Kesuksesan Itu Bagi Mereka Yang Mau Berusaha

Kesuksesan Itu Bagi Mereka Yang Mau Berusaha
“Kesuksesan itu bukan milik mereka yang intelek, tetapi bagi mereka yang mau berusaha” (Baharudin Yusuf Habibi)

Begitulah pesan singkat yang saya temukan di status facebook milik seorang teman. Pesan singkat yang dikutip dari seorang Guru Bangsa yang pernah menjadi presiden ke-3 Republik Indonesia. Dialah Baharudin Yusuf Habibi.

Nama besar beliau sudah tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Dialah Guru Besar bangsa yang memiliki kecerdasan intelektual yang mungkin belum ada tandingannya di negeri yang subur makmur gemah ripah loh jinawi ini. Bangsa yang selalu menjadi incaran mata dunia karena keelokan, kesuburan dan kekayaan alamnya. Tak tanggung – tanggung sejarah telah mencatat bahwa negeri ini pernah mengalami penjajahan dari bangsa lain, tentunya karena keinginan mereka untuk menguasai seluruh kekayaan alam yang ada di dalamnya.

Figur Habibi tidak hanya dikenal sebagai manusia genius pembuat pesawat saja, akan tetapi beliau dikenal sebagai sosok yang sederhana, religious dan ulet. Kesederhanaan beliau tampak dari kehidupannya yang hampir – hampir jauh dari hingar bingar kehidupan dunia yang profane. Beliau lebih dikenal sebagai seorang yang sederhana, rajin dan taat dalam beribadah serta ulet dalam setiap usahanya.

Kesuksesan beliau dalam belajar sehingga menjadikan beliau sebagai intelektual yang termasyhur. Kehebatannya dalam tehnologi telah mengantarkannya sebagai menteri riset dan teknologi di era kejayaan orde baru. Tentu ini merupakan pilihan yang sangat tepat. Kegigihan dan keuletannya telah mampu membawa Indonesia menjadi Negara yang bisa membuat pesawat terbang sendiri. Meski demikian usaha dan cita – citanya yang masih berada di batas awal perjalanannya ini mesti terhenti dengan tumbangnya rezim orde baru dengan munculnya gerakan reformasi besar – besaran yang melibatkan jutaan mahasiswa dan berbagai kalangan yang menuntut lengsernya presiden Soeharto. Hal ini menyebabkan proyek Dirgantara mesti berhenti dan tinggal sebuah nama.

Terlepas dari berbagai perdebatan dan pro kontra yang muncul berkaitan dengan figur seorang Habibi, beliau adalah orang besar, Guru Bangsa, yang telah menorehkan sejarah dan jasanya di Garda depan bangsa ini.peran dan jasanya tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Mengabaikan peran dan jasanya adalah tanda kerdilnya sifat dan kepribadian bangsa ini. Meski apapun alasannya, tidak dibenarkan apabila sosok seorang Habibi dilupakan begitu saja.

Kesuksesan itu bukan milik mereka yang intelek, tetapi kesuksesan itu adalah milik mereka yang mau untuk berusaha. Pesan singkat ini menarik untuk kita renungkan dan kita analisa secara seksama. Banyak orang yang tertipu dengan kemampuan yang dimilikinya, pun pula sebaliknya banyak orang yang lantas merasa minder karena merasa kemampuan intelektual yang dimiliki tidaklah sebanding dengan apa yang dimiliki oleh temannya yang lain.

Lewat pesan ini Habibi ingin menyampaikan kepada generasi bangsa, khususnya para pemuda untuk tidak terpedaya dengan kemampuan intelektual yang dimiliki. Kecerdasan intelektual bukanlah jaminan akan kesuksesan di masa yang akan datang. Berapa banyak orang yang memiliki kekuatan intelektual yang istimewa, namun nyatanya mereka justru menjadi –maaf- babu dari orang yang kemampuan intelektualnya biasa – biasa saja.

Kesuksesan bagi Habibi hanya bisa diperoleh dengan usaha. Usaha yang sungguh – sungguh tentunya, bukan sekedar usaha sekenanya. Orang yang sukses biasanya telah melewati masa – masa tersulit dalam kehidupannya. Mereka tidak pernah menyerah dan tidak mau berpangku tangan dalam menjalani hidupnya. Apabila mereka terjatuh, mereka segera bangkit dan berbenah diri, melihat sisi – sisi kekurangan yang ada pada diri dan berusaha untuk memperbaikinya, bukan sebaliknya menyalahkan keadaan atau orang lain. Demikian halnya dengan apa yang dialami oleh Habibi. Potret miniatur kehidupannya dapat kita saksikan dalam film “Habibi Ainun”. Kisah cinta romantis antara Habibi dan istrinya Ainun. Perjuangannya yang luar biasa dalam menjalani kehidupannya ketika masih berada di Jerman. Liku – liku kehidupan susah dan senangnya hingga akhirnya dia sampai pada puncak kesuksesan.

Orang sukses selalu menanamkan semangat dalam menjalani kehidupan. Bila dia gagal dalam menjalani sebuah proses dia justru mengubahnya menjadi kekuatan yang dengannya ia bisa lebih baik. Kira – kira itulah yang ingin dipesankan oleh Habibi kepada generasi bangsa ini. Ia ingin generasi bangsa ini tidak menjadi generasi yang mudah patah semangat, tetapi sebaliknya memiliki semangat membara yang dengan semangat itu, mereka mampu mengubah wajah dunia.

Keistiqamahan dalam ikhtiar juga tersirat dalam pesan ini. Bagaimana mana mungkin seseorang akan sampai pada puncak kesuksesan manakala ia tidak istiqamah dalam menjalanii hidupnya? Sungguh itu adalah satu hal yang mustahil. Mustahil orang akan sukses apabila dalam kehidupannya dia tidak berusaha beristiqamah dalam setiap apa yang dikerjakannya.

Kesuksesan itu bukan monopoli bagi mereka yang memiliki kekayaan. Kekayaan seberapa pun besarnya, apabila tidak dimanfaatkan dan digunakan dengan baik, justru akan habis dan menenggelamkan yang punya kelembah kehinaan. Kekayaan yang tidak dikelola dengan baik boleh jadi justru berubah menjadi bencana dan malapetaka. Oleh karenanya penting untuk belajar dalam mengelola kekayaan yang ada. Kesuksesan tidak ditentukan oleh kekayaan dan harta. Mungkin ada sebagian di antara kita yang beranggapan bahwa harta dan kekayaan mempunyai pengaruh besar untuk kesuksesan seseorang. Menurut saya pendapat itu sah – sah saja. Akan tetapi menggeneralisir dengan mengatakan bahwa kesuksesan hanya milik mereka yang kaya, itu sangat tidak benar.

Fakta telah membuktikan, banyak orang sukses yang terlahir dari keluarga yang serba kekurangan, berjibaku hanya untuk mendapatkan sebutir nasi dan seteguk air demi melangsungkan kehidupan. Bertarung dengan waktu dan alam yang kejam, namun karena keberanian dan usaha kerasnya, ia sukses dalam kehidupannya.

Tampaknya, figur Nabi terakhir, Nabi Muhammad SAW tepat untuk dijadikan sebagai suri teladan. Kehidupan alam yang keras yang beliau jalani telah menghantarkannya kepada puncak kesuksesan. Kehebatannya diakui oleh umat manusia baik yang pro maupun kontra dengannya. Kesuksesannya pula yang memaksa seorang ilmuan non muslim menempatkannya di urutan pertama orang yang paling berpengaruh di dunia. Satu prestasi yang ditorehkan oleh seorang yang lahir dalam keadaan yatim, di tinggal wafat ibunya diusianya yang ke 6 tahun, bertarung dengan kerasnya alam, menjadi penggembla kambing dan ikut dalam perjalanan dagang. Semua kesulitan dalam hidupnya di hadapi dengan jiwa besar. Keuletan beliau dalam berjuang meski mendapat penentangan, terror bahkan penyerangan kaum kafir Arab kala itu,justru berbuah manis dengan penempatan posisi beliau yang tidak akan pernah tertandingi.

Begitulah teladan orang sukses. Orang sukses tidak akan pernah menyerah dalam hidupnya. Ia akan terus dan terus belajar dari setiap sisi kehidupan. Apabila ada kekurangan yang dia dapati, maka dia akan berusaha untuk memperbaiki. Sebaliknya bila ia menemukan sesuatu yang baik, dia akan mengambil pelajaran dan berusaha untuk menjadikannya lebih baik lagi.

Pertanyaannya apa yang ingin kita dapatkan dari kehidupan ini? Apakah kita ingin sukses sebagaimana sukses yang di dapatkan oleh Nabi? Atau kita hanya ingin menjalani hidup sekedarnya saja? Semua terserah dan tergantung pada pribadi kita masing – masing. Bila kita ingin sukses, maka rubahlah pandangan hidup anda sebagaimana pandangan orang – orang yang sukses dalam menjalani kehidupan. Tataplah masa depan anda dengan penuh keyakinan. Jadikan setiap peluang menjadi kenyataan, jangan mudah menyerah apalagi berputus asa. Rubahlah setiap kritikan, kesalahan yang ada dalam kehidupan kita sebagai satu pelajaran, menjadikannya sebagai kekuatan yang akan merubah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Istiqamahlah dalam menjalani kehidupan, berusahalah untuk terus berjalan, jangan pernah berhenti sebelum sampai pada tujuan yang diinginkan.

Allahu A’lam bish Shawab…

Semoga bermanfaat…



Komentar