Amanat Allah Kepada Manusia

 

Amanat Allah Kepada Manusia



Sebelum manusia diciptakan, di bumi telah ada penduduknya. Keberadaan penduduk bumi sebelum diciptakannya manusia bisa dipahami dari firman Allah pada Surat Al-Baqarah (2); 30:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (30)

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhan mu berfirman kepada para Malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di bumi. Para Malaikat berkata, apakah Engkau hendak menciptakan di bumi itu seorang yang berbuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah? Sementara kami senantiasa memuji-Mu dan mensucikan-Mu. Allah berfirman; “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.” (Qs. Al-Baqarah (2); 30).

Dialog yang terjadi antara Allah dan para Malaikat sebagaimana di atas menunjukkan bahwa para malaikat sudah tahu bahwa telah ada penghuni di bumi sebelum diciptakannya Nabi Adam as sebagai khalifah. Di dalam tafsir Jalalain yang dita’lif oleh Imam Jalaluddin Al Mahalli dan Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dijelaskan bahwa penghuni bumi sebelum Nabi Adam as diciptakan adalah Banu Al-Jan.

Pada saat Banu Al-Jan menjadi penduduk bumi mereka selalu berbuat kerusakan dan saling menumpahkan darah satu dengan lainnya. Kemudian Allah memerintahkan kepada para Malaikat yang dipimpin oleh ‘Azazil untuk menumpas dan mengusir Banu Al-Jan dari bumi. Misi ini berhasil dan ‘Azazil merasa bangga telah berjasa mengusir Banu Al-Jan. Muncul kesombangan dalam dirinya.

Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang samar, bahkan sampai apa yang terbesit dalam hati tidak ridho dan kemudian berkehendak untuk menciptakan manusia pertama yakni Nabi Adam as. Singkatnya sebelum Allah menciptakannya, terlebih dahulu Ia sampaikan ihwal tersebut pada malaikat sehingga terjadilah dialog sebagaimana di atas. Malaikat menolak dan puncaknya, Allah menegaskan bahwa Ia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para Malaikat.

Setelah Nabi Adam as diciptakan, Allah menampilkannya di depan para Malaikat dan nampaklah keunggulan Nabi Adam as saat menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya yang tidak mampu dijawab Malaikat. Kemudian Allah memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadanya. Semua bersujud kecuali Azazil, Iblis yang menolak perintah tersebut karena merasa lebih baik dari Nabi Adam as. karena tercipta dari unsur api.

Nabi Adam as ditempatkan di surga dengan segala kenikmatan di dalamnya. Ia dipersilahkan menikmati semua kenikmatan yang ada di surga. Karena merasa kesepian meski bergelimang dengan kenikmatan, Nabi Adam as meminta kepada Allah agar kiranya ada seorang teman di surga. Allah swt lantas menciptakan Hawa, istri yang selanjutnya menemaninya di surga.

Allah swt mempersilahkan keduanya tinggal di surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Dengan catatan keduanya tidak boleh mendekati sebuah pohon, yang masyhur dengan sebutan buah “khuldi”, artinya keabadian.

Keduanya hidup bahagia dan tinggal di surga. Azazil yang kemudian disebut “Iblis”, yang artinya orang yang putus asa, merasa dendam dan ingin mengeluarkan Nabi Adam as. dari surga. Ia kemudian menggoda Nabi Adam as. dan istrinya agar keduanya dikeluarkan dari surga.

Di sisi lain, Allah swt ingin memberikan sebuah amanat kepada makhluk-Nya. Sebuah amanat yang digambarkan di dalam Al-Qur’an:

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا (72)

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh.” (Qs. Al-Ahzab (33); 72)

Ketika Allah swt menawarkan kepada langit, bumi, gunung untuk memegang amanah dari-Nya, maka semuanya menolak. Mereka merasa tidak mampu untuk memegang amanat tersebut. Allah swt kemudian menawarkan amanat tersebut kepada Nabi Adam as., makhluk yang baru diciptakan-Nya, dan ditempatkan di surga. Dalam sebuah riwayat disebutkan:

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، أَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنِ النَّضْرِ بْنِ عَرَبِيٍّ، عَنْ مُجَاهِدٍ، فِي قَوْلِهِ: " {إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ} قَالَ: قَالَ آدَمُ: وَمَا هِيَ؟ قَالَ: إِنْ أَحْسَنْتَ أُجِرْتَ، وَإِنْ أَسَأْتَ عُذِّبْتَ، قَالَ: فَقَدْ تَحَمَّلْتُهَا، فَمَا كَانَ بَيْنَ أَنْ تَحَمَّلَهَا وَبَيْنَ أَنْ أُخْرِجَ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَّا كَمَا بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ "

 

Artinya: “Ishaq menceritakan kepadaku, Saya adalah Isa ibn Yunus, dari Al-Nahdr ibn ‘Arabiy, dari Mujahid tentang firman Allah: “Sesungguhnya Aku menawarkan amanat kepada langit-langit, bumi, dan gunung-gunung”. Ia berkata: Adam berkata: “Apa amanat itu? Ia menjawab: “Jika kamu berbuat baik (pada amanat tersebut) maka engkau di (beri) pahala, dan jika engkau berbuat buruk (dengan amanat tersebut) maka engkau disiksa.” Adam menjawab: “Sunbgguh Aku siap mengembannya”. Maka tiada jarak diantaranya (Adam) menerima (amanat) tersebut dan antara ia dikeluarkan dari surga kecuali antara (waktu) shalat dhuhur dan ashar.”

Para ulama shufi menyebut bahwa amanat yang dimaksud itu adalah “hurriyatul iradah”, kebebasan berkehendak. Manusia merupakan salah satu makhluk yang tercipta dengan bekal kebebasan berkehendak. Bebas menentukan pilihan, apa yang ia pilih dalam kehidupannya. Apakah ia memilih hal yang baik, atau sebaliknya memilih hal yang buruk.

Karena kesanggupan Nabi Adam as. untuk menerima amanat ini, ia bersama dengan istrinya tidak mampu menahan diri dari keinginannya akibat godaan dari Iblis. Iblis melalui tipu dayanya berhasil menjerumuskan Nabi Adam as. dan Ibu Hawa sehingga tergoda untuk mendekat, memetik, dan memakan buah khuldi, buah yang dilarang Allah untuk mendekatinya. Akibatnya, ia berserta istrinya dikeluarkan dari surga.

Manusia pada dasarnya berasal dari surga, dan akan kembali ke surga, kecuali orang yang menolak. Dunia merupakan tempat bagi manusia untuk menunjukkan apakah janji yang diucapkan saat berada di alam arwah bisa dibuktikannya di dunia. Oleh sebab itu, semua perbuatan manusia pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan. Tinggal apakah ia mampu memegang amanah yang diberikan dengan  baik, atau sebaliknya dia justru berbuat buruk. Siapa yang memegang amanat dengan baik, maka surga balasannya. Sebaliknya, mereka yang menyia-nyiakan amanat, berbuat buruk terhadap amanat yang diberikan, maka mereka akan dikembalikan ke tempat terburuk yakni neraka Jahannam. Masih ada waktu dan kesempatan yang kita miliki. Mari kita manfaatkan setiap waktu yang ada untuk meraih ridha-Nya dan menggapai kebahagiaan abadi kelak di sisi-Nya.

 

Komentar