sayur-sayuran yang banyak memakan tenaga untuk mencukupi kebutuhan
keluarga dan juga membayar uang sekolah kami. Saat itu di daerah kami, masih
jarang orang yang menanam sayuran seperti kacang, cabai, tomat dan sejenisnya.
Seingat saya bapaklah yang agaknya lebih awal memulai menanam jenis sayuran. Umumnya
waktu itu di desa masyarakat menanam jagung, dan padi.
Bapak dan ibu menggarap sawah mereka sendiri dan jarang sekali
mempekerjakan orang. Hal itu dilakukan karena memang kondisi keuangan keluarga
yang pas-pasan atau bahkan kurang. Saya ingat, saat masih SD, saat teman-teman
lain selalu membawa uang jajan, saya dan kakak (mas mif) adalah anak yang tidak
pernah membawa uang jajan. Kalau toh pernah diberi, mungkin bisa dihitung
dengan jari. Ini bukan berarti keduanya tidak sayang, melainkan karena memang
kondisinya yang tidak memungkinkan.
Bapak dan ibu pekerja keras yang luar biasa. Kaki dan tangan bapak “kapalan”
karena bekerja keras. Mencangkul di sawah, mencari rumput dan seabrek pekerjaan
lain yang dijalaninya. Asalkan halal dan tidak merugikan orang lain tentunya,
bapak dan ibu tidak pernah merasa malu. Yang penting bagi mereka kebutuhan
tercukupi dan rizkinya berasal dari barang yang halal.
Tidak hanya di masa mudanya saja, hingga di masa senja bapak tetap
saja seorang pekerja keras. Bahkan jika saja diperbolehkan bapak masih tetap
ingin ke sawah dan mencari rumput. Namun, karena kondisinya yang tidak
memungkinkan kami sekeluarga melarang dan sebagai hiburannya, bapak bersama ibu
membuat tempat pembibitan di belakang rumah, di lahan yang tak seberapa luas
dan cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Hari-hari bapak dan ibu dihabiskan di
situ untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Komentar
Posting Komentar