Jangan Memanggil Rasul Sesukamu
Rasulullah
SAW adalah manusia pilihan kekasih Allah SWT. Tiada manusia semulia beliau. Beliau
memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Allah SWT. Oleh karena itu sebagai
seorang mukmin sudah seharusnya menempatkan beliau pada posisi yang sesuai
dengan kemuliaan beliau.
Berkaitan
dengan hal tersebut salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga adab
saat menjalin hubungan batin/ruhani dengan beliau, termasuk di dalamnya cara
memanggil beliau. Cara memanggil Rasul tidak boleh sembarangan sesuai dengan
kemauan. Al-Qur’an melarang umat Islam memanggil beliau dengan cara yang sama
dengan memanggil yang lain. Dalam Surat al-Nur (24); 63, Allah SWT berfirman:
لَا تَجْعَلُوا
دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا قَدْ
يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ (63)
Artinya:
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan
sebagian kamu kepada sebagian (yang lain), Sesungguhnya Allah telah mengetahui
orang – orang yang berangsur – angsur pergi di antara kamu dengan berlindung
(kepada kawannya) maka hendaklah orang – orang yang menyalahi perintah Rasul
takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (Q.S. al-Nur (24);
63)
Ayat
al-Qur’an di atas menjadi dasar bagi umat Islam untuk tidak memanggil
Rasulullah SAW dengan panggilan yang tidak sopan. Para ulama khususnya ulama
ahlu al-sunnah wa al-jama’ah sepakat untuk menggunakan panggilan khusus yang
memuliakan Rasulullah SAW sesuai dengan kemuliaannya di sisi Allah SWT. Oleh
karena itulah para ulama menganjurkan untuk menambahkan kata “Sayyidina” dan “Rasulallah”
sebagai wujud ta’dzim kepada keagungan dan kemuliaan kedudukan Nabi Muhammad
SAW.
Dalam
kitab Sa’adat al-Daraini halaman 373 disebutkan:
فالمقصود من الصلاة عليه صلى الله
عليه وسلم هو تعظيمه مع إظهار احتياجه لله تعالى ورحمته اللائقة بمقامه صلى الله
عليه وسلم وإلا فهو غير محتاج لصلاتنا عليه بالكلية بما أفرغه الله عليه صلى الله
عليه وسلم من أنواع الكمالات التى لانهاية لها.
Artinya:
Sesungguhnya maksud dari membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. hanya ta’dziman
atau mengagungkan beliau serta melahirkan kebutuhan beliau kepada Allah SWT dan
rahmat-Nya yang sesuai dengan maqam kedudukan keluhuran Rasulullah SAW di sisi
Allah SWT. Andaikan tidak demikian, maka Rasulullah SAW sama sekali tidak
membutuhkan kepada shalwat kita, karena Allah SWT telah melimpahkan bermacam –
macam kesempurnaan kepada beliau yang tidak ada batasnya.
Bershalawat
kepada Rasulullah SAW adalah salah satu cara berhubungan secara batin/ruhani
kepada beliau. Shalawat kepada beliau harus dilakukan dengan cara yang sesuai
dengan maqam dan kemuliaan beliau di sisi Allah SWT. Berdasarkan keterangan di
atas apabila seseorang membaca shalawat kepada beliau tetapi tidak menggunakan
adab yang baik, tidak dengan mengagungkan beliau, maka Rasulullah SAW tidak
membutuhkan shalawat itu, sehingga atsar/pengaruh shalawat yang dibaca tidak
ada dalam diri pembaca shalawat.
Selain
itu shalawat bisa digunakan sebagai cara untuk semakin meningkatkan mahabbah
kepada Allah SWT sekaligus kepada Rasulullah SAW. Bahkan seseorang yang
menghendaki untuk mencintai Allah SWT harus menempuh jalan untuk mencintai
Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam kitab “Sa’adat
al-Daraini” halaman 530:
أنه صلى الله عليه وسلم محبو ب الله
عز وجل عظيم القدر عند الله، وقد صلى عليه هو وملائكته وأمر المؤمنين بالصلاة
والسلام عليه صلى الله عليه وسلم فوجبت محبة المحبوب والتقرب إلى الله بمحبته
وتعظيمه والصلاة عليه والإقتداء بصلاته تعالى وصلاة ملائكته عليه
Artinya:
Sesungguhnya Rasulullah SAW itu kekasih Allah SWT yang tinggi kedudukannya
di sisi Allah SWT, dan sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepadanya. Maka wajiblah mencintai Allah SWT dan
taqarrub/mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mencintai, mengagungkan serta
menghaturkan shalawat kepada kekasih Allah SWT dan juga mengikuti shalawat-Nya
serta shalawat para malaikat-Nya.
Keterangan
di atas semakin memperkuat akan kewajiban seorang mukmin untuk selalu
memuliakan beliau Rasulullah SAW sesuai dengan kemuliaannya di sisi Allah SWT.
Bahkan siapapun orangnya yang menghendaki untuk mencintai dan mendekat pada
Allah SWT sesuai dengan keterangan di atas harus mencintai dan mendekat kepada
Rasulullah SAW. Kalau tidak boleh jadi ia tidak akan sampai kepada Allah,
melainkan semakin jauh dari Allah SWT.
Keterangan
– keterangan di atas pada hakikatnya merujuk pada kewajiban untuk memuliakan
Rasulullah SAW. Shalawat adalah salah satu cara bagi seorang mukmin untuk
mengingat dan memanggil Rasulullah SAW. Terlepas darii perbedaan di antara
segelintir orang yang berpendapat untuk tidak menggunakan kata “Sayyidina”
dalam shalawatnya. Yang jelas apabila kembali merujuk kepada keterangan salaf
al-shalih sebagaimana keterangan di atas sudah selayaknya dan sepatutnya umat
Islam memuliakan Rasulullah SAW dengan panggilan yang menunjukkan keagungan dan
kemuliaan beliau di sisi Allah SWT.
Fenomena
zaman akhir banyak sekali di antara umat Islam yang membaca shalawat tetapi
kurang dalam hal adabnya. Membaca shalawat tentu hal baik dan harus di
lestarikan dan di tingkatkan. Tetapi hal yang tidak boleh juga di kesampingkan adalah
bagaimana adab dalam membaca shalawat. Shalawat seorang muslim sebagaimana
keterangan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud sebagaimana yang
disebutkan dalam kitab “Irsyadul Ibad” akan ditunjukkan kepada Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda:
إذا صليتم علي فأحسنوا الصلاة
فإنكم لا تدرون لعل ذلك تعرض علي. روي عن ابن مسعود (إرشاد العباد: 62)
Artinya:
Ketika kamu sekalian membaca shalawat kepadaku, maka bagusilah bacaan
shalawatmu itu. Sesungguhnya kamu sekalian tidak mengerti sekiranya hal
tersebut diperlihatkan kepadaku. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud. (Irsyadul
Ibad: 62)
Hadits
inilah yang menjadi dasar bagi umat Islam untuk memperbaiki shalawatnya kepada
Rasulullah SAW termasuk di antaranya adalah dengan menjaga adabnya saat membaca
shalawat. Di antara adab membaca shalawat adalah sebagai berikut:
1.
Niat
ikhlas semata karena Allah
2.
Ta’dzim
dan mahabbah kepada Rasulullah SAW
3.
Hatinya
hudlur kepada Allah SWT dan merasa di hadapan Rasulullah SAW
4.
Tawadlu’,
merasa butuh kepada pertolongan Allah dan syafaat Rasulullah SAW
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…
Komentar
Posting Komentar