Jumat, 20 Januari 2017

Bershalawat di Hari Jum’at




Hari Jum’at memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat muslim. Hari jum’at dianggap sebagai hari paling mulia bila dibandinkan dengan hari yang lain selain jum’at. Pada hari ini umat Islam yang bermukim dalam satu wilayah, kaum laki – laki khususnya, diwajibkan untuk menunaikan shalat jum’at secara berjamaah di masjid. Adapun kaum hawa, tidak ada kewajiban bagi mereka, namun apabila mau ikut berjamaah juga diperbolehkan.

Menurut riwayat Anas bin Malik, Rasulullah SAW pernah ditanya perihal hari Jum’at. Beliau menjawab: “Hari Jum’at adaalh hari silaturrahmi dan pernikahan”. Oleh karena itu shalat jum’at juga dijalankan dalam kerangka membangun jalinan silaturrahmi dan memperkuat ukhuwah islamiyah.

Para ulama telah menjelaskan bahwa pada hari jum’at telah terjadi tujuh pernikahan antara para anbiya’ dan auliya’, yaitu:

1.      Pernikahan antara Nabi Adam a.s. dan Ibu Hawa
2.      Pernikahan antara Nabi Yusuf a.s. dan Zulaikha
3.      Pernikahan antara Nabi Musa a.s. dan Shofwara
4.      Pernikahan antara Nabi Sulaiman a.s. dan Ratu Bilqis
5.      Pernikahan antara Nabi Muhammad SAW. dengan Siti Khadijah
6.      Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Siti Aisyah
7.      Pernikahan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Siti Fatimah

Peristiwa pernikahan ini juga merupakan salah satu diantara tanda bahwa hari Jum’at memiliki nilai lebih bila dibanding hari yang lain. Maka disunnahkan bagi umat Islam agar pada tiap – tiap hari jum’at memperbanyak silaturahmi antar sesama.

Hari Jum’at juga memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh hari yang lain:
1.      Hari Jum’at adalah hari terbaik
Hal ini di dasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda: “Hari terbaik dimana pada hari itu matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan surge serta dikeluarkan darinya. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali di hari Jum’at.”
2.      Terdapat waktu mustajab untuk berdoa
Abu Huraoirah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: 
“Sesungguhnya pada hari Jum’at terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya, Rasulullah mengisyaratkan dengan tangannya menggambarkan sedikitnya waktu itu” (H.R. Muttafaqun Alaih)

Ibnu Qayyim al-Jauziyah- setelah menjabarkan tentang perbedaan pendapat tentang waktu itu mengatakan:
 “Diantara sekian banyak pendapat ada dua yang paling kuat, sebagaimana ditunjukkan dalam banyak hadits yang sahih, pertama saat duduknya khatib sampai selesainya shalat. Kedua, sesudah Ashar, dan ini adalah pendapat yang terkuat dari dua pendapat tadi” (Zadul Ma’ad Jilid I/389-390)

3.      Sedekah pada hari itu lebih utama dibanding sedekah pada hari – hari lainnya
Pada hari Jum’at sedekah memiliki nilai yang lebih utama bila dibandingkan sedekah di hari lain. Ibnu Qayyim berkata:
 “Sedekah pada hari itu dibandingkan dengan sedekah pada enam hari lainnya laksana sedekah pada bulan Ramadlan dibanding bulan – bulan lainnya.” Hadits Ka’ab menjelaskan: “Dan sedekah pada hari itu lebih mulia dibanding hari – hari selainnya”. (Mauquf Shahih)

4.      Hari tatakala Allah SWT menampakkan diri kepada hamba-Nya yang beriman di Surga
Sahabat Anas bin Malik dalam mengomentari ayat: “Dan Kami memiliki pertambahannya” (Q.S. 50:35) mengatakan: “Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jum’at”.

5.      Hari besar yang berulang setiap pecan
Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW bersabda: 
“Hari ini adalah besar yang Allah tetapkan bagi umat Islam, maka siapa yang hendak menghadiri shalat Jum’at hendaklah mandi terlebih dahulu.” (H.R. Ibnu Majah)

6.      Hari dihapuskannya dosa – dosa
Salman al-Farisi berkata: Rasulullah SAW bersabda:
 “Siapa yang mandi pada hari Jum’at, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa – dosanya di antara dua Jum’at.” (H.R. Bukhari)

7.      Jalannya orang yang shalat jum’at adalah pahala
Aus bin Aus berkata: Rasulullah SAW bersabda:  
“Siapa yang mandi pada hari Jum’at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah.” (H.R. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah)

8.      Orang yang wafat pada malam atau hari Jum’at diselamatkan dari fitnah kubur
Diriwayatkan oleh Ibnu Amru, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 
“Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum’at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur.” (H.R. Ahmad dan Tirmidzi, dinilai Shahih oleh al-Bani)

9.      Hari paling utama di dunia
Pada hari Jum’at, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di dunia, antara lain:
a)      Allah menciptakan Nabi Adam a.s. dan mewafatkannya
b)      Nabi Adam a.s. dimasukkan ke dalam surga
c)      Nabi Adam diturunkan ke bumi
d)     Hari terjadinya kiamat

Demikianlah keistimewaan yang terdapat pada hari Jum’at. Selain itu ada amalan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. agar diperbanyak pada malam – malam dan hari Jum’at, yaitu memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sangat dianjurkan, terlebih pada hari Jum’at. Banyak riwayat yang menjelaskan tentang hal ini. Salah satu diantara hadits yang memerintahkan untuk banyak membaca shalawat di hari Jum’at adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi:

أكثروا من الصلاة علي فى كل يوم جمعة، فإن صلاة أمتي تعرض علي فى كل يوم جمعة. (رواه البيهقي عن أبي أمامة)
Artinya: “Perbanyaklah membaca shalawat kepada-ku pada tiap hari Jum’at, maka sesungguhnya bacaan shalawat umatku pada tiap hari Jum’at itu ditunjukkan kepada-ku” (H.R. Baihaqi dengan sanad hasan dari Abi Umamah)

            Memperbanyak shalawat pada hari Jum’at berdasarkan hadits di atas sangat dianjurkan. Bacaan shalawat umat manusia akan ditunjukkan kepada Rasulullah SAW pada tiap hari Jum’at.  Oleh karena itu seyogyanya umat Islam untuk selalu memperbanyak bacaan shalawat di hari itu.

Selain memperbanyak shalawat di hari Jum’at hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga adab dan etika saat membaca. Jangan sampai pada saat kita membaca shalawat sementara bacaan shalawat itu ditunjukkan kepada Rasulullah SAW, tetapi ternyata shalawat yang kit abaca tidak beretika dan tidak disertai adabyang baik. Bila itu yang terjadi tentu hal ini akan mengurangi nilai dari shalawat yang kita baca.

Dalam membaca shalawat hendaknya kita berusaha untuk menghadirkan pribadi Rasulullah SAW (hudlurul qalbi). Hal ini penting agar ruhaniyah kita dapat bersambung dengan Rasulullah. Dengan tersambungnya ruhaniah kita kepada Rasulullah maka akan semakin kuat rasa mahabbah kita kepada beliau. Jika rasa mahabbah itu sudah kuat dan semakin meningkat, Allah akan menganugerahkan kita untuk bisa berjumpa dengan Rasulullah meski hanya dalam mimpi.

Semoga bermanfaat …

Allahu A’lam bish Shawab…

Kamis, 19 Januari 2017

Sunan Kalijaga



Sunan Kalijaga
(Waliyullah Yang Merakyat)

Nama Sunan Kalijaga sudah tidak asing lagi bagi masyarakat muslim Jawa. Wali yang satu itu amat popular baik bagi masyarakat kelas bawah maupun kelas atas. Dialah wali yang berjiwa supel, memiliki rasa toleransi kepada sesama dan menjunjung tinggi nilai pluralisme dalam berbangsa dan berbudaya.

Terlahir sebagai anak bangsawan yang memiliki darah biru, Putra Adipati Tuban yang merupakan keturunan dari Ranggalawe, Tumenggung Wilatikta, ia memiliki nama asli Raden Said. Meski menjadi adipati majapahit yang beragama Hindu – Budha, Tumenggung Wilatikta telah memeluk agama Islam. Inilah yang menyebabkan Raden Said semenjak kecil telah mengenyam pendidikan Islam dari guru – guru muslim.

Said kecil tumbuh dan berkembang di wilayah kekuasaan Majapahit yang kala itu dalam keadaan carut – marut. Terjadi penindasan di sana – sini. Kerajaan dalam keadaan yang tidak stabil, muncul berbagai pemberontakan di mana – mana yang berakibat pada kondisi perekonomian yang sulit kala itu. Sebagai akibat dari kondisi semacam ini, maka wilayah – wilayah yang berada di bawah pemerintahan Majapahit harus membayar upeti yang mahal, bahkan tidak sewajarnya, tak terkecuali wilayah Tuban yang dipimpin ayahnya, Tumenggung Wilatikta.

Semenjak kecil, Raden Said senang membaca dan mempelajari al-Qur’an. Dia dikenal sebagai seorang yang berhati lembut dan penuh dengan sifat welas asih. Ayahnya, Tumenggung Wilatikta, yang menjadi adipati Tuban kala itu menerapkan kebijakan yang mencekik rakyat. Kondisi ini terjadi karena kebijakan Majapahit yang mengharuskan Tuban untuk membayar pajak kepada kerajaan dalam jumlah yang besar. Mau tidak mau kebijakan ini ditempuh sebagai upaya untuk menjaga kredibilitasnya sebagai adipati Tuban. Otomatis rakyatlah yang menjadi korban.

Raden Said yang kala itu mulai beranjak remaja merasa iba dan kasihan kepada rakyat. Ia berusaha untuk meminta kebijakan kepada ayahnya, tetapi apalah daya, ayahnya juga terpaksa dalam melakukan hal ini. Akibatnya seringkali Said keluar di waktu malam dan mencuri makanan dari gudang kadipaten untuk dibagikan kepada masyarakat fakir dan miskin yang membutuhkan. Lama – kelamaan penjaga yang mendapati gudang semakin hari upeti yang hendak diberikan kepada kerajaan menipis merasa curiga hingga akhirnya memata – matai untuk mencari tahu siapa pencuri bahan makanan itu. Akhirnya kedok Said terbongkar dan dia mendapat hukuman dengan dicambuk tangannnya.

Hukuman yang telah diberikan kepadanya, ternyata tidak membuat nyalinya ciut. Karena welas asihnya kepada rakyat, Said seringkali keluar diwaktu malam untuk mencuri harta orang – orang kaya yang pelit. Para perampok yang tahu ulah Said merasa geram dan akhirnya menjebaknya. Di suatu malam saat Said selesai shalat Isya’ ia mendengar seorang gadis yang berteriak minta tolong. Said segera mengenakan topengnya untuk menolong gadis yang ternyata diperkosa oleh seorang perampok yang mengenakan baju dan topeng sama seperti dia. Mengetahu Said datang, perampok itu kabur, Said berusaha mengejar, namun naas, tangan gadis itu menariknya sehingga ia tidak bisa berbuat apa – apa ketika warga datang menggerebeknya. Peristiwa ini spontan membuat geger Tuban. Lurah desa yang berusaha melindungi Said dari amukan warga lantas mengadukan hal itu kepada adipati Tuban Wilataikta. Betapa marahnya adipati Tuban yang mengetahui kelakuan Said, putra yang menjadi kebanggaannya.

Said pun akhirnya terusir dari Tuban. Tumenggung Wilatikta mengusirnya dan tidak mengizinkannya pulang ke Tuban sebelum ia bisa menggetarkan dinding – dinding Istana Tuban dengan lantunan ayat al-Qur’an. Adipati Wilatikta benar – benar marah dengan kejadian yang dialami Said yang sebenarnya hanyalah fitnah yang dituduhkan kepadanya.

Pengusiran ini telah menjadikan Said mengalami keguncangan batin yang luar biasa. Ia berkelana tanpa arah dan tujuan hingga akhirnya ia memutuskan untuk tinggal di hutan Jatiwangi. Ia memutuskan untuk menjadi seorang perampok. Ia merampok orang – orang kaya yang lewat dan membagi – bagikan hasil jarahannya kepada masyarakat miskin yang membutuhkan. Di sinilah ia menanggalkan namanya Said dan bergelar sebagai brandal Lokajaya. Kebiasaan ini terus di lakukannya hingga akhirnya dia melihat ada seorang tua yang berjalan dengan menggunakan tongkat. Dari kejauhan Said mengawasinya. Ia mengira kalau tongkat itu bergagangkan emas. Akhirnya Said merampas tongkat itu yang menyebabkan orang tua itu terjatuh dan menitikkan air mata karena rumput yang tercerabut dari akarnya tanpa ada tujuan yang dibenarkan. 

Said kaget karena ternyata tongkat itu bukan terbuat dari emas. Ia mengembalikan kepada orang tua itu yang ternyata adalah Sunan Bonang. Pertemuan ini menjadi titik balik bagi Said yang mendapatkan pencerahan dari Sunan Bonang yang baginya masih sosok asing yang belum dia kenal. Sunan Bonang menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Said tujuannya adalah baik tetapi caranya salah. Tujuan baik tetapi cara yang salah itu tidak ada artinya di hadapan Allah. Sama saja seperti orang yang ingin mencuci baju yang kotor dengan air kencing, bukannya bersih tetapi justru semakin kotor. Pada akhirnya Sunan Bonang memberikan pencerahan dengan menunjukkan kepada Said pohon aren yang dilihatnya berupa pohon emas. Said memenjat namun sebelum dia sampai ke atas buah aren itu berjatuhan dan menimpa kepalanya hingga jatuh dan pingsan.

Setelah terbangun dari pingsannya, Said berusaha mengejar Sunan Bonang sehingga ia sampai dipinggir sungai. Di situlah Said mengutarakan maksud hatinya mengejar Sunan Bonang untuk berguru kepadanya. Sunan Bonang memberikan syarat kepada Said untuk menunggu tongkat yang ditancapkannya di pinggir sungai. Sarat itu dipenuhinya hingga waktu yang tidak ditentukan.

Menurut cerita Said berdoa kepada Allah agar ia ditidurkan sebagaimana Allah menidurkan Ashabul Kahfi. Alhasil ia menunggu tongkat itu kurang lebih selama 3 tahun. Sunan Bonang yang ternyata lupa dengan Said baru tersadar setelah 3 tahun lamanya. Ia bergegas mencari Said yang saat itu telah tertimbun oleh tumbuhan dan akar – akar yang tumbuh disekitarnya. Setelah menemukan Said, ternyata ia tidak bisa dibangunkan sehingga Sunan Bonang membangunkannya dengan lantunan adzannya.

Selepas Sunan Bonang mengumandangkan adzan, Said pun terbangun dan sungkem kepada orang yang dikaguminya. Melihat kesungguhan Said, Sunan Bonang akhirnya mengajaknya ke pesantrennya di daerah Tuban. Meski sudah kembali ke Tuban, tetapi Said belum berani kembali menemui orang tuanya. Di sini Said belajar agama dengan rajin dan bersungguh – sungguh.

Sementara itu di Tuban pasca terusirnya Said ternyata masih sering terjadi perampokan. Satu ketika perampok itu tertangkap dan ternyata perampok itu adalah orang yang mengenakan pakaian dan topeng yang sama dengan Said. Perampok itu juga mengakui bahwa dialah yang merampok dan memperkosa gadis yang kemudian dituduhkan bahwa Saidlah yang melakukannya. Tumenggung Wilatikta merasa sangat menyesal dengan apa yang dilakukannya, yaitu mengusir anaknya yang sangat dicintainya, terlebih setelah tahu bahwa hal itu hanyalah fitnah yang dituduhkan kepadanya. Istrinya menangis tersedu – sedu setelah mengetahui bahwa Said tidak bersalah.

Ibarat nasi telah menjadi bubur,begitulah mungkin peristiwa yang dialami oleh Said. Fitnah itu ternyata justru berbuntut pada perjalanan kehidupannya yang gemilang. Pengusiran itu mengantarkan dia kepada Sunan Bonang yang kemudian mengajarkan kepadanya ilmu tentang agama dan kehidupan hingga pada akhirnya kesungguhannya dalam belajar mengantarkannya kepada ilmu tingkat tinggi yang disebut dengan ma’rifatullah. Ketelatenannya dalam belajar dan sikapnya yang lurus sebagai seorang muslim mengantarkannya menjadi seorang wali diantara wali songo. Karena peristiwa yang di alaminya menunggu tongkat Sunan Bonang di tepi sungai inilah kemudian ia lebih dikenal dengan nama Kalijaga daripada nama Said. 

Sunan Kalijaga senang dengan membaca al-Qur’an. Apabila ia rindu dengan keluarganya, maka dia membaca al-Qur’an dan mengirimkannya kepada keluarganya di Tuban. Konon al-Qur’an yang dibacanya benar – benar mampu menggetarkan dinding Istana di Tuban. Kedua orang tuanya merasa sangat bersalah dengan apa yang mereka lakukan kepada Said. Tetapi itulah jalan yang harus ditempuhnya hingga dia samapi derajat kewalian yang agung.

Nama Sunan Kalijaga semakin popular di kalangan masyarakat Jawa karena metode dakwahnya yang berbeda dengan para wali yang lain. Apabila para wali yang lain berdakwah dengan mengajar para santri dan mendirikan pesantren, maka lain halnya dengan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga lebih suka berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain untuk mensyiarkan ajaran Islam. Selain itu Sunan Kalijaga juga sangat menghargai dan toleran terhadap adat Jawa. Bila para wali yang lain mengenakan pakaian Jubah sebagaimana para ulama Timur Tengah, Sunan Kalijaga lebih suka berpakaian seperti orang Jawa pada umumnya yang di desainnya sendiri dan menutup aurat. Beliau juga dikenal sebagai ahli tata kota dan kesenian.

Berikut di antara karya dan jasa Sunan Kalijaga:
-          Sebagai Muballigh
Dalam berdakwah Sunan Kalijaga lebih suka untuk berkeliling dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Karena kebiasaannya berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain dalam berdakwah, beliau dikenal dengan nama Syaikh Malaya. Cara berdakwah Sunan Kalijaga sangat luwes. Dalam berdakwah dia tidak serta merta melarang dan menentang adat kebiasaan masyarakat Jawa. Beliau mendekati masyarakat jawa dengan cara yang sangat halus. Menurut beliau masyarakat harus direbut simpatinya dulu, baru kemudian menanamkan ajaran Islam ke dalam dirinya. Metode dakwah yang dipakai oleh Sunan Kalijaga terbukti efektif. Banyak orang yang kemudian memeluk Islam baik dari kalangan rakyat jelata maupun kalangan birokrat. Semua karena pendekatan yang dilakukan oleh Sunan klaijaga yang sangat halus.
-          Sebagai ahli budaya
Tidak berlebihan kiranya memberikan gelar kepada Sunan Kalijaga sebagai ahli budaya. Kenyataannya Sunan Kalijaga memang seorang budayawan yang piawai dalam berbagai hal semisal menciptakan pakaiain, seni suara, seni ukir, seni gamelan, wayang kulit, bedug masjid, grebeg maulud, seni tata kota dan lain – lain.
·         Seni pakaiain:
Dalam hal seni berpakaian beliaulah orang pertama yang menciptakan baju taqwa. Baju taqwa ini pada akhirnya disempurnakan oleh Sultan Agung dengan dester nyamping dan keris dan rangkaian yang lain. Sampai saat ini masyarakat Jawa masih banyak yang mengenakan pakain seperti ini khususnya dalam upacara adat.
·         Seni suara
Dalam hal seni suara, Sunan Kalijaga adalh orang yang mula – mula menciptakan tembang Dandang Gula.
·         Seni ukir:
Beliau adalah pencipta seni ukir bermotif dedaunan, bentuk gayor atau alat menggantungkan gamelan dan bentuk ornamentik lainnya yang sekarang dianggap sebagai seni ukir Nasional. Sebelumnya seni ukir kebanyakan bermotifkan manusia dan binatang. Sunan Kalijaga memberikan nuansa baru dalam seni ukir.
·         Bedug atau Jidor di Masjid:
Beliaulah orang yang pertama kali mempunyai ide untuk membuat bedug sebagai alat untuk memanggil orang untuk pergi menunaikan shalat berjamaah. Sampai saat ini bedug masih tetap dipakai oleh masyarakat muslim di masjid – masjid khususnya pada masyarakat pedesaan.
·         Gerebg Maulud:
Grebeg Maulud adalah acara yang diprakarsai oleh Sunan Kalijaga. Acara ini sebenarnya berasal dari pengajian akbar yang digelar oleh para wali di Masjid Demak dalam rangka memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW.
·         Gong Sekaten:
Nama aslinya adalah Gong Syahadatain yaitu dua kalimah syahadat. Bila gong ini dipukul maka akan berbunyi Di sana, di situ, mumpung masih hidup, berkumpullah untuk masuk agama Islam.
·         Pencipta Wayang Kulit:
Sebelumnya perhelatan wayang dahulu berupa gambar manusia yang di gambar pada kertas. Wayang dengan model semacam ini mendapat penentangan keras dari Sunan Giri yang mengharamkannya. Sunan Kalijaga akhirnya berinisiatif untuk menciptakan wayang baru yang digambar atau di ukir di kulit yang kemudian di kenal dengan wayang kulit.
·         Sebagai Dalang:
Selain sebagai pencipta wayang kulit, Sunan Kalijaga juga di kenal sebagai seorang dalang. Kata dalang sebenarnya berasal dari kata dalla yang artinya menunjukkan jalan yang benar. Lakon dalam wayang seringkali adalah ciptaannya sendiri, seperti: Jimat Kalimasada, Dewa Ruci, Petruk dadi Ratu, Wahyu Widayat dan lain – lain.
·         Ahli Tata Kota:
Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai arsitektur tata kota yang ulung. Hampir semua kota di Jawa dan Madura mengikuti seni arsitektur yang di rancang oleh Sunan Kalijaga. Seni tata kota yang menjadi karya Sunan Kalijaga biasanya terdiri dari:
1.      Istana atau Kabupaten
2.      Alun – alun
3.      Satu atau dua pohon beringin
4.      Masjid

Sunan  Kalijaga adalah seorang wali yang merakyat. Kehidupannya akrab dengan kehidupan rakyat biasa. Sikap dan pola hidupnya yang sederhana menjadikan dia sebagai seorang wali yang dicintai oleh masyarakatnya. Beliau memiliki sifat welas asih kepada sesame, menjunjung tinggi sikap toleransi dalam kehidupan. Berdakwah dengan pendekatan yang sangat halus sehingga mudah mendapat simpati.

Begitulah seharusnya seorang mubaligh dalam berdakwah. Sikap lemah lembut dan toleran harus menjadi sikap utama yang ditonjolkan. Keyakinan tidak bisa dipaksakan, oleh karenanya bersikap toleran sangat dianjurkan, tentunya sesuai dengan batasan – batasan yang telah ditentukan oleh Syari’at agama yang telah ditetapkan.

Semoga bermanfaat…

Allahu A’lam…

Selasa, 17 Januari 2017

Manisnya Iman




حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخاري)

(BUKHARI - 15) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"  (H.R. Bukhari)

Hadits di atas menjelaskan bahwa apabila dalam diri seseorang terdapat tiga ciri sebagaimana yang terdapat dalam hadits riwayat Bukhari, maka itu adalah tanda bahwa ia telah merasakan manisnya iman. Tiga ciri tersebut adalah Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya, mencintai seseorang semata – mata karena Allah, membenci kepada kekufuran sebagaimana dia benci apabila dilempar ke neraka.

Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya. Ciri pertama ini adalah kata kuncinya. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi yang lain. Dalam kehidupan sehari – hari kita seringkali dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menuntut kita untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita. Tidak jarang apa yang kita inginkan itu ternyata bersinggungan dengan sesuatu yang dimakruhkan atau bahkan dibenci oleh Allah SWT. Seringkali juga akhirnya kondisi semacam ini menuntut kita untuk memeilih sesuatu yang kita inginkan daripada kita menurut perintah Allah. Nah, disinilah akan tampak kualitas kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Apakah cinta kita kepada Allah akan mengalahkan cinta kita kepada selain-Nya atau justru sebaliknya, cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya kalah dengan cinta kita kepada selain Allah dan Rasul-Nya.

Cinta tentu membutuhkan pengorbanan. Orang yang mengatakan jatuh cinta tetapi ia tidak pernah mau berkorban untuk yang dicintainya, itu berarti cintanya perlu dipertanyakan. Demikian halnya dengan orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menuntut untuk berani berkorban demi Allah dan Rasul-Nya dalam bentuk apapun, bahkan dengan taruhan nyawa sekalipun.

Pada kenyataannya banyak umat Islam yang mengaku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya akan tetapi dalam kehidupan kesehariannya mereka masih jauh dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini menunjukkan kualitas dan derajat kecintaan mereka yang masih jauh dari harapan Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya akan tercermin dalam perilaku keseharian yang berupa aplikasi ketaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya.

Mencintai seseorang hanya karena Allah. Cinta yang di dasarkan semata – mata karena Allah akan menjadikan kita sebagai pribadi yang tidak akan mudah berbangga disaat jaya dan berputus asa di saat tertimpa bencana. Kita akan senantiasa sadar bahwa segala hal yang ada di dunia sebenarnya hanyalah sebatas titipan yang diberikan Allah kepada kita agar digunakan sesuai dengan keinginan-Nya.

Kecintaan kita kepada selain Allah harus di dasari karena melaksanakan perintah Allah bukan yang lain. Kecintaan karena Allah akan menjadikan cinta itu sebgai sesuatu yang suci dan indah. Cinta karena Allah adalah wujud dari kesempurnaan iman. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه قال : من أعطى لله ومنع لله وأحب لله وأبغض لله فقد استكمل ايمانه

Artinya: Dari Rasulullah SAW sesungguhnya ia bersabda: “Barangsiapa memberi karena Allah, tidak memberi karena Allah,  cinta karena Allah, benci karena Allah, maka sungguh imannya telah sempurna.”

Hadits di atas menjadi penguat akan kesempurnaan iman seseorang manakala ia telah mampu memberi karena Allah, tidak memberi juga karena Allah, mencintai karena Allah, benci karena Allah. Dalam kehidupan ini segala sesuatu yang kita lakukan apabila diniati semata – mata karena Allah akan terasa indah dan nikmat. Berbeda bila apa yang kita lakukan hanya sebatas dorongan dari nafsu dan keinginan kita semata. Setiap hal yang kita kerjakan semata karena dorongan nafsu akan berakhir dengan ketidakpuasan belaka. Nafsu apabila kita turuti maka akan terus bertambah dan bertambah. Akibatnya rasa syukur akan hilang dari dalam diri kita. Oleh karenanya menata niatan dalam hati hanya semata karena Allah menjadi penting agar nilai dari apa yang kita perbuat semakin bermakna dalam kehidupan ini. 

Benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api neraka. Setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan semasa hidupnya. Tidak ada manusia yang sempurna tanpa melakukan kesalahan meski hanya sekali. Keterjerumusan seseorang kepada kesalahan adalah tanda ketiadaan imannya saat melakukan kesalahan itu. Seseorang tidak akan terjerumus dalam kesalahan apabila dalam hatinya masih terdapat keimanan.

Kebencian untuk kembali kepada kekufuran akan mendorong seseorang untuk berbuat baik yang bisa menjauhkannya dari kekufuran. Ia akan berusaha untuk memperbaiki diri dalam setiap perbuatannya. 

Demikian kunci agar kita bisa merasakan manisnya iman. Ketiga ciri ini apabila terdapat dalam diri kita maka hidup akan terasa indah, hidup akan lebih bermakna dan setiap yang kita perbuat akan menjadi hal yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Semoga kita bisa merasakan manisnya iman. 

Semoga bermanfaat…

Wallahu a’lam bish shawab…



Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...