Khatmil Qur'an

(Sebuah Upaya untuk Mempersiapkan Generasi Qur’aniy)

Al-Qur’an satu – satunya kitab suci yang masih terpelihara keotentikannya sampai hari ini. Kehebatan al-Qur’an dan kemukjizatannya tentu sudah tidak ada lagi yang memperdebatkan. Berapa banyak orang yang ingin menandingi keindahan sastranya, namun harus bertekuk lutut dan mengakui kehebatannya. Itulah al-Qur’an, semakin ditentang semakin ia menunjukkan kebenarannya. Kebenaran sebagai wahyu Allah yang tak terbantahkan. Mengabarkan berbagai informasi di masa silam dan yang akan datang, menjawab semua problematika kehidupan yang muncul di setiap zaman.

Tidak hanya berhenti di situ saja, ternyata al-Qur’an mempunyai peran besar dalam membentuk generasi umat. Peranan al-Qur’an dalam membentuk umat sudah tidak diragukan lagi semenjak al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Sejarah telah mencatat nama – nama besar sahabat yang muncul dari asupan pembinaan al-Qur’an. Sebut saja Abu Bakar al-Shiddieq, Umar ibnu Khaththab, Utsman ibnu Affan, Ali ibnu Abi Thalib, Zaid ibnu Tsabit, Abdullah ibnu Mas’ud, Abdullah ibnu Abbas dan sederetan nama besar sahabat yang tumbuh dalam naungan al-Qur’an. Para sahabat ini memiliki jiwa – jiwa qur’ani, mereka kuat dalam ibadah, supel dalam pergaulan, kharismatik dalam pandangan umat dan menjadi imam dalam ilmu pengetahuan. Kader – kader militan yang dibangun oleh Rasulullah SAW dengan nilai – nilai Qur’ani yang dipersiapkan untuk melakukan revolusi besar – besaran dalam sejarah peradaban dunia.

Berkaca dari sejarah, -menurut saya- IAIN Tulungagung, khususnya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan –FTIK-, mengambil langkah baru dalam mempersiapkan mahasiswa agar mampu menjadi kader – kader qur’ani sebagaimana yang menjadi harapan seluruh civitas akademika. Fakultas tarbiyah mengambil strategi dengan memberikan kewajiban kepada seluruh dosen, karyawan dan mahasiswa di lingkungan FTIK untuk senantiasa melakukan khatmil Qur’an minimal sekali dalam seminggu. Khatmil Qur’an di lingkungan dosen dan karyawan dilaksanakan pada setiap hari jum’at pagi. Setiap dosen dan karyawan yang tidak berkepentingan mengajar dianjurkan dan diharapkan untuk mengikuti agenda khatmil ini. Selain untuk mendo’akan para leluhur yang telah mendahului, khatmil ini dimaksudkan juga untuk mendo’akan semua civitas akademika, dosen, karyawan dan mahasiswa agar selalu mendapatkan taufiq dan hidayah Allah SWT. dalam menjalani setiap aktifitas kehidupannya, mendapat bimbingan al-Qur’an dan menjadi generasi qur’ani, generasi yang cinta kepada al-Qur’an.

Di lingkungan mahasiswa, tradisi khatmil Qur’an dilaksanakan seminggu sekali oleh mahasiswa dalam satu kelas. Kapan waktu dan tempat pelaksanaannya tergantung pada kesepakatan masing – masing kelas dengan ketua kelas sebagai koordinatornya. Selain itu di setiap tatap muka di ruang perkuliahan, sebelum melakukan proses pembelajaran, mereka diwajibkan untuk membaca surat – surat pendek yang ada di juz ‘amma. Tradisi semacam ini menurut saya sangat positif untuk terus dibiasakan dilingkungan mahasiswa dan seluruh civitas akademika di lingkungan IAIN Tulungagung. Tradisi ini bisa mengisi sisi spiritual yang seringkali kering dan terabaikan karena kesibukan kita dalam mengurusi kehidupan dunia.

Kritikan? Tentu ada kritik. Kritikan pada dasarnya adalah salah satu bentuk perhatian. Orang yang memberikan kritik, hakikatnya ia adalah orang yang selalu memiliki perhatian kepada kita. Terlepas dari perhatian itu baik atau buruk, yang terpenting jangan terlalu mengambil pusing dengan berbagai kritikan. Tetapi, jadikanlah setiap kritikan itu sebagai titik tolak untuk melakukan perbaikan. Demikian halnya dengan khatmil Qur’an di lingkungan Fakultas Tarbiyah, khatmil Qur’an yang diselenggarakan oleh Fakultas Tarbiyah ini tak urung juga menuai banyak kritikan dari mereka yang selalu menyoroti kebijakan. Ini wajar, menurut saya, karena setiap kebijakan pasti akan berdampak pada sikap pro dan kontra.

Sebagai umat islam, seharusnya kita menyambut gembira setiap kegiatan yang berbau religi dan qur’ani tak terkecuali khatmil semacam ini. Memang kegiatan ini  masih jauh dari sempurna, banyak sisi yang harus diperbaiki dan perlu ditingkatkan. Akan tetapi setidaknya sudah mulai ada titik terang arah pendidikan yang diharapkan. Menguasai dan memahami al-Qur’an, mempraktikkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari – hari, menjadikannya sebagai imam dalam setiap naik – turunnya nafas, tentu tidak serta merta bisa langsung dicapai. Ada tahapan – tahapan yang harus dilalui, termasuk diantaranya belajar membaca, belajar mengartikan, belajar memahami dan kemudian mengambil hikmah dan pelajaran. Begitulah mungkin tahapannya.

Sejarah telah mencatat, mereka yang bagus al-Qur’annya, juga memiliki prestasi yang baik dan cemerlang dalam kehidupannya. Mari kita biasakan diri kita untuk selalu bersama al-Qur’an. Mungkin kita belum bisa mengartikan, memahami, atau mengambil hikmah dan pelajaran yang ada di dalamnya, tetapi setidaknya mari kita belajar untuk mencintai al-Qur’an, belajar untuk istiqamah membacanya, mudah – mudahan kita dijadikan ahlul Qur’an. Amin…

Selain itu para ulama’ salafus shalih juga banyak yang menganjurkan kepada kita untuk senantiasa membiasakan diri dalam berperilaku qur’ani. Istiqamah dalam membaca al-Qur’an diyakini oleh para ulama termasuk di antara hal yang bisa menyebabkan seseorang semakin cerdas. Kemampuan al-Qur’an menambah daya tangkap dan kecerdasan di antaranya diungkapkan oleh Imam al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim. Kitab ini sangat terkenal di kalangan pesantren salafi, seolah kitab ini menjadi literature wajib yang harus dipelajari oleh setiap santri yang belajar di pesantren. Menurut al-Zarnuji yang paling bisa menambahkan daya hafal adalah membaca al-Qur’an bi al-nadzar. Membaca al-Qur’an dengan melihat, bukan dengan hafalan.

Tradisi membaca al-Qur’an semenjakk Rasulullah Muhammad SAW sudah menjadi hal yang sangat dianjurkan. Bahkan, dalam sebuah hadits, Rasulullah Muhammad SAW mengatakan bahwa sebaik – baik kalian adalah orang yang mau mempelajari al-Qur’an dan mau mengajarkannya. Sungguh, menurut saya langkah ini adalah langkah yang cerdas untuk membentuk generasi umat, generasi qur’ani.

Mudah – mudahan upaya ini mendapat ridla Allah dan berjalan secara istiqamah sehingga cita – cita IAIN Tulungagung menjadi pelopor kampus dakwah dan peradaban bisa segera terwujud. Cita – cita itu akan menjadi kenyataan apabila di dukung oleh semua pihak dan seluruh civitas akademika yang ada di dalamnya.

Semoga bermanfaat…
Wallahu A’lam…


Komentar