KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR



Setelah tiga kerajaan besar islam berjaya, ketiga kerajaan besar ini mengalami masa kemunduran. Kemunduran tiga kerajaan besar ini tidak sama antara yang satu dengan yang lain. Ada yang mengalami kemunduran secara drastis, adapula yang perlahan – lahan.
Berdasarkan urutan kehancuran dari masing – masing kerajaan besar ini, maka yang pertama adalah kehancuran Kerajaan Safawi, Kerajaan Mughal dan Kerajaan Usmani. 

A.     KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN KERAJAAN SAFAWI
Kejayaan kerajaan Safawi adalah pada masa pemerintahan Abbas I. Sepeninggal Abbas kekuasaan dipegang oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628 – 1642 M), Abbas II (1642 – 1667 M), Sulaiman (1667 – 1694 M), Husain (1694 – 1722 M), Tahmasp II (1722 – 1732 M), dan Abbas III (1733 – 1736 M). Pada  masa kekuasaan raja – raja tersebut Kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik meningkat akan tetapi justru sebaliknya. Kerajaan Safawi mengalami masa kemunduran hingga pada akhirnya kerajaan ini hancur.
Safi Mirza, adalah seorang pemimpin yang lemah. Disamping itu ia dikenal sebagai pemimpin yang sangat kejam terhadap pembesar – pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Akibatnya kemajuan yang diraih Kerajaan Safawi pada masa pemerintahan Abbas I segera menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari wilayah Safawi direbut oleh Kerajaan Mughal yang saat itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan. Kota Baghdad direbut oleh Kerajaan Usmani.
Abbas II dikenal sebagai raja yang suka meminum minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meski demikian ia berhasil mengambil Qandahar kembali kekuasaan Safawi atas bantuan para wazirnya. Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia sangat kejam kepada para pembesar yang dicurigainya. Akhirnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintahannya. Shah Husain, pengganti Sulaiman adalah seorang yang alim, akan tetapi ia memberi kekuasaan yang besar kepada ulama’ Syi’ah. Ulama’ syi’ah sering memaksakan pendapatnya kepada para ulama’ suni. Hal ini menyebabkan pemberontakan golongan sunni Afghanistan yang berujung pada berakhirnya kekuasaan Kerajaan Safawi.

Faktor – faktor yang menyebabkan hancurnya kerajaan Safawi adalah :
1.      Konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Usmani
2.      Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Kerajaan Safawi
3.      Pasukan Ghulam (budak – budak) yang dibentuk pada masa Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Disisi lain Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan Qizilbash sebelumnya.
4.      Sering terjadinya konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan antara keluarga istana.
B.     KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN KERAJAAN MUGHAL
Setelah mengalami masa kejayaan sekitar satu setengah abad, Kerajaan Mughal India tidak lagi mampu mempertahankan kejayaannya. Kerajaan ini mengalami masa kemerosotan pada sekitar abad ke 18 M. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan utara dan islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam.
Pada masa pemerintahan Aurangzeb, pemberontakan kepada pemerintah pusat sering terjadi, akan tetapi ia mampu mengatasi gerakan – gerakan ini sehingga tidak terlalu membahayakan wilayah kekuasaannya. Gerakan – gerakan ini muncul sebagai akibat dari kerasnya sikap Aurangzeb dalam menerapkan pemikiran puritanismenya.
Pasca meninggalnya Aurangzeb kekuasaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa Kabul. Ia bergelar Bahadur Syah (1707 – 1712 M). Ia menganut aliran syi’ah. Ia dihadapkan pada persoalan perlawanan Sikh sebagai akibat tindakan ayahnya yangsangat keras. Selain itu juga perlawanan penduduk Lahore akibat tindakannya yang memaksakan ajaran Syi’ah.
Sepeninggal Bahadur Syah terjadi konflik yang cukup panjang dikalangan istana dalam bentuk perebutan kekuasaan. Konflik – konflik berkepanjangan ini menyebabkan pengawasan terhadap daerah semakin lemah. Pemerintah daerah satu persatu lepas dari kekuasaan Kerajaan Mughal.
Beberapa faktor yang menyebabkan hancurnya kerajaan Mughal India:
1.      Stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer.
2.      Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.      Pendekatan Aurangzeb yang terlampua “kasar” dalam melaksanakan ide – ide puritan dan kecenderungan asketismenya.
4.      Semua pewaris kepemimpinan pada paruh terakhir adalah orang – orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
C.    KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN KERAJAAN USMANI
Setelah Sultan Sulaiman Al Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Usmani mulai memasuki masa kemundurannya. Akan tetapi, sebagi sebuah kerajaan yang besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat, melainkan terjadi secara perlahan.
Sultan Sulaiman Al Qanuni digantikan oleh Salim II (1566 – 1573 M). Pada masa pemerintahannya, terjadi pertempuran antara armada laut Turki dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan sebagian kapal  para pendeta Malta yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol. Pertempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Armada Turki mengalami kekalahan yang berakibat pada jatuhnya Tunisia ke tangan musuh. Baru pada masa berikutnya Tunisia berhasil direbut kembali, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Murad III.
Walaupun Sultan Murad III (1574 – 1595 M) berkepribadian jelek dan suka menuruti hawa nafsunya, Kerajaan Usmani pada masanya berhasil merebut Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabriz, ibu kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M.
Namun karena kehidupan moral sultan yang jelek menyebabkan terjadinya kekacauan dalam negeri. Kekacauan ini semakin menjadi dengan naiknya Sultan Muhammad III (1595 – 1603 M), pengganti Murad III, yang membunuh semua saudara laki – lakinya yang berjumlah 19 orang dan menenggelamkan janda – janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Kerajaan Usmani. Meskipun Sultan Ahmad I (1603 – 1617 M), pengganti Muhammad III bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri, tetapi kejayaan Kerajaan Usmani di mata bangsa – bangsa Eropa sudah mulai memudar. Sesudah Sultan Ahmad I (1603 – 1617 M), situasi semakin memburuk dengan naiknya  Mustafa I (masa pemerintahan yang pertama (1617 – 1618 M) dan kedua, (1622 – 1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri yang tidak bisa diatasinya, Syaikh Al Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II (1618 – 1622 M). Namun, yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki keadaan.
Langkah – langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV (1623 – 1640 M). Pertama – tama, ia mencoba nebyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari yang pernah menumbangkan Usman II dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.
Situasi politik yang mulai membaik kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim (1640 – 1648 M), karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini, orang – orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir orang – orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M.
Pada saat Sultan Abd Hamid (1774 – 1789 M), seorang yang lemah, berkuasa, ia mengadakan perjanjian di Kutchuk Kinarja, yang dinamakan dengan “Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia. Isi dari perjanjian itu antara lain :
1.      Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng – benteng yang berada di laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih.
2.      Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran, antara lain:
1.      Wilayah kekuasaan yang sangat luas
2.      Heterogenitas penduduk
3.      Kelemahan para penguasa
4.      Budaya pungli
5.      Pemberontakan tentara Jenissari
6.      Merosotnya ekonomi
7.      Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi



Komentar