Menakar Mahabbaturrasuul
الحمد لله القائل فى
كتابه الكريم وهو أصدق
القائاين أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) أشهد أن لا إله إلا الله وحده
لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى
أله وصحبه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد فيا أيها الناس اتقواالله حق تقاته ولا
تموتن إلا وأنتم مسلمون.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Marilah pada kesempatan jum’ah yang penuh keberkahan ini, kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah swt dengan berusaha sekuat mungkin melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangannya. Dan mari kita bersyukur kepada-Nya dengan setulus-tulusnya atas semua limpahan hidayah, taufiq, inayah serta kesempatan yang diberikan kepada kita sehingga kita dipertemukan kembali dengan bulan bersejarah, bulan rabi’ul awal, yakni bulan dimana Baginda Agung Rasulullah saw, Sang Reformis dunia terbesar dilahirkan di dunia ini sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Di negeri kita ini, tiap-tiap bulan maulid
selalu diisi dengan berbagai kegiatan untuk mengingat, mengenang, mentafakkuri
dan mensyukuri atas lahirnya Baginda Agung Rasulullah saw. Sungguh, ini
merupakan satu tradisi positif, tradisi yang patut untuk senantiasa dihidupkan
dan disemarakkan sebagai bentuk rasa cinta dan mahabbah kita kepada Baginda
Nabi. Syukur kita kepada Allah swt., tidak akan diterima jika kita mengabaikan
syukur/rasa terima kasih kepada orang-orang yang menjadi perantara nikmat itu
kita terima. Diantara kenikmatan terbesar adalah nikmat iman dan islam, dimana
perantaranya adalah Baginda Nabi saw. Rasulullah menegaskan:
من لم يشكر الناس لم يشكرالله
Artinya: Barangsiapa yang tidak bersyukur
kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah (HR. Al-Tirmidzi).
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Sebagian orang barangkali ada yang tidak setuju dengan peringatan
Maulid Nabi Muhamad saw., apapun model dan bentuknya. Mereka berdalih bahwa hal
tersebut tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw. lebih parahnya mereka
berpendapat bahwa peringatan maulid merupakan bid’ah dan sesat. Pendapat ini,
jelas bertentangan dengan keyakinan kita semua umat muslim yang beraqidah
ahlussunnah wal jama’ah. Bahkan pendapat ini, jelas terlalu ceroboh dan
mengada-ada. Sejarah telah mencatat bahwa hal pertama yang dilakukan oleh para
sahabat yang tidak dicontohkan oleh Nabi adalah pengumpulan Al-Qur’an dalam satu
mushaf. Jika dalih yang diambil adalah karena tidak dicontohkan oleh Nabi,
tentu Al-Qur’an yang selalu diserukan mereka agar kembali kepada Al-Qur’an dan
Sunnah, merupakan produk yang tidak dicontohkan, tetapi dirasakan nilai
positifnya oleh semua umat muslim dimanapun.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Tentu, hal yang paling mendasar dari peringatan maulid nabi, bukan
sekadar makan, minum, mendengar ceramah para muballigh dan sejenisnya. Maksud
terbesar dibalik peringatan ini adalah bagaimana kita umat muslim bisa
mencintai, dan selanjutnya meneladani pribadi Rasulullah saw.
Mencintai Rasulullah saw sebagai Nabi dan Rasul, utusan Allah swt
untuk umat muslim, mutlak keharusannya. Mencintai rasul saw menjadi penentu
cinta kepada Allah swt. Siapa yang mencintai rasul, sama artinya ia mencintai
Allah swt.
Persoalannya benarkah mahabbah kita kepadanya
sudah benar? Atau mahabbah kita sebatas pengakuan di lisan saja? Inilah yang
mesti kita koreksi serta kita teliti. Jangan sampai lisan kita, mengaku
mencintai rasul, namun sejatinya cinta itu tidak ada dalam diri kita.
Momentum bulan maulid ini, kiranya menjadi
momentum yang tepat bagi kita semua untuk bermuhasabah. Dengan bermuhasabah,
harapan kita bersama, kualitas mahabbah kita akan meningkat, bukan sekadar
lisan semata.
Syaikah Junaid Al-Baghdadi Rahimahullah pernah
ditanya tentang mahabbah. Apakah hakikat mahabbah itu? Beliau menjawab:
المحبة فناء المحب المحبوب
Artinya: Mahabbah itu ialah leburnya sang
pecinta dalam diri yang dicinta.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Mahabbah yang sejati menjadikan diri sang
pecinta lebur dalam diri yang dicinta. Kemanapun, dimanapun dan dalam keadaan
seperti apapun, ia senantiasa terbayang pada yang dicintanya. Begitu pula
seharusnya, seorang yang mengaku cinta pada rasulullah saw, semestinya ia
senantiasa ingat kepada baginda Rasul saw. Dia tidak akan rela manakala
waktunya, lepas dari mengingat Rasulullah saw. Itulah yang dirasakan Syaikh Abi
Al’Abbas Al-Mursyi dalam dirinya, sehingga ia mengatakan:
لو حجبت عن ذكر رسول الله صلى الله عليه وسلم ولو طرفة عين
ما أعددت من المسلمين
Artinya: Seandainya aku terhijab dari
mengingat Rasulullah saw meskipun satu kedipan mata, maka aku tidak berani
menghitung diriku dari sebagian orang-orang muslim.
Begitulah, rasa mahabbah pada diri Syaikh Abi
Al-‘Abbas Al-Mursyi yang begitu mendalam pada diri Rasulullah saw. Sehingga,
jika saja ia terhalang dari mengingatnya, ia tidak berani menyebut dirinya
sebagai seorang muslim.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Mahabbah yang benar kepada Rasulullah saw juga
akan mengantarkan kita pada sikap untuk senantiasa mengikuti semua petunjuknya.
Apapun yang menjadi ketetapan dari Rasul, ia senantiasa tunduk dan patuh, tanpa
menawar lagi. Allah swt berfirma:
وَمَا
كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ
يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا (36)
Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. (Qs. Al-Ahzab (33); 36).
Pada ayat yang lain disebutkan:
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Ali Imran (3); 31)
Jama’ah yang dimuliakan Allah,
Kecintaan kepada Rasulullah akan
mendorong kita mengikuti semua tuntunannya, tanpa ada pilihan dan tawaran untuk
menolaknya. Berat, ringan akan tetap dilaksanakan atas dasar cinta kepadanya.
Semoga Allah menjadikan kita, bagian dari orang-orang yang senantiasa
mencintai-Nya dan Rasul-Nya saw, hingga kelak kita dikumpulkan bersamanya di
yaumul qiyamah.
أعوذبالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن
الرحيم. وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا
مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا
مُبِينًا (36)
بارك الله لي ولكم فى القرأن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه
من الأيات والذكر الحكيم وتقبل مني تلاوته إنه هو البر الرؤوف الرحيم وقل رباغفر
وارحم وأنت خير الراحمين.
الخطبة الثانية
الحمدلله الذي نحمده ونستعينه ونستغفروه ونعوذبالله من شرور
أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له أشهد أن
لا إله إلاالله وحده لاشريك له وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله اللهم فصل
وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه وسلم تسليما كثيرا أما بعد فيا أيها
الناس اتقواالله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون وقال تعالى إن الله وملائكته
يصلون على النبي يا أيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما اللهم صل على سيدنا
محمد وعلى أل سيدنا محمد والحمدلله رب العالمين.
اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحياء
منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات، اللهم أعز الإسلام والمسلمين وأعل
كلماتك إلى يوم الدين. اللهم ادفع عنا الغلاء والوباء والفحشاء والشدائد والمحن
ماظهر منها وما بطن عن بلدنا إندونيسيا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة إنك على كل
شيئ قدير وبالإجابة جدير. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب
النار.
عباد الله إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى
وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكرواالله يذكركم واشكروه
على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله أكبر.
Komentar
Posting Komentar