Keutamaan al-Qur’an


Sebagai salah satu kitab samawi yang keotentikannya masih tetap terjaga sampai saat ini tentu memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh kitab yang lain. Umat Islam meyakini keutamaan al-Qur’an ini bahkan menjadikan keyakinan terhadap al-Qur’an sebagai salah satu tanda iman.
 
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban dan al-Baihaqi dari Jabir r.a., Rasulullah SAW bersabda:

القرأن شافع مشفع، وما حل مصدق، من جعله أمامه قاده إلى الجنة، ومن جعله خلفه ساقه إلى النار (رواه ابن حبان والبيهقي)

Artinya:
“Al-Qur’an adalah pemberi syafa’at yang dimintai syafa’at, lawan  diskusi yang dibenarkan. Barangsiapa yang menjadikannya di depannya,ia pasti menuntunnya ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakangnya, ia pasti menghalaunya ke neraka.” (H.R. Ibnu Hibban dan al-Baihaqi)

Hadits di atas menerangkan tentang keutamaan al-Qur’an sebagai kitab suci yang ditrurunkan Allah SWT kepada hamba pilihan-Nya Nabi Muhammad SAW. Di antara intisari hadits di atas adalah menetapkan keutamaan al-Qur’an dan bahwasannya ia akan menjadi pembela bagi pembacanya kelak di hari kiamat. Al-Qur’an akan menjadi pembela bagi pembacanya yang mau menjadikan al-Qur’an sebagai imamnya. Artinya orang yang membaca al-Qur’an tersebut mau untuk mengamalkan isi al-Qur’an dan menjauhi semua larangannya. Apabila pembaca al-Qur’an berperilaku demikian, perilakunya mencerminkan al-Qur’an, maka al-Qur’an akan menjadi pembela bagi orang tersebut saat di yaumil qiyamah.

Sebaliknya, orang yang rajin membaca al-Qur’an akan tetapi ia tidak patuh terhadap al-Qur’an, tidak berusaha untuk berperilaku sebagaimana al-Qur’an, dengan kata lain ia justru menempatkan al-Qur’an dibelakangnya bukan sebagai imamnya, maka al-Qur’an akan menggiring orang yang berperilaku seperti ini ke neraka. Orang – orang semacam ini adalah orang – orang fasik yang seringkali melanggar dan meremehkan petunjuk – petunjuk al-Qur’an. Berkenaan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:

رب تال للقرأن والقرأن يلعنه

Artinya:
“Banyak orang yang membaca al-Qur’an tetapi al-Qur’an melaknatnya.”

Hadits di atas cukup menjadi dasar bagi orang – orang yang membaca al-Qur’an tetapi mereka tidak berusaha untuk mengamalkannya. Tidak menjadikan al-Qur’an sebagai imam yang menuntunnya menuju ke surga. Oleh karena perilaku mereka yang justru bertolak belakang dengan al-Qur’an, al-Qur’an lantas menjadi sebab bagi orang tersebut terjerumus ke dalam api neraka.

Syafa’at al-Qur’an bagi para pembacanya akan diterima oleh Allah SWT besok di hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

اقرؤواالقرأن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه (رواه مسلم)

Artinya:
“Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan dating di Hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada ahlinya.” (H.R. Muslim)

Berdasarkan hadits di atas al-Qur’an akan menjadi penolong dan pemberi syafa’at bagi para pembacanya. Yang dimaksud di sini adalah mereka yang ahli membaca al-Qur’an dan mau menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, berusaha untuk selalu berperilaku sebagaimana yang ditunjukkan oleh al-Qur’an. Orang – orang seperti ini akan di syafa’ati oleh al-Qur’an dan akan di masukkan ke dalam surga Allah.

Sebagai seorang muslim sudah barang tentu kita ingin masuk ke dalam surga. Oleh karena itu sebagai seorang muslim hendaknya selalu membiasakan diri dengan membaca al-Qur’an. Selain berusaha membaca al-Qur’an dengan baik, seorang muslim hendaknya juga berusaha untuk memahami isinya. Setelah kita memahami isinya maka yang harus dilakukan adalah berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.

Orang yang selalu bersama dengan al-Qur’an maka hidupnya akan tenang. Setiap tindakannya selalu di terangi dengan cahaya al-Qur’an yang dengan cahaya itu bias membedakan antara yang baik dan benar. Dengan kemampuan membedakan antara yang baik dan benar, besar kemungkinan seseorang akan selalu berusaha melakukan yang baik dan menghindarkan diri dari perilaku yang tidak benar. Perilaku inilah yang pada akhirnya nanti membawanya masuk ke dalam surga.

Semoga bermanfaat…
Allahu a’lam…



Komentar