“Cegukan” yang Tak Kunjung Mereda

 

“Cegukan” yang Tak Kunjung Mereda



Pasca operasi kepala yang dijalaninya setelah peristiwa kecelakaan, Alhamdulillah bapak bisa menjalani aktifitasnya sehari-hari sebagaimana biasanya. Tentunya, aktifitas tersebut tidak persis dengan sebelum kecelakaan tersebut. Tenaga bapak banyak berkurang, namun semangatnya sepertinya tidak pernah berkurang.

“Trauma” atas kejadian tersebut menghantui pikiran ibu, sehingga tidak lagi mengizinkan bapak untuk mengendarai sepeda motor. Jika hendak bepergian agak jauh, maka anak-anaknyalah yang mengantarnya ke mana beliau hendak pergi.

Meski kondisinya sudah tidak se ‘fit’ dulu, namun semangat beliau tidak pernah surut. Beliau tetap aktif di madrasah, pondok dan semua jama’ah yang beliau ikuti, mulai dari yasinan, tahlil, khotmil qur’an hingga mujahadahnya. Selain itu, beliau masih tetap beraktifitas sehari-hari di sawah dan di kebun.

Bapak memang seorang yang kuat dan bermental baja. Asal bukan hal yang merugikan orang lain, atau menyalahi aturan beliau tetap jalani. Baginya tidak ada yang hina dalam pekerjaan, apapun itu bentuknya, yang penting halal. Itu pula yang ditanamkan kepada kami, anak-anaknya. Beliau sebagaimana juga ibu, sering berpesan, “Sing penting halal, ora ngrugekne uwong ojo sungkan-sungkan. Ora mesti wong kui penak terus uripe.”

Entah kapan tepatnya bermula, bapak sering “cegukan.” Pada awalnya, cegukan ini hanya beberapa hari kemudian sembuh, selanjutnya beberapa minggu, sembuh dan pada akhirnya tidak berhenti sampai beliau berpulang. Cegukan ini pula yang menyebabkan beliau mengurangi aktifitas beliau untuk mengisi kegiatan jama’ah seperti “tanbihul ghafilin” di jama’ah-jama’ah yasin baik putra mapun putri.

Cegukan itu sebenarnya tidak berkaitan dengan penyakit kronis. Berulang kali saya mendampingi berobat baik di bidan, mantra hingga dokter. Hasilnya semua bagus dan normal. Namun, anehnya cegukan itu tidak kunjung mereda. Habis obat, kembali lagi begitu seterusnya, hingga hal tersebut justru menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kami “keluarga” karena bapak terus mengkonsumsi obat kimia yang tentunya disamping dampak positif ada dampak negatifnya dalam jangka waktu lama.

Pengobatan secara herbal pun juga sering ditempuh, mulai dari obat-obat yang dijual diberbagai toko yang diiklankan melalui televisi maupun dari kyai. Hasilnya sama, begitu obatnya habis, cegukan itu kembali lagi.

Ada lagi satu informasi yang saya telat mengetahuinya, yaitu saat beliau periksa ke dokter spesialis di sebuah rumah sakit. Kebetulan saat itu saya tidak mendampingi dan adik ipar sayalah yang mendampinginya. Hasilnya, saya baru tahu saat bapak menjelang di rawat di rumah sakit menjelang wafatnya. Dia lupa waktu itu mau menyampaikan. Hasilnya, bahwa ada penyumbatan di bagian saraf kepala yang “kemungkinan besar” berhubungan dengan riwayat operasi yang pernah dijalaninya.

Cegukan bapak berlangsung tidak hanya dalam hitungan hari, minggu atau bulan. Cegukan ini bertahun-tahun. Yang aneh lagi, biasanya,-menurut keterangan dari medis, “cegukan” itu pasti hilang saat tidur. Namun tidak dengan bapak. Meski tidur, cegukan itu tetap ada.

Wallahu A’lam, semua memang sudah tertulis dalam takdir-Nya. Manusia hanya berusaha menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dan semua tetap kembali pada kehendak-Nya. Artikel ini bukan untuk memprotes takdir yang telah menjadi ketentuan-Nya, sekedar mengabadikan riwayat beliau sebagai informasi bagi anak cucunya kelak di kemudian hari.

Komentar

Posting Komentar