حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ
وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ
مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ
يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخاري)
(BUKHARI
- 15) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Ats Tsaqafi berkata, telah menceritakan
kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada
diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan
Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang,
dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada
kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka" (H.R. Bukhari)
Hadits
di atas menjelaskan bahwa apabila dalam diri seseorang terdapat tiga ciri
sebagaimana yang terdapat dalam hadits riwayat Bukhari, maka itu adalah tanda
bahwa ia telah merasakan manisnya iman. Tiga ciri tersebut adalah Allah dan
Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya, mencintai seseorang semata –
mata karena Allah, membenci kepada kekufuran sebagaimana dia benci apabila
dilempar ke neraka.
Allah
dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya. Ciri pertama ini adalah kata
kuncinya. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi yang lain. Dalam kehidupan
sehari – hari kita seringkali dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menuntut
kita untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita. Tidak jarang apa
yang kita inginkan itu ternyata bersinggungan dengan sesuatu yang dimakruhkan
atau bahkan dibenci oleh Allah SWT. Seringkali juga akhirnya kondisi semacam
ini menuntut kita untuk memeilih sesuatu yang kita inginkan daripada kita
menurut perintah Allah. Nah, disinilah akan tampak kualitas kecintaan kita
kepada Allah dan Rasul-Nya. Apakah cinta kita kepada Allah akan mengalahkan
cinta kita kepada selain-Nya atau justru sebaliknya, cinta kita kepada Allah
dan Rasul-Nya kalah dengan cinta kita kepada selain Allah dan Rasul-Nya.
Cinta
tentu membutuhkan pengorbanan. Orang yang mengatakan jatuh cinta tetapi ia
tidak pernah mau berkorban untuk yang dicintainya, itu berarti cintanya perlu dipertanyakan.
Demikian halnya dengan orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya menuntut untuk berani berkorban demi Allah dan Rasul-Nya
dalam bentuk apapun, bahkan dengan taruhan nyawa sekalipun.
Pada
kenyataannya banyak umat Islam yang mengaku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
akan tetapi dalam kehidupan kesehariannya mereka masih jauh dari cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya. Ini menunjukkan kualitas dan derajat kecintaan mereka yang
masih jauh dari harapan Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
akan tercermin dalam perilaku keseharian yang berupa aplikasi ketaan mereka
kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mencintai
seseorang hanya karena Allah. Cinta yang di dasarkan semata – mata karena Allah
akan menjadikan kita sebagai pribadi yang tidak akan mudah berbangga disaat
jaya dan berputus asa di saat tertimpa bencana. Kita akan senantiasa sadar
bahwa segala hal yang ada di dunia sebenarnya hanyalah sebatas titipan yang
diberikan Allah kepada kita agar digunakan sesuai dengan keinginan-Nya.
Kecintaan
kita kepada selain Allah harus di dasari karena melaksanakan perintah Allah
bukan yang lain. Kecintaan karena Allah akan menjadikan cinta itu sebgai
sesuatu yang suci dan indah. Cinta karena Allah adalah wujud dari kesempurnaan iman.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
عن رسول الله صلى الله عليه و سلم أنه قال : من أعطى لله ومنع
لله وأحب لله وأبغض لله فقد استكمل ايمانه
Artinya:
Dari Rasulullah SAW sesungguhnya ia bersabda: “Barangsiapa memberi karena
Allah, tidak memberi karena Allah, cinta
karena Allah, benci karena Allah, maka sungguh imannya telah sempurna.”
Hadits
di atas menjadi penguat akan kesempurnaan iman seseorang manakala ia telah
mampu memberi karena Allah, tidak memberi juga karena Allah, mencintai karena
Allah, benci karena Allah. Dalam kehidupan ini segala sesuatu yang kita lakukan
apabila diniati semata – mata karena Allah akan terasa indah dan nikmat.
Berbeda bila apa yang kita lakukan hanya sebatas dorongan dari nafsu dan
keinginan kita semata. Setiap hal yang kita kerjakan semata karena dorongan
nafsu akan berakhir dengan ketidakpuasan belaka. Nafsu apabila kita turuti maka
akan terus bertambah dan bertambah. Akibatnya rasa syukur akan hilang dari
dalam diri kita. Oleh karenanya menata niatan dalam hati hanya semata karena
Allah menjadi penting agar nilai dari apa yang kita perbuat semakin bermakna
dalam kehidupan ini.
Benci
kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api
neraka. Setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan semasa hidupnya. Tidak
ada manusia yang sempurna tanpa melakukan kesalahan meski hanya sekali.
Keterjerumusan seseorang kepada kesalahan adalah tanda ketiadaan imannya saat
melakukan kesalahan itu. Seseorang tidak akan terjerumus dalam kesalahan
apabila dalam hatinya masih terdapat keimanan.
Kebencian
untuk kembali kepada kekufuran akan mendorong seseorang untuk berbuat baik yang
bisa menjauhkannya dari kekufuran. Ia akan berusaha untuk memperbaiki diri
dalam setiap perbuatannya.
Demikian
kunci agar kita bisa merasakan manisnya iman. Ketiga ciri ini apabila terdapat
dalam diri kita maka hidup akan terasa indah, hidup akan lebih bermakna dan
setiap yang kita perbuat akan menjadi hal yang bermanfaat bagi diri dan orang
lain. Semoga kita bisa merasakan manisnya iman.
Semoga
bermanfaat…
Wallahu
a’lam bish shawab…
Komentar
Posting Komentar