Hati-Hati dengan Ke-Viral-an
(Seri Khutbah Jum'at)
Hadirin jama’ah jum’ah yang
dimuliakan Allah,
Marilah pada kesempatan jum’ah yang penuh barakah ini, kita
senantiasa berusaha sekuat mungkin meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada
Allah swt dengan berupaya sekuat mungkin menjalankan semua perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya. Sungguh dengan bekal iman dan takwa kepada-Nya,
kita akan menjadi pribadi yang beruntung di dunia, terlebih saat kembali
kepada-Nya, kelak di hari kiamat.
Jama’ah
jum’ah yang dimuliakan Allah,
Saat ini kita berada di era digital, dimana segala bentuk informasi bisa tersebar dengan begitu cepatnya tanpa mengenal ruang dan waktu. Kecanggihan media informasi digital telah memberikan berbagai bentuk kemudahan yang tentunya kemudahan tersebut tidak kita temukan di era sebelum kecanggihan teknologi informasi.
Berbagai informasi mulai dari informasi
positif, hingga negatif tersedia luas. Ruang kelas, perkualiahan, tidak lagi
menjadi tempat sakral dimana ilmu ditimba dan dicari layaknya anak di era tahun
80-an. Kalau toh, saat ini masih ada sekolah, perguruan tinggi masih dibuka,
fungsi dan perannya barangkali adalah sebagai penanda bahwa seseorang pernah
menjalani sekolah dan kuliah. Ilmu berserakan di jejaring internet. Setiap saat
bisa dipelajari dari manapun dan kapanpun seseorang mau. Semua orang berharap
mendapat sesuatu serba intan, pun pula para siswa dan santri yang belajar.
Tidak mau bersusah payah, bahkan untuk sekadar makan. Semua serba manja, karena
semua telah tersedia.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Di zaman yang seperti ini, posisi agama seolah
menjadi formalitas belaka. Ajaran dan nilai agama, sudah mulai banyak yang
ditinggalkan. Agama menjadi asing, agama sekadar menjadi bahan perdebatan yang
jauh dari pengamalan. kalau lah ada yang berbicara tentang agama, atau tentang
kebenaran, maka banyak yang membenci dan bahkan menjauhi. Keadaan semacam ini
sebenarnya pernah diingatkan oleh Rasulullah saw.
بدأ الإسلام
غريبا وسيعود غريبا كما بدأ فطوبى للغرباء
Artinya: Islam datang dalam keadaan asing dan ia
akan kembali menjadi asing sebagaimana mulai, maka beruntunglah bagi
orang-orang asing. (HR. Al-Turmudzi)
Hadis di atas mengingatkan kita semua bahwa
pada saatnya nanti islam akan kembali asing sebagaimana kedatangannya. Islam
dianggap sebagai sesuatu yang asing. Sesuatu yang tidak menarik untuk dilirik
dan dipelajari. Maka pada saat kondisi seperti itu, orang yang beruntung adalah
orang-orang yang asing. Para sahabat bertanya,
فقيل ومن
الغرباء؟ قال الذين يصلحون ما أفسده الناس من سنتي والذين يحيون ماأماتوه من سنتي
Artinya: Kemudian dikatakan (kepada
Rasulullah), siapakah orang-orang asing itu? Rasulullah menjawab, (yaitu)
orang-orang yang memperbaiki sebagian sunnahku yang dirusak manusia dan
orang-orang yang menghidupkan sunnahku yang telah dimatikan manusia. (HR.
Al-Turmudzi)
Dalam redaksi hadis lain disebutkan,
هم
المتمسكون بما أنتم عليه اليوم
Artinya: Mereka adalah orang-orang yang
senantiasa berpegang pada apa yang kalian pegang hari ini.
Dalam riwayat lain disebutkan:
الغرباء ناس
قليل صالحون بين ناس كثير من يبغضهم فى الخلق أكثر ممن يحبهم
Artinya: Orang-orang asing adalah sebagian
kecil diantara manusia. Yang membenci mereka dari makhluk (manusia) lebih
banyak daripada yang mencintai mereka. (HR. Ahmad)
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Kalau kita mau untuk berfikir dan mencermati
secara teliti fenomena hari ini, apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw ini
benar adanya. Saat ini, jika kita cermati, yang banyak viral dan dikejar oleh
banyak viewer di berbagai medsos adalah hal-hal yang lebih banyak kurang
manfaatnya. Informasi-informasi tentang ilmu pengetahuan dan agama cenderung
sepi, namun informasi lain yang berkaitan dengan hal yang lucu, hiburan, mainan
dan guyonan, cenderung lebih banyak dan ramai dikunjungi para pengunjung.
Tentu, ini bukan kesalahan pengunjung. Akan
tetapi ini fenomena yang mesti disadari dan kita ketahui bersama, bahwa selera
masyakarat pada umumnya mengarah kesana. Maka, di saat zaman telah seperti ini,
yang paling beruntung adalah orang-orang yang terasing. Orang-orang yang tetap
berpegang pada sunnah rasulullah saw meskipun resikonya adalah dibenci dan
banyak dijauhi oleh rekanan.
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Mengapa di zaman ini kondisi masyarakat
cenderung senang pada hal-hal yang kurang bernilai dan bermanfaat? Karena di
zaman ini sudah banyak orang yang membenci para penutur ilmu. Imam Al-Ghazali
mengatakan:
وقد صارت
تلك العلوم غريبة بحيث يمقت ذاكرها
Artinya: Ilmu telah menjadi asing sekiranya
para penutunya dibenci (oleh banyak orang)
Di era ini, banyak orang yang tidak lagi
mendengar nasihat para alim ulama. Banyak orang yang mendasarkan perilakunya hanya
pada kepuasan nafsu dan akalnya semata. Sesuatu yang mereka anggap
menguntungkan, mereka terima, tetapi jika tidak, maka mereka akan meninggalkannya.
Mengingat begitu sulitnya mendapatkan petunjuk
yang benar, Al-Ghazali mengingatkan agar senantiasa berhati-hati dalam setiap
tindakan. Hendaknya berhati-hati dalam memilih guru dan belajar. Berhati-hati
bahkan pada orang alim sekalipun. Al-Ghazali mengingatkan agar berhati-hati
dengan orang alim sekalipun. Ia mengutip Imam Al-Tsauri:
إذا رأيت
العالم كثير الأصدقاء فاعلم أنه مخلط لأنه إذا نطق بالحق أبغضوه
Artinya: Ketika engkau menyaksikan seorang
alim yang banyak temannya, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang mencampur
(bawur), karena sesungguhnya ketika ia berkata benar, maka teman-temannya akan
marah.
Jamaah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Maka hendaknya kita berhati-hati disetiap
apapun yang kita kerjakan. Berhati-hati pula dalam mencari dan memilih teladan.
Semoga kita menjadi orang-orang yang beruntung dalam kehidupan di dunia dan
akhirat. Aamiin
Komentar
Posting Komentar