Ziyaroh Maqbarah Auliya’ di Penghujung 2022

 

Ziyaroh Maqbarah Auliya’ di Penghujung 2022



Tetiba suara HP jadulku berdiring, petanda seorang melakukan panggilan. Segera saja aku bergegas meraih untuk melihat siapa kiranya yang telah memanggil. Setelah ku lihat, ternyata yang memanggil adalah Drs. Imam Muslimin, Direktur LPI Qurrota A’yun, sekaligus Kepala Sekolah di sana, tempat dimana aku banyak belajar untuk mendidik, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk konsen di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, almamater yang banyak menorehkan sejarah kehidupanku mulai S1 sampai akhirnya aku lulus dari studi S3.

Begitu HP itu ku angkat, terdengar suara beliau yang sudah familier bagi ku. Intinya, menanyakan apakah kiranya aku bisa turut bersama untuk berziarah ke maqbarah auliya’ Jawa Timur, sebuah agenda rutin yang dilaksanakan oleh lembaga ini pada penghujung tahun yang diperuntukkan bagi para siswanya yang duduk di kelas 6. Aku meminta waktu untuk sekadar bermusyawarah dengan istri yang kemudian memberikan izinnya. Pun pula aku juga meminta izin kepada pimpinan di kantor dimana aku ditempatkan, dan Alhamdulillah, beliau mengizinkan karena memang pada hari-hari tersebut, kegiatan sudah longgar.

Ziyaroh ini dimulai dari ngunut, tepatnya di halaman LPI Qurrota A’yun, tepatnya kami berangkat pada kisaran pukul 08.00 WIB. Tujuan pertamanya adalah maqam KH. Ali Shadiq Umman pendiri pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin yang terletak di komplek pondok di Desa Ngunut Tulungagung.

Selesai berziarah dan melakukan tahlil singkat, rombongan kemudian meneruskan perjalan berikutnya. Tujuannya adalah maqbarah KH. Ihsan Jampes. Seorang ulama yang dikenal luas sebagai pengarang kitab Sirajut Thalibin. Sebagaimana biasa, kami berziyaroh dan membaca tahlil.



Perjalanan selanjutnya adalah maqbarah KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan nama “Gus Dur”. Tokoh santri yang pernah menjabat sebagai orang nomor satu di Republik ini, meskipun tidak lama. Tokoh yang dikenal dengan keunikannya sekaligus ‘kejenakaan’-nya dengan joke-joke nya.

Maqbarah Gus Dur berada di dalam komplek pemakaman di area Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang. Pesantren yang masyhur di kalangan para santri karena didirikan oleh Kyai pendiri Jam’iyah terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama. Beliau adalah KH. Hasyim Asy’ari kakek dari Gus Dur yang masuk dalam daftar pahlawan nasional.

Selesai berziaroh dan tahlil, kami melanjutkan perjalanan ke maqbaroh Syaikh Sulaiman di Mojo Agung Jombang. Di sini kami sekaligus menunaikan shalat jamak ta’khir dan makan siang.

Setelah cukup berziyaroh di Syaikh Sulaiman, perjalanan kami lanjutkan ke komplek pemakaman Troloyo, yakni tempat dimana Syaikh Jumadil Kubro dimakamkan. Kami ziyaroh dan membaca tahlil singkat bersama.

Perjalanan berikutnya cukup jauh, yakni menuju ke maqbarah Syaikhana Kholil Bangkalan Madura. Karena cukup jauh, maka kami memanfaatkannya untuk beristirahat di kendaraan. Kami tiba di Bangkalan pada kisaran pukul 09.00 WIB.



Di makam ini, kami menunaikan shalat jamak ta’khir sekaligus makan malam. Tahlil kami laksanakan setelah shalat. Selepas itu kami bergegas menuju ke bus untuk melanjutkan perjalanan. Di sini lah saya bertemu dengan rombongan dari Wonodadi dimana beberapa diantaranya merupakan rekanan di kampus.

Dari Bangkalan, kami menuju ke Maqbarah Sunan Ampel Surabaya. Makam ini selalu ramai dengan peziyarah, termasuk malam itu. Suasana di maqam ini tidak beda jauh dari sebelumnya, selalu dipenuhi dengan para pengunjung dan peziyarah.

Selesai ziyarah dan tahlil, perjalanan kami lanjutkan ke maqbarah Kanjeng Sunan Giri. Maqbarah yang letaknya berada di atas gunung, dan untuk menuju ke sana, kami harus mengendarai ojek. Saat itu jam menunjukkan pukul 01.00 WIB. Setelah berziyarah dan membaca tahlil, kami menunggu angkutan yang membawa kami ke tujuan selanjutnya, yakni maqbarah Syaikh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.

Biasanya ziyarah ke sini selalu dengan bis yang dikendarai, namun karena sesuatu dan lain hal, pada ziyarah ini kami menyewa angkutan untuk menuju ke sana. Kurang lebih tiga angkutan yang kami sewa untuk membawa rombongan ke maqbarah ini.

Di maqbarah ini, sebagaimana sebelumnya, kami bersiyarah, membaca tahlil dan selanjutnya menunaikan shalat shubuh. Maklum saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB, sehingga waktu shalat shubuh telah tiba.

Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan menuju maqbarah Syaikh Maulana Ishaq. Namun, sebelum tiba di lokasi kami menyempatkan waktu untuk membersihkan diri, sekaligus sarapan di Rumah Makan Kurnia yang berlokasi di hadapan taman wisata bahari lamongan (WBL). Cukup istirahat dan makan, rombongan bergerak menuju maqbarah Syaikh Maulana Ishaq di Paciran.

Sebagai informasi area lokasi maqbarah Syaikh Maulana Ishaq saat ini terus melakukan pembangunan. Banyak hal yang ditambahkan, seperti jalan masuk yang sekarang sudah diatapi, gazebo yang ada di sepanjang jalan masuk, yang tentunya semakin menambah nilai estetik area lokasi maqbarah ini.

Kami masuk area makam dan selanjutnya sebagaimana biasanya membaca tahlil. Saat itu, lokasi ini dipenuhi dengan para peziarah, namun karena area lokasinya yang cukup luas, meski jumlah jamaah para peziarah cukup banyak tetapi masih tetap bisa ditampung.

Dari Syaikh Maulana Ishaq, rombongan bergerak menuju ke Derajat. Tujuannya tentu ke maqbarah Kanjeng Sunan Derajat. Lokasi nya masih cukup asri karena mungkin terletak di area pegunungan, namun tetap ramai, dan tidak sepi dari para peziyarah.

Setelah dirasa cukup, rombongan bergerak menuju ke Syaikh Ibrahim Al-Samarkhan yang lebih populer dengan sebutan Syaikh Asmoro kondi. Maqbarah yang lokasinya berada di dekat pantai Tuban. Setelah itu berlanjut ke maqbarah Kanjeng Sunan Bonang. Bumi Tuban, bumi Ronggolawe. Tokoh yang sangat terkenal dalam sejarah sebagai seorang pahlawan bagi masyarakat Tuban, namun dianggap “tatayi” bagi Majapahit. Meskipun dalam kisah sejarahnya, hal itu terjadi karena adu domba yang dilakukan oleh seorang bernama “Mapati”.

Di Tuban ini lah, karena tujuan terakhir, para panitia memberikan kelonggaran waktu untuk berbelanja sebelum akhirnya bergerak kembali ke Tulungagung. Selesai waktu yang telah ditentukan, rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke Tulungagung. Kami tiba di halaman LPI Qurrata A’yun pada kisaran pukul 22.15 WIB. Alhamdulillah

Komentar

  1. Balasan
    1. Matur sembah nuwun pak imam, sampun kerso mampir teng blog niki...

      Hehehe...
      Kemutan rikolo niko, kulo panggah nyuwun warah njenengan babakan IT

      Hapus

Posting Komentar