Nuzulul Qur’an

 

Nuzulul Qur’an

Seri Khutbah Jum'at



Hadirin jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah

Marilah dalam kesempatan jum’ah yang istimewa ini, kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kehadirat Allah Swt, karena hanya dengan modal iman dan taqwa, kita akan menjadi orang-orang yang beruntung baik di kehidupan dunia terlebih saat kita telah kembali kepada-Nya kelas di yaumil Qiyamah.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah

Saat ini kita berada di bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh dengan berkah, bulan agung dimana kita, umat muslim diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa di dalamnya sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Qs. Al-Baqarah (2); 183)

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah.

Di dalam bulan suci Ramadhan terdapat peristiwa yang bersejarah bagi umat muslim, yakni hari dimana Al-Qur’an pertama kali diturunkan ke dunia yang kita kenal dengan Nuzulul Qur’an. Peristiwa ini terjadi pada sekitar 1455 tahun silam, saat baginda agung Muhammad saw sedang bertahanuts, mendekatkan diri kepada Allah swt dengan memperbanyak tafakkur dan dzikir yang beliau lakukan di Gua Hira’.

Saat itu Rasulullah saw di datangi oleh Malaikat Jibril yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu pertama kepadanya dengan mengatakan, “Iqra’ ya Muhammad,” Bacalah wahai Muhammad. Rasulullah saw yang memang seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, lantas menjawab perintah tersebut dengan mengatakan, “Ma Ana Biqaariin,” Aku tidak bisa membaca.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah

Perintah ini diulang oleh Malaikat Jibril sebanyak tiga kali, namun karena memang Rasul saw bukanlah seorang yang bisa membaca, jawaban beliau tetap sama sebagaimana jawaban yang pertama, “Maa Ana Biqaari’in,” saya tidak bisa membaca. Akhirnya Malaikat Jibril mendekap rasul dengan erat dan bergetarlah tubuh beliau seraya menuntun :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Dengan turunnya ayat tersebut, yakni Surat Al-Alaq (96); 1-5, maka resmilah risalah kenabiyan diturunkan pada baginda Agung Rasulullah saw. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadhan, yang menurut jumhur ulama bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan. Berkenaan dengan hal ini, Al-Qur’an menjelaskan di dalam Surat Al-Baqarah (2) 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). (Qs. Al-Baqarah (2); 185).

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimulyakan Allah.

Al-Qur’an diturunkan di bulan suci Ramadhan telah menjadi kesepakatan ulama yang dipertegas melalui ayat di atas, akan tetapi kapan dan bagaimana turunnya, masih ada perbedaan di antara para ulama. Ada yang menyebut tanggal 7, 14, 17, dan 21. Namun hal itu, hanyalah perbedaan dalam menafsirkan hadis Rasul yang menyebut bahwa:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ - أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

Artinya:  “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan hari dimana aku diutus atau diturunkan (wahyu) atasku.” (HR. Muslim, Ahmad, Baihaqi dan Al-Hakim)

Bahwa hari turunnya wahyu untuk kali pertama diutusnya beliau adalah hari senin. Hari dimana beliau dilahirkan, diutus dan menerima wahyu untuk pertama kalinya. Adapun pendapat yang paling kuat yang menjadi pegangan jumhur ulama’ adalah tanggal 17 Ramadhan sebagaimana telah kita maklumi bersama.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah.

Hari ini adalah hari ke-18 dari bulan Ramadhan tahun ini, tahun 1442 H. Kita berharap semoga momentum turunnya Al-Qur’an yang telah kita peringati bersama kemarin menjadi sebab dibuka dan ditingkatkannya kecintaan dan ketaatan kita kepada Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi mukjizat terbesar baginda Nabi Muhammad saw. yang harus senantiasa kita ikuti. Selama kita tetap berpegang teguh padanya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, maka ia akan menuntun kita pada jalan kebenaran. Sebaliknya, jika kita tidak mau mematuhi apa yang menjadi tuntunannya, maka kita akan terlempar dari jalan kebenaran dan pada akhirnya akan dilemparkan ke dalam neraka, seburuk-buruknya tempat kembali yang disediakan Allah bagi orang-orang yang durhaka kepada-Nya.

Semoga puasa kita di bulan suci Ramadhan tahun ini, menjadi puasa terbaik diantara puasa-puasa yang telah kita jalani sebelumnya, serta menjadi sebab bagi kita untuk dipertemukan dengan Ramadhan di tahun yang akan datang. Dan mudah-mudahan, Ramadhan yang akan datang lebih baik dari Ramadhan yang saat ini sedang kita jalani. Aamiin.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (185)

Komentar

  1. Alhamdulillah, Terima Kasih Ustadz Sangat Bermanfaat🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, aamiin. Terima kasih atas kunjungannya...

      Hapus

Posting Komentar