Minggu, 05 Maret 2017

Kewajiban Mencintai Rasulullah Muhammad SAW



Kewajiban Mencintai Rasulullah SAW

Rasulullah Muhammad SAW adalah makhluk pilihan  dan kekasih-Nya. Tidak ada makhluk didunia ini yang sepadan dengan kedudukannya dihadapan Allah SWT. Keistimewaan kedudukan beliau juga tergambar dalam kalimat syahadat dimana persaksian ke-Tuhan-an Allah harus juga disertai dengan persaksian atas kerasulannya (Nabi Muhammad SAW) sebagai syarat sahnya keislaman seseorang yang menyatakan diri masuk islam.

Sebagai Rasul terakhir yang menjadi penutup para nabi dan rasul, Allah memberikan keistimewaan kepadanya dengan berbagai keistimewaan yang sebelumnya belum pernah Allah berikan kepada nabi selainnya, diantaranya adalah al-Qur’an sebagai mu’jizat terbesar sepanjang zaman dan ketinggian akhlak yang tiada tandingnya.

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, bernilai mu’jizat dan membacanya termasuk ibadah. Kitab ini merupakan satu – satunya kitab samawi yang sampai hari ini diyakini masih otentik dan tidak tercampuri oleh tangan – tangan manusia. Kehebatan al-Qur’an kiranya sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Kekuatannya dalam menyelesaikan setiap masalah yang muncul di setiap zaman tetap tak terbantahkan. Tantangannya kepada siapa saja yang hendak membuat yang semisal dengannya meski satu surat masih tetap berlaku sampai akhir zaman, toh nyatanya sampai saat ini belum dan yakin tidak aka nada yang bisa melakukannya. Memang sejarah telah mencatat beberapa nama sastrawan besar yang ingin menandingi al-Qur’an, nyatanya mereka justru terpuruk dan menjadi bahan cemoohan.

Keindahan sastranya juga telah banyak mengetuk hati orang yang dahulunya keras menentang suara kebenaran yang diserukan oleh baginda Rasul SAW. Sebut saja Umar ibnu Khaththab, seorang yang berperangai keras, namun cerdas, bahkan karena kecerdasannya banyak orang yang menjulukinya Abu al-Faiz, dibuat luluh hatinya sehingga berbalik dari menentang menjadi orang yang sangat cinta kepada al-Qur’an dan baginda Rasul.

Disamping sebagai sosok yang memiliki mu’jizat terbesar berupa al-Qur’an beliau juga dikenal memiliki kepribadian agung yang belum ada satu orang pun di dunia ini yang setara dengan keagungan kepribadiannya. Akhlaknya yang luar bisa telah membuat jutaan manusia yang keras hati dan kepala terbelalak hingga berbondong – bonding mengikuti ajarannya. Ketinggian akhlaknya telah diabadikan oleh al-Qur’an dengan pujian yang diberikan Allah kepada beliau. Surat al-Qalam; (68); 4: telah menjadi saksi:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar – benar memiliki akhlak yang agung”. (Q.S. al-Qalam; (68); 4)

Keagungan akhlak Rasulullah SAW telah memaksa orang – orang yang dahulunya memusuhi beliau berubah menjadi orang – orang yang cinta kepada beliau. Sejarah telah mencatat banyaknya kisah yang meriwayatkan keislaman seorang sahabat dikarenakan akhlak agung Rasulullah SAW.  Keagungan akhlaknya teruji dalam peristiwa besar saat beliau diusir dan dilempari batu oleh penduduk Thaif yang menolak seruan beliau. Rasulullah berdarah – darah hingga para Malaikat penjaga gunung marah dan meminta agar Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya, memohon kepada Allah SWT agar bangsa Thaif di azab. Malaikat penjaga gunung siap untuk menghimpit bangsa Thaif dengan bukit yang ada disekitar Thaif. Namun, akhlak Rasulullah SAW yang agung justru berkata lain, “Jangan wahai malaikat, seandainya saja diantara mereka tidak ada yang beriman kepada Allah, maka aku berharap anak – anak mereka mau beriman kepada Allah, andai anak – anak merekapun tidak ada yang beriman, aku masih berharap mudah – mudahan diantara cucu – cucu mereka ada yang beriman kepada Allah”. Lantas beliau mengangkat kedua tangannya:

اللهم اهد قومي فإنهم لايعلمون

Artinya: “Ya Allah berilah petunjuk kaumku, sesungguhnya mereka (melakukan hal itu) karena mereka belum tahu.”

Begitulah keagungan akhlak Rasulullah SAW yang tiada tandingnya. Andai beliau masih hidup saat ini tentulah beliau akan menjadi cahaya yang menerangi hati setiap umat muslim hingga mereka tak lagi saling menebar benih permusuhan, apalagi saling mengkafirkan antar satu dengan yang lain. Andai muncul suatu masalah tentulah beliau akan berusaha untuk menetralisir, bukan justru memperbesar masalah hingga menghalalkan darah sesama manusia.

Sebagai seorang muslim, maka kewajiban kita adalah mencontoh suri tauladan yang telah diberikan oleh beliau dalam kehidupan ini. Bagaimana sikap kita kepada sesama umat islam, kepada sesama warga Negara, kepada mereka yang berbeda agama dan pandangan. Semua itu membutuhkan kedewasaan kita dalam berpikir, bersikap dan berperilaku.

Satu keharusan yang tidak bisa ditawar bagi setiap muslim adalah mencintai Rasulullah SAW. Cinta tidak hanya sekedar di mulut, tetapi cinta membutuhkan pembuktian. Cinta kepada Rasulullah SAW akan menjadikan kita sebagai pribadi yang selalu meneladani akhlaknya serta berbagai aspek kehidupan yang telah beliau tuntunkan untuk kita semua. Berkaitan dengan kewajiban untuk mencintai Rasulullah SAW dalam kitab Sa’adat al-Daraini disebutkan:

أنه صلى الله عليه وسلم محبوب الله عز وجل عظيم القدر عند الله، وقد صلى عليه هو وملائكته وأمر المؤمنين بالصلاة والسلام عليه صلى الله عليه وسلم فوجبت محبة المحبوب والتقرب إلى الله بمحبته وتعظيمه والصلاة عليه والإقتداء بصلاته تعالى وصلاة ملائكته عليه (سعادة الداين ص 530)

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW itu kekasih Allah SWT yang tinggi kedudukannya di sisi Allah SWT, dan sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya telah bershalawat kepada-nya (Nabi SAW). Maka wajiblah mencintai kekasih Allah SWT dan taqarrub/mendekatkan diri kepada Allah SWt dengan mencintai, mengagungkan serta menghaturkan shalawat kepada kekasih Allah SWT dan juga mengikuti shalawat-Nya (Allah) serta shalawatnya para malaikat-Nya (Allah SWT).”

Keterangan ini menjadi dasar akan kewajiban umat Islam untuk mencintai Rasulullah SAW.  Beliau adalah kekasih Allah, oleh karena itu wajib bagi kita umat islam untuk mencintai orang yang dicintai Allah SWT. 

Selain itu dalam keterangan di atas juga terselip perintah tawasul kepada Rasulullah SAW bagi mereka yang menghendaki menempuh perjalanan taqarrub kehadirat Allah SWT.  Mereka yang menghendaki untuk mendekat kepada Allah SWT maja wajib bagi mereka mencintai kekasih Allah, mengagungkannya serta menghaturkan shalawat kepada-nya (Nabi SAW). Inilah rahasia dibalik diutusnya beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Beliau selain memiliki tugas menyeru kepada umat juga diberi tugas untuk memegang kunci rahmat Allah. Maka barangsiapa menghendaki sampai kepada Allah SWT (istilah lainnya adalah wushul ilallah), maka wajiblah baginya melalui pintuu yang telah disediakan Allah yakni lewat baginda Agung Rasulullah Muhammad SAW. Tanpa itu justru tidak dibenarkan, ibarat orang mau masuk rumah tetapi ia tidak melalui pintu, melainkan menjebol jendela.

Semoga Allah memberikan hidayah dan petunjuk-Nya sehingga kita mampu menjadi pribadi yang memiliki rasa mahabbah kepada Rasulullah SAW. Mahabbah dalam arti yang sejati, tidak hanya mahabbah yang terucap dari lisan namun hampa dalam hati dan perbuatan.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam …

Sabtu, 04 Maret 2017

Mengawali Do'a



Permulaan Do’a

Sebagai seorang mukmin tentunya keistimewaan do’a sudah bukan hal yang perlu diperdebatkan lagi. Kekuatan do’a telah dirasakan oleh jutaan bahkan miliaran orang mukmin di dunia. Do’a termasuk senjata bagi orang mukmin yang tidak boleh dikesampingkan. Berkaitan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda:

الدعاء سلاح المؤمن وعماد الدين ونورالسموات والأرض  (رواه الحاكم عن علي كرم الله وجهه)

Artinya: “Do’a adalah senjata orang mukmin, tiangnya agama dan cahaya (yang menerangi) langit dan bumi.” (diriwayatkan oleh Hakim dari Ali Karramallahu Wajhah)

Hadits di atas menjadi dasar pentingnya do’a bagi seorang mukmin. Do’a menjadi senjata yang dengan senjata itu seseorang bisa menjaga dirinya, memenuhi hajat hidupnya dan merubah keterpurukan menjadi keberuntungan. Do’a juga menjadi cahaya/nur yang menerangi kehidupan seorang mukmin sehingga dalam menjalani kehidupannya ia akan tetap berada dalam jalan yang lurus yang diridlai Allah SWT dan Rasul-Nya.

Yang patut disayangkan ternyata masih banyak diantara umat islam yang belum begitu meyakini kekuatan do’a. Buktinya, banyak sekali diantara umat islam yang lebih percaya kekuatan ikhtiar dan mengesampingkan do’a. Sebagian lain juga lebih suka untuk segera meninggalkan shalat dan beraktifitas setelah shalat selesai dijalankan.

Sebagai seorang mukmin seharusnya kita berusaha untuk meluangkan waktu kita untuk berdo’a, munajat  kepada Allah agar apa yang menjadi niatan dan hajat kita. Do’a harus menjadi bagian dari rutinitas dan keseharian yang tidak boleh kita lewatkan begitu saja. Kekuatan do’a menjadi tumpuan setiap muslim dan mukmin dalamsetiap usaha dan ikhtiar yang dilakukan.

Lantas bagaimana cara kita berdo’a kepada Allah? Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

إذا أراد أحدكم أن يسأل  الله شيئا فليبدأ بمدحه تعالى والثناء عليه بما هو أهله، ثم يصلى على النبي صلى الله عليه ثم يسأل بعد فإنه أجدر أن ينجح أو يصيب (رواه الطبراني وغيره عن ابن مسعود رضي الله عنه ورجاله رجال صحيح)

Artinya: “Apabila salah satu diantara kalian semua menghendaki memohon sesuatu kepada Allah SWT, maka awalilah dengan memuji dan menyanjung kepada Allah SWT yang sepantasnya/sewajarnya, dan kemudian bacalah shalawat kepada Rasulullah SAW dan mohonlah menurut kebutuhanmu, maka patutlah do’a itu dikabulkan oleh Allah SWT.” (Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan yang lain dari Ibnu Mas’ud r.a dan rijalnya adalah rijal yang shahih)

Hadits di atas menjadi dasar bagaimana seharusnya seorang muslim memulai permohonannya kepada Allah SWT. Saat seorang mukmin hendak memulai berdo’a kepada Allah, maka hal yang pertama adalah memuji dan menyanjung Allah SWT. Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa di atas yang lain. Dialah tempat bergantung bagi semua manusia. Segala urusan baik bersifat duniawi maupun ukhrawi semua kembali kepada-Nya. Tiada sekutu baginnya di dunia ini. Dialah Dzat yang mengabulkan segala permohonan dan permintaan. Oleh karenanya sebelum seorang mukmin berdo’a hendaknya sebagai adab dalam berdo’a, ia memuji dan mengagungkan Allah sesuai dengan keagungan-Nya, penuh dengan ta’dzim dan merasa butuh terhadap pertolongan-Nya.

Setelah memuji Allah SWT maka hal yang juga tidak kalah penting adalah membaca shalawat kepada baginda agung Rasulullah Muhammad SAW. beliau adalah kekasih Allah. Ditangannyalah syafaat di gantungkan. Oleh karenanya bertawassul kepada beliau adalah hal yang menjadi keharusan bagi setiap umat Islam. Perihal kunci rahmat yang merupakan penentu syafaat itu terselip dalam ayat al-Qur’an:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (107)

Artinya: “Dan tiadalah Aku mengutusmu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. al-Anbiya’ (21); 107)

Ayat al-Qur’an diatas menjadi dalil bahwa fungsi Rasulullah SAW di utus di dunia ini adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, baik makhluk awal maupun makhluk yang paling akhir sekalipun. Pemegang kunci rahmat adalah Rasulullah SAW, demikian halnya orang yang mampu member syafaat khususnya pada saat dibutuhkan syafaat al-udzma di mahsyar kelak adalah baginda agung Rasulullah SAW.

Mengingat kedudukan beliau yang agung disisi Allah SWT, maka beliau harus ditempatkan pada tempat yag semestinya. Demikian halnya dalam hal berdo’a kepada Allah SWT. Dalam berdo’a kepada Allah kita membutuhkan syafaat Rasulullah SAW agar do’a kita diijabahi oleh Allah. Bertawassul dengan keagungan beliau di sisi Allah. Itulah sebabnya setiap memulai do’a para ulama kita selalu membaca tahmid dan shalawat kepangkuan beliau Rasulullah SAW.

Dengan memulai do’a yang diawali dengan memuji Allah dan bershalawat atas Rasulullah SAW, maka besar kemungkinan do’a kita akan diijabahi Allah. Shalawat termasuk amal yang paling mudah dan tidak membutuhkan syarat yang berat sebagaimana amalan yang lain. 

Mengenai pentingnya memulai do’a dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah SAW, Imam al-Nasai meriwayatkan sebuah hadits:

الدعاء كله محجوب حتى يكون أوله ثناء على الله عز وجل وصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو فيستجاب لدعائه. )رواه النسائى 
(
Artinya: “Semua do’a itu terhijab/terhalang sehingga permulaannya berupa pujian kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW kemudian berdo’a, maka do’anya itu diijabahi” (Riwayat al-Nasai)

Semua do’a terhalang, tidak akan sampai kepada Allah SWT hingga do’a itu diawali dengan memuji Allah SWT dan bershalawat atas beliau Rasulullah SAW. Dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW kemudian berdo’a maka do’a itu akan sampai kepada Allah SWT. Demikian menurut keterangan hadits Rasulullah SAW.

Sebagai orang mukmin maka sudah seharusnya kita senantiasa berhubungan secara ruhani kepada beliau Rasulullah SAW. Menjalin hubungan yang baik dengan Rasulullah bisa kita lakukan dengan memperbanyak shalawat kepada beliau dan berusaha semaksimal mungkin untuk selalu mematuhi ddan meneladani setiap tuntunannya. Dengan terus menjalin hubungan ruhani kepada beliau Nabi Muhammad SAW maka  akan diangkat derajat kita di sisi Allah dan Rasulullah SAW. Dalam kitab Tafsir Shawi juz 2 disebutkan:

فبقدر القرب من رسول الله صلى الله عليه وسلم يكون القرب من الله  (الصاوي الثاني: 331)

Artinya: “Maka, seberapa dekat (seseorang) dari Rasulullah SAW, maka sebegitulah ukuran dekatnya kepada Allah SWT.” (Tafsir al-Shawi, juz 2; 331)

Seberapa kedekatan kita kepada Rasulullah SAW, maka sebegitulah kedekatan kita kepada Allah SWT. yang tahu seberapa dekatnya kita kepada beliau hanyalah Allah. Oleh karenanya husnudzan kepada setiap orang harus kita kedepankan sebelum kita merendahkannya. Hati yang diliputi oleh keimanan kepada Allah akan selalu husnudzan kepada setiap makhluk Allah.

Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…


Jumat, 03 Maret 2017

Menjaga Shalat



Menjaga Shalat
(Edisi Khutbah Jum’at)

Tema khutbah jum’at kali ini adalah menjaga shalat. Shalat adalah tiang agama sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang mendirikan shalat, maka sama artinya dengan mendirikan agama, dan barangsiapa yang meninggalkan shalat, sama artinya dengan meruntuhkan agama.

Pada hari khatib menyampaiakan pesan tentang pentingnya mejaga shalat. Shalat bisa dijadikan sebagai benteng pertahanan agar kita menjadi seorang yang selamat di dunia dan akhirat. Dengan senantiasa menjaga shalat tepat pada waktunya maka hidup kita akan dijaga oleh Allah SWT.

Ibadah shalat sebaiknya dilaksanakan dengan berjamaah bersama – sama baik di masjid maupun mushalla. Dalam khutbah kali ini khtaib juga menyampaikan hadits Rasulullah SAW yang menerangkan tentang fadlilah shalat berjamaah di Masjid Nabawi selama 40 kali berturut – turut. Sabda Rasulullah SAW:

عن انس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم  من صلى فى مسجدى أربعين صلاة لا تفوته صلاة كتبت له براءة من النار وبراءة من العذاب وبراءة من النفاق (أحمد عن أنس)

Artinya: “Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa shalat di Masjidku ini 40 shalat yang tidak terlewatkan satu shalatpun, maka dicatat baginya bebas dari neraka, bebas dari siksa dan bebas dari munafik.” (H.R. Ahmad dari Anas)

Hadits diatas menjelaskan bahwa barangsiapa yang 40 kali berturut – turut shalat di masjid nabawi maka Allah akan mencatatnya terbebas dari tiga hal, pertama, bebas dari neraka, kedua bebas dari siksa dan ketiga bebas dari munafik. Empat puluh shalat itu harus dilaksanakan secara berjamaah dan tidak boleh ada sekali saja yang terlewatkan. Artinya harus istiqamah dan kontinyu.

Apabila kita tidak bisa menjalankan shalat di Masjid Nabawi karena kondisi biaya dan sebagainya, maka Rasulullah SAW memberikan kemudahan bagi kita dengan melaksanakan shalat berjamaah di masjid ataupun mushalla yang berdekatan dengan rumah kita. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

عن أنس قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :  من صلى أربعين ليلة في جماعة كتب له براءة من النار و براءة من النفاق 

Artinya: “Dari Anas ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ‘Barangsiapa shalat 40 malam secara berjamaah, maka ia akan dicatat bebas dari neraka dan bebas dari munafik.”

            Hadits diatas menjadi dasar tentang fadlilah shalat berjamaah. Orang yang secara istiqamah melaksanakan shalat berjamaan di masjid ataupun mushalla dengan istiqamah selama 40 kali berturut – turut, Allah SWT akan membebaskanya dari api neraka dan dari sifat munafik.

            Semoga bermanfaat…
            Allahu A’lam …



Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam

  Keluargo Ideal Sakjerone Agomo Islam   اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ (×٣) اُلله اَكبَرُ (×٣) اُلله أَكْبَرُ كُلَّمَا...