Jangan
Biarkan Nuranimu Tertutup Akalmu
Akal diciptakan oleh Allah agar manusia menggunakannya
untuk berfikir. Berfikir yang dimaksud disini tentunya adalah berfikir positif.
Dengan akal manusia bisa membedakan antara yang haq dan bathil. Disinilah
peranan akal sebagai organ penting dalam diri manusia.
Meskipun akal memiliki peran penting dalam kehidupan
manusia akan tetapi keberadaannya masih tetap terbatas. Keterbatasan itu lah
yang menyebabkan akal tidak mampu untuk menjangkau hal – hal yang bersifat ghaib.
Wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh akal ini harus diimani bukan lantas
kemudian dikesampingkan karena dianggap tidak masuk akal.
Tidak semua hal harus dirasio dengan akal yang kita
punya. Terkadang memang kita harus percaya dan beriman kepada hal yang tersebut
karena telah diinformasikan oleh Allah dalam kitab suci-Nya. Kebenaran kitab
suci –dalam hal ini al-Qur’an- sebagai
kitab yang diturunkan oleh Allah untuk pedoman hidup umat manusia sudah tidak
perlu diragukan lagi. Sejarah telah mencatat berapa banyak orang yang hendak
membuat tandingan yang semisal al-Qur’an, namun pada akhirnya harus bertekuk
lutu dihadapan al-Qur’an. Andai al-Qur’an bukanlah wahyu Allah SWT tentulah
didalamnya banyak terdapat kontradiksi. Toh nyatanya samapai saat ini setidaknya,
belum ada orang yang mampu menyaingi al-Qur’an.
Di dalam al-Qur’an Allah SWT memberikan jaminan secara
langsung terhadap kemurnian al-Qur’an. Kemurnian al-Qur’an sampai kapanpun akan
terjaga berdasarkan firman tersebut. Ayat tersebut sekaligus menjadi bukti
adanya kekuatan diluar diri manusia yang tak terbatas. Kekuatan yang Maha
diatas segala maha. Kekuatan yang kekuasaan-Nya meliputi seluruh alam raya.
Pada kenyataannya kemajuan ilmu pengetahuan dan
tehnologi yang semakin pesat tiap harinya terkadang menjadikan manusia lupa
akan kekuatan Maha Dahsyat diluar dirinya. Otak manusia yang tadinya memiliki
kecenderungan untuk menangkap hal positif dan selalu tunduk pada kemauan
Tuhannya, tidak jarang karena penuh sesaknya otak itu dengan ilmu – ilmu rasionalnya
menyebabkannya menjadi lupa daratan. Banyak hal yang menjadi wilayah – wilayah
keimanan seringkali diterjang bahkan dikesampingkan karena dianggap sebagai hal
yang tak masuk akal.
Artikel singkat ini ingin mengingatkan khususnya pada
penulis sendiri bahwa seberapapun kehebatan akal, ia tidak akan mampu untuk
menjangkau hal – hal yang bersifat esoteric dan transenden. Wilayah yang
menuntut adanya ketertundukan akal pada yang Maha diatas segalanya. Akal harus
didudukkan dan difungsikan sebagaimana mestinya sehingga tidak mengalami
overloud sehingga keluar dari kodratnya.
Kebenaran tertinggi dari manusia biasanya muncul dari
nurani. Nurani dianggap sebagai relung hati terdalam yang memiliki kepekaan
tingkat tinggi. Nurani manusia biasanya muncul sebagai bagian dari kasih sayang
Tuhan untuk menunjukkan kepada manusia jalan yang benar. Bisikan nurani
biasanya muncul pertama kali sebagai getaran hati.
Kecerdasan akal yang luar biasa seringkali menyebabkan
ia menganggap bahwa akal adalah segalanya. Hal inilah yang sering menyebabkan
nurani itu tertutupi sehingga manusia tidak lagi berbuat hal luhur dan suci.
Perbuatan yang muncul hanyalah perbuatan – perbuatan yang didasari karena
kehendak nafsu yang ada dalam dirinya.
Sebagai catatan penting, bahwa nafsu menjadi faktor
dominan yang menyebabkan akal selalu berfikir apa untungnya bagi saya. Akal
selalu itung – itungan ketika melakukan sesuatu. Inilah yang seringkali
menyebabkan nurani mati dan tidak memiliki kepekaan dalam kehidupan social
maupun sebagai makhluk berketuhanan.
Berkaitan dengan hal ini Rasulullah SAW mengingatkan
umatnya dengan salah satu haditsnya:
ألا إن
فى الجسد لمضغة إن صلحت صلح الجسد كله وإن فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب
Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya dalam jasad
manusia itu terdapat segumpal darah, apabila ia baik, maka baiklah seluruh
jasad, jikalau ia buruk maka buruklah seluruh jasad, ingatlah segumpal darah
itu adalah hati.”
Rasulullah SAW mengingatkan kepada umat manusia agar
senantiasa berusaha membersihkan hati. Hati inilah yang disebut – sebut sebagai
nurani. Nurani yang secara bahasa berasal dari kata nur yang artinya cahaya.
Hati yang selalu mendapat cahaya ketuhanan dari Allah SWT.
Ilmu pengetahuan adalah hal yang baik. Bahkan tanpa
ilmu pengetahuan manusia bagaikan binatang. Oleh karena itulah islam sangat
menekankan kepada umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu dimanapun dan kapanpun
ia berada. Bahkan semenjak manusia masih ada dalam kandungan manusia sudah
diwajibkan menuntut ilmu. Itulah mengapa sabda Rasulullah SAW dalam hadits:
طلب
العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة من المهد إلى اللحد
Artinya: “Menuntut ilmu itu diwajibkan atas semua
muslim laki – laki dan perempuan mulai dari bandulan sampai liang lahat”.
Ketika manusia berada di dalam rahim, posisinya adalah
menggantung. Itulah mengapa dalam al-Qur’an untuk menunjuk salah satu dari
proses perkembangan janin saat masih dalam kandungan ibunya digunakan kata ‘alaqah,
yang artinya tergantung. Isyarat ini menunjukkan bahwa posisi janin dalam
rahim itu menggantung. Fakta ini didukung oleh ilmu sains modern yang juga
menyatakan hal yang sama.
Urgensi ilmu memang penting bagi manusia, namun lagi –
lagi Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam haditsnya:
من ازداد
علما ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعدا
Artinya: “Barangsiapa yang semakin bertambah
ilmunya tetapi tidak bertambah petunjuknya, maka ia tidak semakin dekat kepada
Allah meliankan semakin jauh”.
Orang yang semakin cerdas terkadang menjadi kagum
dengan kecerdasan yang dimiliki. Ia selalu mengandalkan kekuatan akal dalam
melakukan setiap tindakan yang dilakukannya. Tidak jarang sesuatu yang salah
juga menjadi benar dan sah karena kelihaian akal dalam mengolah berbagai alasan
pembenaran tindakannya. Hal inilah yang menyebabkan munculnya kelompok
antrophosentris, kelompok yang menganggap bahwa manusia adalah pusat dari
segalanya.
Hadits Rasulullah SAW diatas kiranya sudah cukup
menjadi bukti bahwa seperti apapun kecerdasan kita, kekayaan ilmu yang kita
miliki, jangan sampai menutup nurani kita untuk tetap berpegang kepada
kebenaran suci yang bersumber dari ilahi. Untuk kepentingan ini, maka hidayah
Allah memiliki peran yang sangat penting untuk mendapat hidayah.
Hidayah bisa diupayakan. Caranya adalah dengan
memperbanyak dzikir, shalawat dan mujahadah. Berusaha untuk selalu mendekatkan
diri kepada Allah dan mengingat Allah dalam setiap waktu dan kesempatan. Dengan
selalu mengingat Allah dan bermujahadah, maka hati kita akan diberi hidayah
Allah sehingga bisa berjalan pada jalan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Semoga bermanfaat…
Allahu A’lam…
Komentar
Posting Komentar