Tak Ada yang Sempurna
Di dunia ini tidak ada sesuatu yang benar-benar sempurna selain
dari-Nya. Dia-lah Yang Maha Sempurna dan tidak ada keraguan sedikitpun dari
kesempurnaan yang dimiliki-Nya. Dia-lah tempat bergantung, berserah diri,
bersujud semua makhluk. Segala sesuatu yang terjadi tidak lepas dari scenario takdir
yang telah diizinkan-Nya. Karenanya, tidak ada alasan untuk tidak berserah
diri, bergantung, dan berharap kepada-Nya. Namun, semua itu harus diikuti
dengan ikhtiar yang telah diwajibkan oleh-Nya pula.
Sehebat apapun orang di dunia, terampil, cerdas, shalih dan semisalnya, tetap saja hal itu dibatasi dengan keterbatasan yang melekat pada diri seseorang sebagai makhluk ciptaan, tidak terkecuali para rasul, nabi, malaikat, wali, dan manusia pada umumnya. Hal itu sebagai petunjuk sekaligus bukti bahwa Yang Kuat, Berkuasa, dan Maha hanyalah Allah swt.
Sebagai manusia bapak tidak luput dari salah dan khilaf, baik saat
beliau berinteraksi sebagai seorang kepala keluarga bersama istri dan
anak-anaknya, sebagai mertua dengan menantunya, sebagai besan dengan besanya, sebagai
bagian dari masyarakat bersama dengan tetangga, handai tolan, sahabat dan
sebagainya, juga sebagai guru bersama dengan murid-muridnya. Kesalahan itu bisa
terjadi karena sengaja, mungkin juga tidak disengaja.
Melalui artikel sederhana ini, saya sebagai anak, dengan kerendahan
hati mohon maaf atas segala salah dan khilaf beliau yang disengaja maupun
tidak. Memohon maaf jika para pembaca yang budiman ada yang mengenal beliau,
semoga berkenan memaafkan kesalahan dan kekhilafan beliau. Semoga beliau
berpulang menghadap kepada-Nya dengan tenang, khusnul khatimah, dilapangkan
kuburnya, dan mendapatkan kenikmatan di sana hingga hari perjumpaan dengan-Nya,
di Yaumil Qiyamah.
Beberapa artikel sederhana yang saya tulis mengenai bapak, tentu
tidak bisa mewakili bapak semasa hidupnya, yang kurang lebih berkisar antara 66
tahun. Usia yang cukup bagi umumnya umat Nabi Muhammad saw. bila dinisbatkan
kepada usia beliau 63 tahun.
Setiap orang mengukir kisah dan sejarah hidupnya masing-masing. Saat
ia terlahir di dunia, diibaratkan sebagai kertas putih, kosong tanpa seberkas
coretan. Orang tuanyalah yang pertama kali menggoreskan catatan dalam hidupnya,
mengajarinya, mendidiknya hingga ia benar-benar telah mampu berdiri di atas
kakinya sendiri. Mencukupi kebutuhan-nya, menemukan jati dirinya dan selanjutnya
mengukir kisah dan sejarah hidupnya yang kelak akan ditinggalkan kepada anak
cucunya. Entah bagaimana kisah selanjutnya, apakah sang anak cucu masih
mengenangnya ataukah telah melupakan segala jerih payah kedua orang tuanya. Semua
tergantung pada hasil didikan mereka untuk anak-anaknya.
Beberapa artikel sederhana yang saya torehkan ini, barangkali tidak
ada artinya dan harganya bagi sebagian orang. Bahkan mungkin sebagian
diantaranya akan mencibirnya, namun saya tidak peduli. Memang manusia terlahir
dengan berbagai kekurangan. Dan dengan berbesar hati, saya mengakui kekurangan
dan keterbatasan yang ada pada diri saya. Terlalu banyak hal yang tidak saya ketahui
di dunia ini. Itu sudah cukup menjadi bukti atas kelemahan dan keterbatasan
saya.
Meski begitu, saya tetap berharap dan bersemangat, semoga apa yang
saya tulis ada yang bisa memberikan manfaat kepada para pembaca. Meskipun hanya
sedikit, namun semoga yang sedikit itu, mampu menjadi motivasi kita untuk
semakin berbenah diri sehingga menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar