Puasa Ibadah Sirri

 

Puasa Ibadah Sirri
(Seri Khutbah Jum’at)



Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Marilah pada kesempatan jum’ah yang penuh berkah ini, kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah swt. dengan sekuat mungkin melaksanakan semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh dengan bekal iman dan taqwa, kita akan menjadi pribadi yang beruntung dalam kehidupan di dunia, terlebih saat kembali menghadap-Nya kelak di hari kiamat.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Selain itu, mari kita bersyukur kepada Allah swt. dengan sebenar-benarnya syukur, karena dengan limpahan kasih sayang, rahmat dan karunia-Nya, kita dipertemukan dengan bulan mulia, penuh keberkahan, yakni bulan Ramadhan, dimana saat ini kita berada di sepuluh hari yang pertama dan besok akan memasuki sepuluh hari yang kedua. Mudah-mudahan, kita selalu dikaruniai kesehatan lahir maupun batin, serta bisa menjalani ibadah di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya dan pada akhirnya bersua dengan idul fihri yang mulia.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Puasa merupakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah swt. bagi kita semua umat muslim yang telah baligh tanpa pengecualian. Setiap kita wajib menjalani ibadah puasa tanpa bisa diwakilkan kepada yang lainnya. Allah swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,(Qs. Al-Baqarah (2); 183)

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Ayat ini mengabarkan kepada kita semua, bahwa puasa merupakan kewajiban bagi kita semua. Bahkan perintah puasa ini, tidak hanya berlaku bagi umat Nabi Muhammad saw. akan tetapi juga berlaku bagi umat-umat sebelum diutusnya baginda Nabi Muhammad saw.

Yang menarik lagi, jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Seruan pada ayat di atas, tidak ditujukan kepada orang-orang muslim, melainkan orang-orang yang beriman. Dimana sebagaimana yang kita maklumi, iman menunjukkan arti percaya. Hal ini mengindikasikan bahwa ada sebagian orang yang tidak mempercayai perintah ini,-termasuk barangkali, di dalamnya adalah seorang muslim. Tentu, ayat ini tidak sekadar melakukan klaim semata tanpa bukti. Fakta menunjukkan bahwa banyak orang yang mengaku sebagai muslim, namun ia enggan untuk melaksanakan puasa. Ini bisa kita temukan di banyak tempat. Di warung-warung, jalan, pasar atau tempat lainnya yang masih saja dipenuhi dengan mereka yang tidak menjalani puasa di bulan suci Ramadhan, meskipun mereka mengaku sebagai seorang muslim.

Jama’ah jum’ah sebagai seorang mukmin, tentu kita prihatin terhadap hal ini. Namun, di sisi lain, kita tetap harus menyadari bahwa semua ini, memang kehendak Allah swt untuk menguji diantara hamba-hamba-Nya, manakah yang beriman dan mana yang tidak, siapa yang bersabar dan siapa yang tidak. Oleh sebab itu, puasa merupakan satu-satunya ibadah “sirri” yang berbeda dari ibadah lainnya.

Jika ibadah lainnya, semisal sholat, zakat, puasa, haji, I’tikaf, atau yang lainnya, ada sisi yang nampak darinya, yang bisa dilihat dan diketahui oleh orang lain, namun tidak bagi ibadah puasa. Puasa merupakan ibadah rahasia yang hanya diketahui oleh seorang yang berpuasa dan Allah swt. Boleh jadi seorang nampak “berpuasa” di hadapan temannya, namun saat keadaan sepi, ia makan, minum, dan kemudian menampakkan seolah berpuasa kepada orang lain. Tidak ada yang tahu, namun Allah dan dirinya sendiri, tahu bahwa ia tidak berpuasa. Oleh karena itu, Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadis:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: إِنَّ الصَّوْمَ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، إِنَّ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَيْنِ [ص:97]: إِذَا أَفْطَرَ، فَرِحَ، وَإِذَا لَقِيَ اللَّهَ فَجَزَاهُ، فَرِحَ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ "

Artinya: Rasulullah saw bersabda: “Sesunggunya Allah swt berfirman: Sesungguhnya puasa itu milik-Ku, dan Aku lah yang akan memberikan balasannya, Sesungguhnya seorang yang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan, kebahagiaan saat ia berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu dengan Allah swt. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, sungguh bau (bacin) mulut seorang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada bau minyak misik”. (HR. Imam Ahmad)

Dalam hadits yang lain juga disebutkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: " يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ

Artinya: “Dari Abi Hurairah, dari Nabi saw. ia bersabda: Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Puasa itu milik-Ku dan Aku yang akan memberikan (pahala)-nya, ia meninggalkan syahwatnya, makannya, minumnya, karena Aku. Puasa adalah perisai, bagi seorang yang berpuasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan saat ia berbuka, kebahagiaan saat bertemu Tuhan-nya dan sungguh, bau (bacin) mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misik”.(HR. Imam Bukhari).

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,

Begitu besar dan agungnya puasa di sisi Allah swt. oleh sebab itu, marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk memanfaatkan setiap waktu yang berjalan di bulan suci Ramadhan ini dengan sebaik mungkin, semampu kita. Kita isi dengan berbagai ketaatan kepada-Nya, baik dengan shalat tarawih, qiyam al-lail, mujahadah, tadarus, shadaqah dan lain sebagainya. Mudah-mudahan Allah terima ketaatan kita, dan Dia berikan karunianya kepada kita, Ramadhan ini menjadi Ramadhan terbaik diantara Ramadhan yang telah kita lalui dan yang paling penting, semoga saat kita berjumpa dengan Allah swt. Dia jadikan pertemuaan kita dengan-Nya, sebagai pertemuan yang membahagiakan, yakni dengan husnul khatimah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183)

Komentar