Mengenang Kelahiran Manusia Agung Sepanjang Masa

 

Mengenang Kelahiran Manusia Agung Sepanjang Masa



(Seri Khutbah Jum’at)

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Mengawali khutbah jum’ah kali ini, izinkan khatib berwasiat kepada pribadi khatib khususnya dan kepada jama’ah semuanya, marilah kita berusaha meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kehadirat Allah swt dengan sekuat mungkin menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh dengan bekal iman dan taqwa, kita akan menjadi pribadi yang beruntung dalam menjalani kehidupan di dunia, lebih-lebih saat kembali menghadap-Nya kelak di hari kiamat.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Saat ini kita berada di  bulan yang bersejarah, bulan dimana manusia agung, yang terpilih sebagai kekasih-Nya, Nabi Muhammad saw dilahirkan, yakni bulam Rabi’ul Awal. Tepatnya hari ini adalah tanggal 13 rabi’ul awal.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Salah satu diantara tradisi yang akrab bagi kita umat muslim di Indonesia, adalah bahwa pada tiap-tiap bulan rabi’ul awal, umat muslim di Indonesia mengadakan peringatan untuk mengenang hari bersejarah dilahirkannya manusia paling agung di dunia, dengan mengadakan maulid nabi, atau yang populer di masyarakat Jawa dengan sebutan mauludan. Adakalanya dengan menggelar kenduri di masjid, mushola, sekolah atau tempat lainnya. Adapula yang diadakan serentak dengan mengadakan pengajian akbar, refleksi perenungan, atau seminar ilmiah dan berbagai kajian di tempat akadmik semisal kampus dan lain sebagainya. Apapun bentuknya, intisarinya adalah memperingari dan mengenang peristiwa agung dilahirkannya baginda Nabi Muhammad saw.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Memang, jika kita tinjau dari sisi sejarah kehidupan nabi, tentu kita tidak akan menjumpai bahwa Nabi Muhammad saw pernah melakukan peringatan hari ulang tahun kelahiran sebagaimana yang ada saat ini. Akan tetapi penandaan yang beliau lakukan untuk mengenang hari lahir itu bisa kita temukan pada hadis riwayat Imam Ahmad. Rasulullah saw ditanya oleh seorang sahabat:

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْإِثْنَيْنِ؟ فَقَالَ: " فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ " (2)

Artinya: Dari Abi Qatadah ia berkata: Rasulullah saw ditanya tentang puasa hari senin. Kemudian beliau menjawab: “Di hari itu aku dilahirkan dan di hari itu (pula) diturunkan wahyu kepadaku” (HR. Ahmad)

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Dari hadis tersebut tersirat bahwa baginda Nabi Muhammad saw memuliakan hari senin, karena pada hari itu beliau dilahirkan. Meski memang tidak secara eksplisit beliau memberikan sinyal tentang pentingnya mengenang sejarah kelahiran, namun secara implisit, kita bisa menemukan bahwa hari dimana seseorang dilahirkan, pada dasarnya merupakan hari penting dan bersejarah bagi seseorang tersebut. Karena pentingnya dan nilai kesejarahan yang ada di dalamnya, maka sudah sepatutnya ia mengenang dan memuliakan hari dimana ia dilahirkan.

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Baginda Nabi Muhammad saw terlahir di zaman dimana umat manusia berada diambang kehancuran. Peradaban dunia dari ujung barat hingga ujung timur mengalami kemerosotan yang luar biasa parahnya. Bayi yang lahir perempuan dikubur hidup-hidup karena dianggap aib. Wanita tidak dihargai, judi, minuman keras, saling berperang antar suku menjadi kebiasaan. Norma hukum tidak ditemukan, sehingga hukum rimba merajalela. Siapa kuat dia yang berkuasa. Yang kaya menindas yang miskin, yang kuat menindas yang lemah. Al-Qur’an menggambarkan kehancuran tersebut dalam sebuah ayat:

وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا

Artinya: Dan kalian semua telah berada di tepi jurang neraka (jahannam) kemudian Allah menyelamatkan kalian semua darinya. (Qs. Ali Imran (3); 103).

Allah swt menyelamatkan umat manusia dari tepi jurang neraka jahannam, dimana ayat ini menunjukkan bahwa pada saat itu, sebelum lahir dan diutusnya Nabi Muhammad saw manusia termulia di dunia yang menjadi kekasih-Nya. Dengan cara apa? Dengan cara mengutus baginda Nabi Muhammad saw untuk menunjukkan manusia pada jalan yang lurus yang diridhai-Nya.

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Mengingat betapa peran penting dan betapa besar jasa dari Nabi Muhammad saw bagi kita umat muslim di seluruh dunia, sudah semestinya kita menempatkan sosok agung ini sebagai teladan, panutan, uswah dan seorang yang memiliki posisi penting bagi kehidupan kita. Maka, tidak ada salahnya kiranya untuk mengenang jasa-jasanya, mengenang keagungan petunjuk yang dibawanya, mengenang keindahan akhlak budinya yang ditunjukkan kepada kita semua dengan memperingati hari lahirnya. Barangkali sebagian orang muslim ada yang tidak setuju, karena menganggap bahwa rasul tidak pernah mencontohkan hal ini, namun kita meyakini bahwa mengenang jasa seorang yang berjasa dalam hidup kita, bersyukur atas nikmat iman, islam yang telah diberikan kepada kita olehnya, merupakan satu keharusan yang semestinya tetap kita jaga, termasuk dengan tetap mengingat dan memuliakan orang yang menjadi perantara nikmat tersebut, yakni baginda Nabi Muhammad saw. Bukankah Allah telah tegaskan teladan baginda Nabi dalam firman-Nya:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)

Artinya: “Sungguh telah ada bagi kalian semuanya pada diri rasulullah itu suri teladan yang baik bai seorang yang berharap kepada (balasan) Allah dan (balasan) di hari akhir dan orang yang banyak mengingat Allah.” (Qs. Al-Ahzab (33); 31)

Baginda Nabi juga menegaskan:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ»

Artinya: Dari Abi Sa’id ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia (yang menjadi perantara nikmat), maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Imam Al-Turmudzi)

Hadirin jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah

Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim yang baik, sudah sepatutnya di bulan yang bersejarah ini, dimana baginda Nabi Muhammad saw sang teladan umat sepanjang zaman dilahirkan, sepatutnya kita mengenang jasa-jasa beliau. Kembali mempelajari sejarah kehidupannya yang penuh dengan hikmah dan teladan, dan berupaya untuk mencontoh pribadi agungnya dalam keseharian, tentunya dengan kadar kemampuan kita.

Semoga momentum peringatan maulid nabi, menjadi kesempatan bagi kita semua untuk menumbuhkan kembali rasa cinta, mahabbah dan ketaatan kita kepadanya. Sehingga saat kita dipanggil-Nya untuk kembali kita kembali dengan husnul khatimah dan dikumpulkan bersama manusia teragung itu di surga-Nya. Aamiin.

Komentar