EMOSI REMAJA ITU POTENSI



Emosi Remaja itu Potensi
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak pada bentuk fisik dan perkembangan psikisnya.

Menurut Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi., dalam tulisannya, pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk selalu dapat menyesuaikan diri secara efektif.

Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani seorang remaja tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif. Kecenderungan ini menunjukkan betapa besar potensi emosi yang ada dalam diri remaja, yang jika tidak dikelola dengan cerdas dapat berdampak buruk pada remaja.

Kecerdasan emosional akan membawa remaja untuk mampu memberi kesan yang baik tentang dirinya. Mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri. Berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan. Dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada. Sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

Goleman dalam bukunya, mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

Lebih lanjut Ia mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Sementara pendapat lain mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut remaja untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Dapat juga disimpulkan bahwa remaja hendaknya memiliki unsur penting kecerdasan emosional yang terdiri dari: kecakapan untuk mengelola diri sendiri, kecakapan sosial yang mampu menangani suatu hubungan, dan keterampilan sosial.

Mengenali emosi diri. Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini remaja hendaknya memiliki kesadaran rasional terhadap perkembangan perasaannya, dari waktu ke waktu. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan secara rasional, membuat remaja dengan mudah dapat dikuasai perasaannya. Kalo sudah begitu, remaja akan cenderung tidak dapat berpikir jernih terhadap setiap persoalan yang dihadapinya, ataupun ketika membuat berbagai pilihan dalam hidupnya.

Kemampuan mengelola emosi. Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila remaja mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya, remaja yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

Kemampuan memotivasi diri sendiri. Kemampuan seseorang remaja untuk memotivasi diri sendiri dapat dikenali dengan melihat cara seorang remaja mengendalikan dorongan hatinya. Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap aktifitasnya. Kekuatannya untuk selalu berfikir positif dan selalu bersikap optimis atau tidak gampang putus asa. Dapat juga ditandai dengan kemampuannya untuk fokus dalam satu aktifitas tertentu. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

Kemampuan mengenali emosi orang lain. Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seorang remaja terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

Kemampuan membina hubungan dengan orang lain. Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan remaja untuk bersosialisasi dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan tersebut, remaja akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap sombong, mengganggu, pelit, atau tidak berperasaan.

Dengan memahami komponen-komponen emosional tersebut diatas, diharapkan para remaja dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif. Pemahaman ini juga sangat bermanfaat bagi orangtua, karena akan sangat membantunya untuk semakin lebih memahami perkembangan remaja dan dapat selalu berperan bagi setiap tahap perkembangannya.


Komentar