خُطْبَةُ
الْجُمُعَةِ
1446 H / 2025 M
Menjaga Tali Silaturahim
Dr. Muhamad Fatoni, M.Pd.I.
Wakil Direktur Bidang Akademik Mahad
Al-Jami’ah UIN SATU
الحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا ,
وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أنْ هَدَانَا اللهُ ، أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ
إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , الَّذِيُ خَصَّنَا بِخَيْرِ كِتَابٍ
أُنْزِلَ, وَأَكْرَمَنَا بِخَيْرِ نَبِىٍّ أُرْسِلَ, وَأَتَمَّ عَلَيْنَا
النٍّعْمَةَ بِأَعْظَمِ دِيْنِ اْلإسْلاَمِ ، أليَوْمَ أكْمَلْتُ لَكُمْ
دِيْنَكُمْ وَأتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإسْلَمَ
دِيْنًا ، وَ أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَدَّى
اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَتَرَكْنَا عَلىَ اْلمَحَجَّةِ
اْلبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَــهَارِهَا ، لاَيَزِيْغُ عَنْهَا إلاَّ هَالِكٌ,
أللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ
اْلكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الطَّاهِرِيْنِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أمَّا بَعْدُ, فَيَا
عِبَادَ اللهِ ! اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Hadirin Jama’ah Shalat Jum’at yang dimuliakan
Allah...
Marilah pada kesempatan jum’ah yang penuh barakah ini, kita senantiasa berusaha meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah Swt. dengan berupaya sekuat mungkin menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh dengan bekal iman dan taqwa kita akan menjadi pribadi yang beruntung dalam menjalani kehidupan di dunia, telebih saat kembali menghadap-Nya kelak di akhirat.
Dan mari kita bersyukur kepada Allah Swt.
karena atas limpahan nikmat, taufiq dan hidayah-Nya kita bisa menyempurnakan
bilangan puasa kita di bulan suci Ramadhan dan kembali bersua dengan idil
fithri mubarak di bulan Syawal. Allah Swt. berfirman:
وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ
تَشْكُرُونَ (185)
“Dan
hendaknya kalian sempurnakan bilangan (hari puasa kalian) dan hendaknya kalian
semua agungkan asama Allah atas apa yang telah Allah tunjukkan kepada kalian
semua dan hendaknya kalian semua bersyukur”. (Qs. Al-Baqarah (2); 185)
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah...
Idul fithri merupakan simbol kemenangan bagi
kita umat muslim. Simbol yang menunjukkan bahwa selama sebulan penuh lamanya
kita berjuang menahan diri dari semua hal yang membatalkan puasa mulai terbit
fajar hingga terbenamnya matahari. Semua hal yang pada dasarnya halal di luar
Ramadhan seperti makan, minum, menggauli istri di siang hari dan sebagainya,
namun dilarang di Ramadhan karena membatalkan puasa, berhasil kita tahan.
Simbol bahwa sebagai makhluk yang ditakdirkan mempunyai akal dan nafsu, kita berhasil
mengelola dan menahan nafsu agar patuh dan tunduk pada aturan Allah yang
disuarakan hati melalui akal. Nafsu berhasil kita tempatkan sebagaimana yang
dikehendaki-Nya untuk kendaraan yang bisa menjadikan dinamis, progresif,
kreatif, namun tetap tunduk pada perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya, Nabi
Muhammad Saw. Inilah kemenangan yang sesungguhnya, idil fithri yang
sebenar-benarnya, kembalinya manusia pada fithrah kesucian, diampuni segala
dosanya yang telah lewat. Ditandai dengan meningkatnya kualitas ketaatan dan
ketaqwaan. Tidak sebatas indahnya pakaian yang dikenakan, lezatnya makanan yang
disantap, tidak pula indahnya rumah yang dihias dan kendaraan baru yang
dikendarai. Syaikh Ibnu Rajab mengatakan dalam kitab Lathaiful Ma’arif:
ليس
العيد لمن لبس الجديد، انما العيد لمن طاعته تزيد، ليس العيد لمن تجمل باللباس و
الركوب انما العيد لمن غفرت له الذنوب.
“Bukanlah lebaran itu bagi orang yang
mengenakan pakaian baru, lebaran sesunggunya adalah milik orang yang
ketaatannya semakin bertambah, bukanlah lebaran itu bagi orang yang berhias
dengan pakaian dan kendaraan, sesungguhnya lebaran itu bagi orang yang diampuni
dosa-dosanya”.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah...
Salah satu hal yang patut untuk kita jaga dan
perhatikan pada moment idul fithri adalah menjaga tali silaturahim. Bagaimana
hubungan kita dengan orangtua, keluarga, sanak famili, guru, sahabat, teman,
dan kolega.
Di dalam menjalani kehidupan sehari-hari tentu
setiap kita menghadapi beragam peristiwa. Adakalanya peristiwa tersebut
menyenangkan, karena sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sebaliknya, ada pula
diantara peristiwa tersebut yang membuat hati kita jengkel, marah, benci, dan
pada akhirnya menumbuhkan benih permusuhan. Semua itu tidak terlepas dari
berbagai karakter yang dititipkan Allah di dalam diri setiap orang, yang
tentunya berbeda antara satu dengan yang lain.
Dalam satu keluarga saja misalnya, kita sebagai
bagian darinya tentu bisa merasakan dan menemukan perbedaan tersebut. Karakter
ayah, berbeda dengan ibu. Karakter anak yang satu berbeda dengan karakter anak
yang lain. Ada yang lembut, ada yang tegas, ada yang penyabar, ada yang
temperamen, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu merupakan sunnatullah yang
tidak mungkin untuk dihindarkan.
Sebagaimana keragaman dalam kehidupan keluarga,
kehidupan di masyarakat tentu lebih komplek dan beragam. Keberagaman ini tidak
jarang menimbulkan perselisihan, konflik-konflik kecil yang jika dibiarkan bisa
meningkat menjadi permusuhan bahkan pertikaian.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah...
Di era digital seperti saat ini, tentu berbagai
informasi bisa kita dapatkan begitu cepat nyaris tanpa filter sama sekali.
Tentu masih kuat diingatan kita, Ramadhan yang semestinya diisi dengan ibadah,
taqarrub kepada Allah, masih juga diciderai dengan kesalahpahaman berujung
“perkelahian” antar sesama muslim yang membangunkan sahur. Tadarusan dengan
pengeras suara yang merupakan ibadah ternyata juga menimbulkan polemik karena
ada orang yang merasa terganggu dan “melabrak” orang-orang yang bertadarus. Tentu
semua itu tidak selaras dengan spirit Ramadhan untuk menahan diri.
Idul fithri di bulan Syawal ini menjadi moment berharga
bagi kita, untuk kembali merenungi, mentafakkuri, sudahkah ia mampu menjadi
perekat kembali hubungan silaturahim yang sempat retak sebelum maupun saat
Ramadhan. Adakah moment Idul Fithri semakin merekatkan silaturahim kita dengan
orangtua, keluarga, sanak famili, teman, tetangga dan masyarakat kita. Ataukah
masih menyisakan benih-benih permusuhan dan pertikaian. Mereka yang mampu
merekatkan silaturahim, menghilangkan bibit permusuhan, menyadari sunnatullah
keberagaman adalah orang yang berakal sehat. Sebaliknya mereka yang tetap
merawat bibit permusuhan dan memutuskan tali silaturahim adalah orang-orang
yang disamakan Al-Qur’an dengan orang buta. Allah Swt. berfirman:
أَفَمَنْ
يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (19) الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ
اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (20) وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
(21)
Apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang
diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dari Tuhanmu adalah kebenaran sama dengan
orang yang buta? Hanya orang yang berakal sehat sajalah yang dapat mengambil
pelajaran. (Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah
dan tidak membatalkan perjanjian. Orang-orang
yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan (seperti
silaturahmi), takut kepada Tuhannya, dan takut (pula) pada hisab yang buruk. (Qs.
Al-Ra’du (13); 19-21).
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah...
Silaturahim memiliki banyak manfaat. Diantara
manfaat silaturahim adalah melapangkan rizki dan memanjangkan umur. Rasulullah
Saw. bersabda:
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ»
Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya
dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim. (HARI.
Bukhari)
Seorang yang menjaga silaturahim akan diluaskan
rizkinya. Imam Al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa yang
dimaksudkan oleh hadis ini adalah bahwa mereka yang senantiasa menjaga tali
silaturahim akan diluaskan dan dijadikan banyak hartanya. Sehingga hidup dalam
kecukupan. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa yang dimaksud adalah keberkahan
harta (meskipun secara lahiriah, harta tidak bertambah banyak).
Berkenaan dengan penangguhan ajal, Syaikh Ibnu
Hajar Al-‘Asqalani dalam Fathul Bari dan Syaikh Nawawi dalam Syarh Shahih
Muslim menjelaskan bahwa pernyataan ini mempunyai beberapa pengertian. Pertama,
penambahan umur (penangguhan ajal) yang dimaksud dalam hadits tersebut
merupakan bentuk kinayah (kiasan) mengenai berkahnya usia. Silaturahim menjadi
sebab seseorang mendapatkan taufiq (kemampuan berbuat taat) dan menjadi sebab
terjaga dari maksiat. Kedua, penambahan usia yang dimaksud hadits tersebut
adalah makna hakiki, bukan kiasan.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah...
Sudah sepatutnya moment idul fithri menjadi
kesempatan untuk merajut kembali tali silaturahim. Setelah sebulan penuh
berpuasa di bulan Ramadhan tidak selayaknya, benih perselisihan dan permusuhan
tetap bercokol di dalam hati. Orang-orang yang tetap merawat benih permusuhan,
tidak menyambung silaturahim mereka adalah orang-orang yang merugi. Allah Swt.
berfirman:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الَّذِيْنَ
يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ
مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ
يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ
هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian
Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan
Allah untuk disambungkan (silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka
itulah orang-orang yang rugi. (Al-Baqarah
[2]:27)
Lebih dari pada itu orang-orang yang memutus
silaturahim bagi mereka laknat Allah dan tempat kediaman yang buruk. Allah Swt.
berfirman:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ
يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْ ۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ
مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ
يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۙ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ
سُوْۤءُ الدَّارِ
Orang-orang yang melanggar perjanjian (dengan)
Allah setelah diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk
disambungkan (seperti silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi; mereka
itulah orang-orang yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (Jahanam). (Ar-Ra‘d [13]:25)
Semoga kita dijadikan orang yang benar-benar
fithri kembali kepada kesucian dan bisa menjaga tali silaturahim diantara kita.
Dan semoga saat kita kembali kepada-Nya, kita kembali dengan husnul khatimah.
Aamiin.
أَفَمَنْ
يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ (19) الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ
اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (20) وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
(21)
بارك
الله لي ولكم فى القرأن الكريم وجَعَلَنَا اللهُ وَ إِيَّاكُمْ مِنَ
الْعَآئِدِيْنَ الْفَآئِزِيْنَ الْآمِنِيْنَ , وَ أَدْخَلَنَا وَ إيَّاكُمْ فِى
زُمْرَةِ الْمُتَّـقِيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُوْقِنِيْنَ . وَ قُلْ رَبِّ
اغْفِرْ وَ
ارْحَمْ وَ أَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ .
الخطبة الثاني
اْلحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , تَعْظِيْمًا
لِشَأْنِهِ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى
اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ
اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ ,وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَزَجَرَ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ
بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ , وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَانَ وَعَلِىّ وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللَّهُمَّ اَعِزَّ
اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ, وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ,
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ, وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ, وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ, وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ ,وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ
! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar