Menjadi DPL KKN VDR di Tengah Pandemi

 

Menjadi DPL KKN VDR di Tengah Pandemi

Oleh: Muhamad Fatoni



Awal tahun 2020 sejumlah Negara di dunia dihebohkan dengan munculnya virus baru di Wuhan China. Berita yang tersebar di berbagai media sosial mengabarkan betapa dahsyatnya dampak yang diakibatkan oleh virus tersebut. Wuhan seolah yang sebelumnya ramai, berubah menjadi kota mati. Banyak dikabarkan mayat bergelimpangan di jalan sebagai akibat dari mewabahnya virus tersebut.

Pada awalnya, Negara-negara lain tidak sebegitu panic dengan berita tersebut. Virus yang selanjutnya akrab disebut dengan Corona itu, dianggap tidak akan menyebar ke Negara lain. Namun nyatanya, diluar dugaan virus ini menyebar begitu cepat di hampir seluruh Negara-negara dunia, hingga ditetapkan sebagai pandemic dunia. Ya, Pandemic Covid-19.

Sejumlah Negara di dunia memberlakukan kebijakan lockdown untuk memutus mata rantai persebaran virus ini. Berbagai kebijakan dikeluarkan sebagai upaya untuk menanggulanginya. Protokol kesehatan diterapkan dan bahkan,-perlu dipaksakan, di beberapa elemen masyarakat yang belum menyadarinya. Namun tetap saja, pandemic belum usai hingga saat artikel ini ditulis.

Dampak dari pandemic ini tentu juga dirasakan oleh dunia pendidikan, termasuk di antaranya perguruan tinggi yang turut serta “kelimpungan” dalam menyikapi persoalan yang terjadi. Di antara hal yang perlu disikapi adalah terkait pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang merupakan media bagi mahasiswa untuk terjun secara langsung, berbaur dengan masyarakat untuk melakukan kerja-kerja pengabdian sekaligus menemba ilmu di lapangan. Tentu, diperlukan formulasi baru bagi pelaksanaan KKN di tengah mewabahnya pandemic.

KKN VDR Sebagai Alternatif Pengabdian di Tengah Pandemi

KKN merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil mahasiswa di semester ke tujuh di kampus dakwah dan peradaban. Mata kuliah ini dimaksudkan sebagai upaya untuk membekali para calon alumni IAIN untuk mengambil peran aktif di tengah masyarakat.

Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa salah satu diantara Thri Dharma di Perguruan Tinggi adalah pengabdian kepada masyarakat. KKN merupakan media yang digunakan sebagai upaya membekali mahasiswa calon alumni S1 agar memiliki kepekaan terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya mereka mengamalkan ilmunya dan mengambil peran di tengah-tengah masyarakatnya.

Di tengah pandemic, kegiatan KKN yang sebelumnya dilakukan secara luring, mengirimkan sejumlah mahasiswa untuk tinggal di daerah tertentu untuk melakukan program kerjanya, tidak mungkin dilaksanakan. Namun tentunya KKN sebagai salah satu matakuliah yang harus ditempuh dan diselesaikan mahasiswa tidak bisa begitu saja diabaikan. Oleh karena itu diperlukan terobosan dan inovasi model KKN baru. KKN tetap berjalan, namun para pesertanya tidak harus terjun di lapangan. Pilihannya adalah pemberlakuan KKN Virtual dari Rumah (KKN VDR).

KKN VDR merupakan bentuk baru dari KKN sebelumnya di tengah merebaknya Pandemic Covid-19. KKN dilaksanakan oleh mahasiswa dari rumah masing-masing dengan melakukan kerja-kerja pengabdian di tengah masyarakatnya masing-masing. Mahasiswa tidak dan bahkan dilarang berkerumun dengan rekan lainnya sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran covid. Alternatifnya mereka dituntut untuk melakukan kerja pengandian secara virtual dan menguploudnya di jejaring medsos yang telah dibuat oleh kelompok tentunya dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh LP2M.

Anggota kelompok dibagi menjadi beberapa divisi, diantaranya divisi berdesa, moderasi beragama dan antologi buku. Selain itu mahasiswa juga disilahkan,-jika dirasa perlu, untuk membuat divisi-divisi lain. Sebagai tagihannya peserta KKN diminta membuat laporan program kegiatan yang telah dilakukan, profil bumdes serta buku antologi. Khusus buku antologi, tema yang diangkat bebas. Bisa mengangkat pengalaman selama menjadi peserta KKN VDR, tokoh agama, tokoh masyarakat dan sebagainya. Hal ini sekaligus menjadi media penguatan literasi bagi mahasiswa peserta KKN.

Menjadi DPL KKN VDR

KKN VDR kali ini adalah yang kedua kalinya selama pandemic dan Alhamdulillah kali kedua pula saya mengikutinya, tentunya saya juga beberapa kali menjadi pendamping di luar KKN VDR. Menjadi DPL VDR tentu memiliki perbedaan dengan DPL KKN Reguler.

Di KKN VDR hal paling utama yang menjadi kunci suksesnya program adalah komunikasi dan tentunya kemampuan mengoperasikan akun media sosial yang dimiliki. Pendamping KKN VDR dituntut untuk terbuka dalam menerima segala keluhan dan pengaduan mahasiswa. DPL memang tidak harus terjun secara langsung di lokasi KKN, akan tetapi ia dituntut memberikan ide-ide, gagasan dan sebagainya serta mengambil kebijakan-kebijakan,-bila diperlukan, agar hal tersebut tidak keluar dari rel yang telah ditetapkan oleh LP2M sebagai lembaga penyelenggara.

Tentunya, di saat pandemic semacam ini, seringkali mahasiswa mengalami ke-“galau”-an terkait dengan pelaksanaan program. Hal itu memang tidak semudah saat “luring.” Akses keluar dan terjun ke lapangan di batasi sedemikian ketatnya dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan.

Bagi DPL, KKN VDR juga menyita banyak waktu dan pikiran. Hal ini karena memang tugas dosen yang cukup padat. Karena itulah, menejemen waktu sangat diperlukan guna tercapainya kerja-kerja yang menuntut para DPL untuk menyelesaikannya di saat yang bersamaan.

 Di sela kesibukannya di kampus, seperti membimbing skripsi, menguji kompre hingga skripsi dan sebagainya, dosen juga harus menyempatkan dirinya untuk melayani mahasiswa peserta KKN dalam menyusun, melaksanakan hingga membuat laporan bimbingan. Bagi yang tidak biasa mengelola waktunya dengan baik, tentu hal ini bisa menjadi beban tersendiri. Akibatanya banyak hal yang kurang maksimal, tetapi saya pribadi,-berpositif thinking, bahwa semua dosen telah terbiasa dalam memenej waktunya secara baik.

Kali ini, saya berkesempatan menjadi pendamping di kelompok KKN VDR 020. Jumlah anggota kelompoknya adalah 37 orang dari berbagai wilayah di Tulungagung dan sekitarnya. Sebagai pemegang komando di tingkatan kelompok mahasiswa adalah Agus Wijayanto, mahasiswa dari tadris Biologi.

Kelompok KKN saya mengambil lokasi di desa Wajak Kidul Kec. Boyolangu Kab. Tulungagung. Desa terletak di sebelah selatan dekat dengan pegunungan dimana Candi Dadi berada. Desa ini dipimpin oleh seorang Ibu Kepala Desa yang supel dan ramah.

Wajak Kidul termasuk desa penting yang di dalamnya terdapat situs sejarah bangsa, diantaranya adalah makam Tumenggung Surontani. Harapan saya sebagai DPL, para mahasiswa sebisa mungkin untuk mengungkap berbagai situs sejarah budaya yang ada di desa ini sebagai sebuah cagar budaya bangsa.

Penelusuran terhadap jejak-jejak sejarah semacam ini akan sangat bermanfaat bagi perkembangan desa sekaligus akan menarik minat masyarakat luar untuk datang dan melakukan penelitian. Selain hal itu bisa menambahkan informasi penting terkait dengan sejarah bangsa sebagai satu cagar budaya, hal itu juga membuka peluang perkembangan finansial yang menjanjikan, tentunya jika dikelola dengan baik, dan dikenalkan secara public ditengah masyarakat. Semoga hal ini bisa menjadi momentum baik dalam melakukan pembangunan dalam bidang sosial budaya sehingga tercipta masyarakat yang berperadaban di wilayah Tulungagung.

Komentar