TA’AWUN
Ta’awun
merupakan bentuk masdar dari fi’il madly تعاون يتعاون
تعاونا yang memiliki arti saling menolong. Kata tergolong
fi’il tsulatsi mazid biharfaini mengikuti wazan
تفاعل yang mengandung makna musyarakah.
Saling
menolong atau dalam tata bahasa Indonesia lebih akrab dengan tolong-menolong
merupakan perbuatan terpuji yang seyogyanya setiap umat Islam membiasakan dan
mentradisikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik saat dia hidup bertetangga,
berbangsa, bernegara dan beragama.
Untuk
menolong tidak perlu kita memilah-milah siapa yang hendak kita tolong. Asalkan perbuatan
yang bukan dilarang, sebagai umat Islam dan sebagai sesama manusia kita wajib
untuk saling menolong. Tidak perlu memandang suku, agama, ras, budaya dan aspek
perbedaan lain yang ada pada tiap individu. Cukuplah rasa saling menyayangi dan
mengasihi sesama makhluk menjadi dasar untuk saling menolong antar satu dengan
yang lain.
Berkaitan
dengan perilaku tolong-menolong, secara tegas Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an
Surat al-Maidah (5); 2:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلا
الْهَدْيَ وَلا الْقَلائِدَ وَلا آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلا
مِنْ رَبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ
تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى
الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan
haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang
qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah (5);2)
Pada
penggalan akhir ayat di atas, Allah Swt memerintahkan kepada umat Islam yang
beriman agar senantiasa tolong-menolong antara satu dengan lainnya dalam hal
kebajikan dan takwa. Tetapi Islam melarang umatnya saling tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.
Islam
menyadari betul bahwa fitrah manusia memiliki ketergantungan antar satu dengan
lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan yang lain. Karena itu,
manusia disebut sebagai makhluk sosial, yakni makhluk yang selalu membutuhkan
pada bantuan yang lain.
Manusia
membutuhkan makanan untuk makan. Mereka butuh air untuk hidup dan udara untuk
bernafas. Tanpa semua itu, mustahil manusia bisa bertahan hidup.
Dalam
satu riwayat hadits, Rasulullah Saw juga menyeru kepada umatnya untuk saling
menolong. Rasulullah Saw bersabda:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ
وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ
لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي
عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ
قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ
بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ
الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ
لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَاه نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا
أَبُو أُسَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ عَنْ أَبِي
صَالِحٍ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ صَخَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِ حَدِيثِ
أَبِي مُعَاوِيَةَ غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ أَبِي أُسَامَةَ لَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ التَّيْسِيرِ
عَلَى الْمُعْسِرِ
Artinya: (MUSLIM - 4867) : Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Abu Bakr bin Abu Syaibah
dan Muhammad bin Al 'Ala Al Hamdani -dan lafadh ini milik Yahya- dia berkata;
telah mengabarkan kepada kami, dan berkata yang lainnya, telah menceritakan
kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa
membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya
dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada
orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di
dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan
menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya
selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.
Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca
Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi
para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat
yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya
tidak juga meninggikannya.' Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
'Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Bapakku Demikian juga
diriwayatkan dari jalur lainnya, dan telah menceritakannya kepada kami Nashr
bin 'Ali Al Jahdhami telah menceritakan kepada kami Abu Usamah mereka berkata;
telah menceritakan kepada kami Al A'masy -telah menceritakan kepada kami Ibnu
Numair- dari Abu Shalih. Sebagaimana di dalam hadits Abu Usamah Telah
menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berkata dengan lantang, -sebagaimana Hadits Abu
Mu'awiyah, hanya saja di dalam Hadits Abu Usamah tidak disebutkan; memberi
kemudahan kepada orang yang kesusahan.' (HR. Muslim)
Seorang yang mau menolong dan
membantu saudaranya yang sedang berada dalam kesusahan akan ditolong Allah Swt
dalam hidupnya saat dia mengalami kesulitan. Allah tidak akan membiarkan
orang-orang tersebut dalam keterpurukan.
Oleh sebab itu selayaknya dan
bahkan seharusnya seorang muslim untuk saling menolong antar sesamanya. Bahkan untuk
seorang yang telah berbuat dlalim sekalipun, seorang muslim tetap memiliki
kewajiban untuk berbuat baik kepadanya. Berlaku adil dam setiap urusan yang
melibatkan dirinya dan orang tersebut. Secara tegas dalam penggalan ayat di
atas Allah menjelaskan, “Dan
janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada
mereka)”. Sungguh betapa mulianya
ajaran Islam. Terhadap musuh sekalipun, Islam tetap saja menyuruh umatnya untuk
berbuat baik.
Inilah yang kiranya perlu untuk menjadi bahan renungan bagi setiap
umat Islam saat ini. Pada dekade terakhir, kita banyak disuguhkan budaya caci
maki, saling mencemooh hingga saling mengafirkan antara satu dengan lainnya. Jangankan
untuk tolong-menolong, untuk sekedar bertegur sapa, duduk dalam satu majlis dan
saling bertabayyun secara ramah jarang ditemukan. Tentu, hal ini mengusik hati
kita, membuat miris hati. Semua merasa saling benar, sehingga sah baginya untuk
menjustifikasi yang lain, bahkan sampai menganggap yang lain sebagai penghuni
neraka.
Sungguh, hal ini sesungguhnya bukanlah ajaran Islam sebagaimana
yang diajarkan Rasul yang santun. Rasul selalu saja berbuat baik kepada siapa
saja, bahkan pada seorang yang nyata telah membenci dan memusuhinya. Namun,
karena akhlak Rasul yang agung itulah mereka kemudian dibuka pintu hidayah-Nya
hingga menjadi seorang sangat mencintai Rasul. Karenanya janganlah menghukumi
seseorang yang sedang menjalani prosesnya. Bila atas nama kebenaran kita
berjuang, selayaknya atas nama kasih sayang antar sesama kita saling mendo’akan.
Komentar
Posting Komentar