Shalat Sebagai Tiang Agama
(Seri Khutbah Jum’at)
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Marilah pada kesempatan jum’ah yang penuh barakah ini, kita
senantiasa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah swt. Dengan
berusaha sekuat mungkin menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya. Sungguh dengan berbekal iman dan taqwa, kita akan menjadi pribadi
yang beruntung dalam menjalani hidup di dunia, terlebih saat kita kembali
menghadap-Nya kelak di hari kiamat.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Satu kebahagiaan dan keberuntungan bagi kita semua bahwa pada hari ini kita masih bisa bernafas. Yang mana hal ini menandakan bahwa kita masih memperoleh kesempatan untuk menikmati keberkahan bulan Rajab, salah satu bulan mulia sebagaimana firman-Nya;
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي
كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua
belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan
ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al-Taubah (9); 36)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa
bilangan bulan dalam setahun berdasarkan petunjuk Allah swt berjumlah 12 bulan.
Ketetapan ini telah ada sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Diantara 12
bulan tersebut terdapat empat bulan yang dimuliakan.
Empat bulan yang masuk dalam
kategori al-asyhur al-hurum tersebut adalah bulan Dzulqa’dah,
Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Tiga bulan pertama datang
secara berurutan sementara yang satu menyendiri, yakni yang terletak antara
bulan Jumadi dan bulan Ramadhan.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Salah diantara sebab kemuliaan
bulan ini adalah adanya peristiwa besar dalam sejarah perjalanan umat manusia. Peristiwa
yang menjadi bukti bagi kebenaraan pengakuan anak manusia sebagai pembawa
risalah. Yakni peristiwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw. Suatu malam
dimana Rasulullah saw. diperjalankan Allah dari Masjid Al-Haram di Makkah
sampai ke Masjid Al-Aqsha di Palestina dan selanjutnya di-mi’raj-kan
untuk menghadap-Nya di Sidrat Al-Muntaha. Peristiwa ini diabadikan oleh
Al-Qur’an dalam Surat Al-Isra’ (17); 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ
مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang
telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al
Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (Qs. Al-Isra’ (17); 1).
Pengabadian peristiwa isra’ mi’raj ini
tentu bukan sekadar memberi informasi tentang terjadinya sebuah kejadian yang
dialami oleh anak manusia. Pengadaian ini menegaskan serta memperkuat betapapun
satu hal dianggap tidak bisa diterima akal bahkan mustahil, bisa saja hal itu
terjadi bila saja Allah menghendaki.
Melalui peristiwa ini, Allah swt. hendak
menunjukkan kepada manusia betapa besar dan kuasa-Nya, Dia. Apapun bisa terjadi
jika bersamaan dengan kehendak-Nya.
Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah,
Peristiwa besar, isra’ mi’raj ini, berakhir
dengan perintah kewajiban mendirikan shalat lima kali dalam sehari semalam. Setiap
muslim, siapapun ia, tanpa membedakan status sosial, harta benda, jabatan dan
sejenisnya, tanpa terkecuali berkewajiban untuk mendirikan shalat lima kali
dalam sehari semalam.
Shalat bahkan dikabarkan oleh Rasulullah saw.
sebagai tiang agama. Shalat menjadi penentu bagi tegak atau robohnya agama
seorang muslim. Rasulullah saw. bersabda:
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
{الصَّلاةُ عِمَادُ الدِّيْنَ، فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ
تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ}.
Artinya: Dan Rasulullah saw. bersabda; “Shalat
adalah tiang agama, barangsiapa mendirikan shalat, maka sungguh ia telah
mendirikan agama, dan barangsiapa meninggalkan shalat, maka sungguh ia telah
meruntuhkan (menghancurkan) agama.”
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Hadis tersebut semakin mempertegas pentingnya
shalat dalam islam. Shalat menjadi tolok ukur bagi kebaikan agama seseorang,
pun pula sebaliknya ia juga menjadi tolok ukur bagi buruknya agama seseorang. Manakala
seorang muslim selalu menjaga shalatnya, pertanda baiknya agamanya. Sebaliknya,
seorang yang lalai dalam menjaga shalatnya, atau bahkan meremehkan shalatnya,
maka hal itu pun menunjukkan buruknya kualitas agamanya.
Bahkan dalam sebuah riwayat Rasulullah saw.
juga mengabarkan bahwa shalat merupakan amal ibadah seseorang yang kelak akan
pertama kali dihisab di hari kiamat. Jika shalatnya, baik amal yang lain
(dianggap) baik. Namun, jika shalatnya buruk, maka amal lainnya dianggap buruk.
Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ
القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ
، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ
شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ
تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ
سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ،وَقَالَ:((حَدِيثٌ حَسَنٌ ))
Artinya: Dari Abi Hurairah ra. Ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya amal pertama yang akan dihisab dari
seorang hamba besok di hari kiamat adalah shalatnya. Maka apabila shalatnya
baik, maka sungguh ia beruntung dan sukses. Dan apabila shalatnya buruk, maka
ia bangkrut dan merugi. Jika ada sesuatu yang kurang dari (shalat) fardlunya,
maka Tuhan (Allah ‘azza wa jalla) berfirman; lihatlah apakah hamba-Ku mempunyai
ibadah sunnah, maka ia menyempurnakan apa yang kurang dari (shalat) yang wajib?
Kemudian semua amalnya seperti ini.” (HR. Tirmidzi dan dia mengatakan hadis
ini adalah hadis hasan).
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Saat ini kita berada di bulan Rajab. Tidak ada
salahnya, bahkan semestinya kita melakukan koreksi terhadap semua amal yang
selama ini kita kerjakan, khususnya dalam hal shalat. Sudahkah kita menjaga
shalat dalam setiap kondisi apa pun? Atau sebaliknya kita sering melalaikan
bahkan meremehkan shalat? Jika kita lebih banyak lalai, masih ada kesempatan
untuk membenahinya. Jika kita telah mampu menjaga shalat, kita koreksi apakah
kita sudah bisa berlaku “khusyu” dalam shalat kita? Intinya, mari kita
berusaha menjaga shalat kita secara fisik dan meningkatkan kualitasnya secara
spiritual. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendirikan shalat,
bersama dengan anak cucu kita ila yaum al-qiyamah dan semoga saat
kembali menghadap-Nya, kita menghadap dengan membawa hati yang selamat, membawa
iman dan husnul khatimah. Aamiin...
Alhamdulilah pagi pagi mendapat siraman rohani, trimakasih Ustadz, Allahuma Berkah
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih sudah berkunjung ke blog ini. Semoga memperoleh berkah dan manfaat. Aamiin...
Hapus