Kewajiban Mencintai Rasulullah SAW
Rasulullah Muhammad SAW adalah makhluk pilihan dan kekasih-Nya. Tidak ada makhluk didunia ini
yang sepadan dengan kedudukannya dihadapan Allah SWT. Keistimewaan kedudukan
beliau juga tergambar dalam kalimat syahadat dimana persaksian ke-Tuhan-an
Allah harus juga disertai dengan persaksian atas kerasulannya (Nabi Muhammad
SAW) sebagai syarat sahnya keislaman seseorang yang menyatakan diri masuk
islam.
Sebagai Rasul terakhir yang menjadi penutup para nabi dan rasul,
Allah memberikan keistimewaan kepadanya dengan berbagai keistimewaan yang
sebelumnya belum pernah Allah berikan kepada nabi selainnya, diantaranya adalah
al-Qur’an sebagai mu’jizat terbesar sepanjang zaman dan ketinggian akhlak yang
tiada tandingnya.
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril yang sampai kepada kita dengan jalan
mutawatir, bernilai mu’jizat dan membacanya termasuk ibadah. Kitab ini
merupakan satu – satunya kitab samawi yang sampai hari ini diyakini masih
otentik dan tidak tercampuri oleh tangan – tangan manusia. Kehebatan al-Qur’an
kiranya sudah tidak perlu diperdebatkan lagi. Kekuatannya dalam menyelesaikan
setiap masalah yang muncul di setiap zaman tetap tak terbantahkan. Tantangannya
kepada siapa saja yang hendak membuat yang semisal dengannya meski satu surat
masih tetap berlaku sampai akhir zaman, toh nyatanya sampai saat ini belum dan
yakin tidak aka nada yang bisa melakukannya. Memang sejarah telah mencatat
beberapa nama sastrawan besar yang ingin menandingi al-Qur’an, nyatanya mereka
justru terpuruk dan menjadi bahan cemoohan.
Keindahan sastranya juga telah banyak mengetuk hati orang yang
dahulunya keras menentang suara kebenaran yang diserukan oleh baginda Rasul SAW.
Sebut saja Umar ibnu Khaththab, seorang yang berperangai keras, namun cerdas,
bahkan karena kecerdasannya banyak orang yang menjulukinya Abu al-Faiz, dibuat
luluh hatinya sehingga berbalik dari menentang menjadi orang yang sangat cinta
kepada al-Qur’an dan baginda Rasul.
Disamping sebagai sosok yang memiliki mu’jizat terbesar berupa
al-Qur’an beliau juga dikenal memiliki kepribadian agung yang belum ada satu
orang pun di dunia ini yang setara dengan keagungan kepribadiannya. Akhlaknya yang
luar bisa telah membuat jutaan manusia yang keras hati dan kepala terbelalak
hingga berbondong – bonding mengikuti ajarannya. Ketinggian akhlaknya telah
diabadikan oleh al-Qur’an dengan pujian yang diberikan Allah kepada beliau.
Surat al-Qalam; (68); 4: telah menjadi saksi:
وَإِنَّكَ
لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar – benar memiliki
akhlak yang agung”. (Q.S. al-Qalam; (68); 4)
Keagungan akhlak Rasulullah SAW telah memaksa orang – orang yang
dahulunya memusuhi beliau berubah menjadi orang – orang yang cinta kepada
beliau. Sejarah telah mencatat banyaknya kisah yang meriwayatkan keislaman
seorang sahabat dikarenakan akhlak agung Rasulullah SAW. Keagungan akhlaknya teruji dalam peristiwa
besar saat beliau diusir dan dilempari batu oleh penduduk Thaif yang menolak
seruan beliau. Rasulullah berdarah – darah hingga para Malaikat penjaga gunung
marah dan meminta agar Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya, memohon
kepada Allah SWT agar bangsa Thaif di azab. Malaikat penjaga gunung siap untuk
menghimpit bangsa Thaif dengan bukit yang ada disekitar Thaif. Namun, akhlak
Rasulullah SAW yang agung justru berkata lain, “Jangan wahai malaikat,
seandainya saja diantara mereka tidak ada yang beriman kepada Allah, maka aku
berharap anak – anak mereka mau beriman kepada Allah, andai anak – anak merekapun
tidak ada yang beriman, aku masih berharap mudah – mudahan diantara cucu – cucu
mereka ada yang beriman kepada Allah”. Lantas beliau mengangkat kedua
tangannya:
اللهم
اهد قومي فإنهم لايعلمون
Artinya: “Ya Allah berilah petunjuk kaumku, sesungguhnya mereka (melakukan
hal itu) karena mereka belum tahu.”
Begitulah keagungan akhlak Rasulullah SAW yang tiada tandingnya. Andai
beliau masih hidup saat ini tentulah beliau akan menjadi cahaya yang menerangi
hati setiap umat muslim hingga mereka tak lagi saling menebar benih permusuhan,
apalagi saling mengkafirkan antar satu dengan yang lain. Andai muncul suatu
masalah tentulah beliau akan berusaha untuk menetralisir, bukan justru
memperbesar masalah hingga menghalalkan darah sesama manusia.
Sebagai seorang muslim, maka kewajiban kita adalah mencontoh suri
tauladan yang telah diberikan oleh beliau dalam kehidupan ini. Bagaimana sikap
kita kepada sesama umat islam, kepada sesama warga Negara, kepada mereka yang
berbeda agama dan pandangan. Semua itu membutuhkan kedewasaan kita dalam
berpikir, bersikap dan berperilaku.
Satu keharusan yang tidak bisa ditawar bagi setiap muslim adalah
mencintai Rasulullah SAW. Cinta tidak hanya sekedar di mulut, tetapi cinta
membutuhkan pembuktian. Cinta kepada Rasulullah SAW akan menjadikan kita
sebagai pribadi yang selalu meneladani akhlaknya serta berbagai aspek kehidupan
yang telah beliau tuntunkan untuk kita semua. Berkaitan dengan kewajiban untuk
mencintai Rasulullah SAW dalam kitab Sa’adat al-Daraini disebutkan:
أنه صلى
الله عليه وسلم محبوب الله عز وجل عظيم القدر عند الله، وقد صلى عليه هو وملائكته
وأمر المؤمنين بالصلاة والسلام عليه صلى الله عليه وسلم فوجبت محبة المحبوب
والتقرب إلى الله بمحبته وتعظيمه والصلاة عليه والإقتداء بصلاته تعالى وصلاة
ملائكته عليه (سعادة الداين ص 530)
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW itu kekasih Allah SWT yang
tinggi kedudukannya di sisi Allah SWT, dan sesungguhnya Allah SWT dan para
malaikat-Nya telah bershalawat kepada-nya (Nabi SAW). Maka wajiblah mencintai
kekasih Allah SWT dan taqarrub/mendekatkan diri kepada Allah SWt dengan
mencintai, mengagungkan serta menghaturkan shalawat kepada kekasih Allah SWT
dan juga mengikuti shalawat-Nya (Allah) serta shalawatnya para malaikat-Nya
(Allah SWT).”
Keterangan ini menjadi dasar akan kewajiban umat Islam untuk
mencintai Rasulullah SAW. Beliau adalah
kekasih Allah, oleh karena itu wajib bagi kita umat islam untuk mencintai orang
yang dicintai Allah SWT.
Selain itu dalam keterangan di atas juga terselip perintah tawasul
kepada Rasulullah SAW bagi mereka yang menghendaki menempuh perjalanan taqarrub
kehadirat Allah SWT. Mereka yang
menghendaki untuk mendekat kepada Allah SWT maja wajib bagi mereka mencintai
kekasih Allah, mengagungkannya serta menghaturkan shalawat kepada-nya (Nabi
SAW). Inilah rahasia dibalik diutusnya beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Beliau selain memiliki tugas menyeru kepada umat juga diberi tugas
untuk memegang kunci rahmat Allah. Maka barangsiapa menghendaki sampai kepada
Allah SWT (istilah lainnya adalah wushul ilallah), maka wajiblah baginya
melalui pintuu yang telah disediakan Allah yakni lewat baginda Agung Rasulullah
Muhammad SAW. Tanpa itu justru tidak dibenarkan, ibarat orang mau masuk rumah
tetapi ia tidak melalui pintu, melainkan menjebol jendela.
Semoga Allah memberikan hidayah dan petunjuk-Nya sehingga kita
mampu menjadi pribadi yang memiliki rasa mahabbah kepada Rasulullah SAW.
Mahabbah dalam arti yang sejati, tidak hanya mahabbah yang terucap dari lisan
namun hampa dalam hati dan perbuatan.
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam …
Komentar
Posting Komentar